Rabu, 1 Desember 2021 | 22:20 Wita

Pedagogi Hati Guru

Editor: Firman
Share

Oleh: Syamril, Rektor ITB Kalla

HidayatullahMakassar.id — Tanggal 25 November 2021 lalu diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Beragam acara diadakan dari tingkat nasional sampai lokal. Untuk Wilayah Sulsel Dinas Pendidikan adakan acara di Nipah Mall yang dirangkaikan dengan Gebyar SMA dan SMK. Ada pameran perwakilan SMK dan SMA se Sulsel, perlombaan antar guru dan siswa. Juga beragam acara lainnya. Juga penghargaan kepada guru berprestasi se Sulsel serta launching program Guru Bermutu.

Satuan tingkat pendidikan juga mengadakan beragam acara. Sekolah Islam Athirah juga mengadakan webinar untuk seluruh guru yang membahas tentang mengelola hati dan nafsu. Tema itu diangkat karena jika guru mampu mengelola hati dan nafsunya maka tugas sebagai pendidik akan berjalan dengan sukses. Dasar dari ungkapan ini adalah Hadist Nabi riwayat Bukhari Muslim yang mengatakan “Di dalam diri kamu ada segumpal daging, seandainya ia baik maka seluruh anggotanya akan menjadi baik. Seandainya ia buruk maka seluruh anggotanya menjadi buruk. Itulah hati”.

Ulama membagi tiga tingkatan hati manusia yaitu hati yang mati (qalbun mayyit), hati yang sakit (qalbun marid) dan hati yang selamat (qalbun salim). Hati yang mati ibarat cermin yang gelap tidak bisa lagi memantulkan cahaya. Itulah hati manusia yang jauh dari cahaya agama. Hidup bergelimang dosa dan maksiat dan tak ada rasa bersalah karena hatinya sudah mati.

Hati yang sakit kadang-kadang masih melakukan pelanggaran tapi segera menyesali diri. Masih tergantung mood, kondisi lingkungan dan tingkatan keimanan sehingga bolak balik berbuat dosa, menyesal, taubat. Kadang kembali berbuat dosa lagi. Tapi ada rasa bersalah dan menyesal. Masih ada rasa malu kalau perbuatan dan pelanggarannya diketahui orang lain. Artinya masih hidup dan bisa mengenali baik dan buruk.

Hati yang selamat (qalbun salim) itulah hati yang bersih dan hidup. Ibarat cermin, tidak ada noktah dan noda sehingga bayangan benda tampak sempurna seperti aslinya. Inilah yang beriman dan bertaqwa. Senantiasa mengingat Allah dan menjaga diri dari dosa dan pelanggaran. Tak berani berbuat salah karena yakin Allah Maha Melihat. Menurut Prof. Dr. Mohammad Hasni dari Malaysia ada 5 ciri-ciri hati yang selamat yaitu ikhlas, mardhatillah, barakah, sakinah dan mahabbah.

Ikhlas yaitu bersih dan suci dalam melakukan sesuatu karena Allah. Mardhatillah yaitu mencari keridhaan Allah. Barakah artinya kebaikan yang banyak disertai ketaatan pada syariah. Sakinah ialah ketenangan sehingga menjalani hidup dengan penuh kedamaian. Mahabbah yaitu rasa cinta yang menjadi pendorong segala aktivitasnya.

Jika guru memiliki lima ciri-ciri di atas sebagai pedagogi hati guru maka segalanya akan menjadi mudah, indah dan bahagia. Melaksanakan tugas sebagai pendidik ikhlas mencari ridha Allah untuk memberi manfaat agar terwujud kehidupan yang tenang dan penuh rasa cinta.

Bagaimana caranya agar kelima ciri di atas dapat terwujud? Kita harus senantiasa melakukan pembersihan hati. Pembersihan hati melalui istighfar, ibadah, muamalah dan do’a. Manusia sebagai makhluk yang lemah pasti tak luput dari dosa. Maka harus senantiasa memohon ampun kepada Allah. Ibarat wadah yang kotor maka istighfar akan menjadi pembersihnya. Lebih lanjut wadah itu diisi dengan kebaikan melalui ibadah, muamalah dan do’a.

Hati yang bersih akan mudah untuk belajar dan mengajar. Ahli hikmah mengatakan bahwa ilmu itu cahaya. Ia hanya dapat masuk kepada hati yang bersih. Jika ilmu disampaikan dengan hati maka akan sampai ke dalam hati para siswa. Akan menjadi ilmu yang berkah karena membawa perubahan dan manfaat bagi peserta didik dan pendidik. Wujudnya berupa lahirnya manusia yang produktif, sejahtera, bahagia dan berkah berlandaskan iman dan taqwa berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.

Mari para guru miliki pedagogi hati guru. Jalankan tugas dengan ikhlas mencari ridha Allah, berbagi berkah dan manfaat untuk kehidupan yang damai dan penuh cinta. Selamat Hari Guru.■



BACA JUGA