Kamis, 8 Oktober 2020 | 17:04 Wita

Bergabung di Alam Realita

Editor: Firman
Share

■ Hidayah di Hidayatullah (4)Oleh : Sarmadani Karani, Ketua Yayasan Madinatul Izzah Mubarak, Hidayatullah

HidayatullahMakassar.id — “Selamat datang di alam realita, bukan di alam cerita…” Ustad Abdullah Said Allahuyarham.

Ini kampus nyata, buka negeri sketsa, Hidayatullah Gunung Tembak. Juli 1995, saya mulai menjadi santri di tempat ini. Masuk pesantren, sudah tidak kaget lagi, karena sejak dulu sudah sering ke tempat ini. Mental juga sudah terasah, apalagi pisah dengan orang tua dan keluarga. Adik saya, Fitriani, lebih duluan satu tahun masuk Hidayatullah. Saya masuk pondok, setelah tamat SMP, adik Fitri masuk pondok, saat tamat SD.

Kerja, kerja dan kerja. Itu menjadi kegiatan utama santri baru, santri lama keju. Pagi siang sore, kerja terus. Bahkan sesekali kita harus lembur untuk kejar target penyelesaian gedung- gedung yang ada.

Ini di Hidayatullah, memang berbeda, betul betul kita berada di alam nyata, bukan di alam cerita. Tak ada kata santai untuk mereka yang ada di tempat ini. Semua sibuk, semua bergerak. Seolah-olah orang di Hidayatullah ini tidak ada capeknya, bahkan bagi saya waktu itu bertanya-tanya kapan istirahatnya.

Semua warga, sudah mulai beraktivitas sejak jam 03 dini hari. Mereka sholat malam, hingga dua jam. Lanjut sholat shubuh berjamaah, wirid pagi, dan ngaji. Setelah itu, ada brifing pagi, khusus santri baru. Yang biasa briefing oleh ustad-ustad senior, untuk memberikan motivasi, semangat untuk tetap menjadi kader.

Usai wirid, sudah menjadi rutin, pembagian job dan tugas santri warga dibacakan di depan mimbar. “Santri Aliyah kelas satu, membantu pengecoran gedung WKP, santri baru, menyelesaikan pembuatan taman di depan prasmanan…” Dan begitu seterusnya hingga semua dapat tugas.

Tidak ada yang nganggur. Tidak ada santai. Bagi mereka, kerja, kerja dan kerja. Katanya ini refleksi dari kekuatan syahadat yang ada pada kader Hidayatullah. Kalau syahadatnya lemah, ya akan jadi malas dia, akan santai, dan akan banyak protes dia. Jadi bukti syahadatnya benar, jika ia selalu aktif bergerak, beribadah, bekerja dan belajar…, Terus menerus demikian. Apakah syahadatnya sudah benar? Ya bekerja lah.

Orang semua sibuk, di kantor, di dapur, di pertamanan, di empang, di lahan jeruk, semua bergerak. Kesibukan itu memang memuncak apalagi waktu itu, ada perhelatan besar yang akan digelar pada September 1995. Kalau tidak salah Silatnas, yang menghadirkan Panglima ABRI.

Sebagai santri baru, kami harus mengikuti kegiatan TC, selama 40 hari. Bahkan saat itu, waktu TC saya diperpanjang hingga tiga bulan, dari bulan Juli hingga September. Saat itu, kami dapat job di pertamanan. Membuat pembibitan kembang, untuk selanjutnya dibuat taman yang cantik, di semua daerah strategis di pondok. Taman di depan WKP, Prasmanan, hingga arsama putri.

Jangan dulu cerita sekolah, belajar di kelas, masih harus ditunda. Belum ada pembelajaran di kelas. Toh kalau ada, kita juga hanya belajar di beranda masjid ArRiyadh. Pembelajaran yang ada adalah pengajian di mimbar masjid, setiap bakda Magrib, juga subuh nyaris tidak pernah berhenti. Ada juga pembahasan fiqih sunnah, Sayyid Sabiq dan terjemahan lafziyah juz Amma dari Ustad Muhammad Yusuf, wali kelas IC.

Aktivitas orang di Hidayatullah nyaris hanya kerja di lapangan, asrama dan masjid. Yang bisa keluar, mereka yang tugas dakwah ke masyarakat, untuk pengajian, TK TPA dan khutbah Jum’at.

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰۤ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوۡا۟ لَفَتَحۡنَا عَلَیۡهِم بَرَكَـٰتࣲ مِّنَ ٱلسَّمَاۤءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذۡنَـٰهُم بِمَا كَانُوا۟ یَكۡسِبُونَ

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-A’raf 96).■ Bersambung/*



BACA JUGA