Rabu, 25 Maret 2020 | 19:28 Wita

Covid-19 dan Tobat

Editor: Firman
Share

■ Oleh: Andi Aladin, Dosen Universitas Muslim Indonesia

HidayatullahMakassar.id — Firman Allah Ta’ala,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)

Ada yang membantah bahwa wabah virus itu bukan sama sekali kutukan Allah, sebab kalau itu benar, kenapa sahabat-sahabat mulia Rasulullah banyak mati karena serangan wabah di zamannya. Apakah mereka kurang beriman ?

Untuk itu ada baiknya kita simak ayat berikut:

]وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ[

“Peliharalah diri kalian dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kalian. Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”
(QS al-Anfal [8]: 25).

Lalu apa salahnya kita-kita ini orang muslim, yang pagi dan malam shalat lima waktu, berdoa dan shalat lail, mengkaji kitab-kitab gundul, bersedekah dan pelihara anak yatim?

Salah terbesar kita ketika hanya sibuk beramar ma’ruf tapi lalai bahkan benci NAHI MUNGKAR,

Kalaupun ada segelintir umat bernahi mungkar seperti FPI, yang sewaktu-waktu mengerebek tempat prestuisi dan perjudian, tapi yang lantang membully dan mengkafirkannya justru kita juga umat Islam dengan dalih FPI melanggar hukum, negara ini negara hukum, warga tidak boleh main hakim sendiri.

Tapi kalau begitu, itu artinya kita telah sepakat merestui membuat UU tandingan dengan UU Allah pemilik bumi dan langit ini. Lantas Bukankah ini kemungkaran?

Ya kemungkaran di depan mata, demi toleransi dan demokrasi demi HAM dan perdamaian serta demi alasan-alasan rasional lain, kitapun rela kemungkaran di depan mata, miras dan judi jadi legal, prostiusi yang dikemas pariwisata yang menawarkan sex dan miras serba permisif, LGBT, korupsi dan permainan jual beli hukum jadi pemandangan, kepemimpinan dispercayakan kepada orabg yang tidak amanah dan tidak komitmen menegakkan syariatNya.

Ikon-ikon Islam dan syariatNya begitu minder kita perjuangkan bahkan yang buly kita juga mayoritas muslim. Wah terlalu banyak list kemungkaran depan mata.

Kita biarkan semua itu, itulah kesalahan terbesar sehingga kemungkaran menjadi-jadi, azab Allah pun turun yang tidak hanya menimpa untuk orang-orabg jahil itu, tapi juga menimpa kepada kita yang mengaku orang saleh yang membiarkan orang jahil dalam kejahilannya.

Di sinilah Rasulullah SAW memberi ketegasan tentang urgenya kita mencegah kemungkaran.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يُعَذِّبُ الْعَامَّةَ بِعَمَلِ الْخَاصَّةِ حَتَّى يَرَوْا الْمُنْكَرَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِمْ وَهُمْ قَادِرُونَ عَلَى أَنْ يُنْكِرُوهُ فَلاَ يُنْكِرُوهُ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَذَّبَ اللهِ الْخَاصَّةَ وَالْعَامَّةَ

Sesungguhnya Allah tidak mengazab manusia secara umum karena perbuatan khusus (yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang) hingga mereka melihat kemungkaran di tengah-tengah mereka, mereka mampu mengingkarinya, namun mereka tidak mengingkarinya. Jika itu yang mereka lakukan, Allah mengazab yang umum maupun yang khusus. (HR Ahmad).

Kemungkaran seperti maraknya zina dan riba sebagai penyebab kehancuran sebuah masyarakat. Rasulullah saw. bersabda:

إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ فَقَدْ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ الله‏ِ

Apabila zina dan riba telah tampak di suatu kampung, sesungguhnya mereka telah menghalalkan azab Allah bagi mereka. (HR ath-Thabarani dan al-Hakim).

Dalam kondisi minoritaspun umat Islam, kita tetap punya kewajiban menasehati orang-orang dzalim semaksimalnya sekalipun kita tahu bahwa itu kecil kemungkinan mereka meninggalkan kemungkarannya.

Hal ini seperti dijelaskan
dalam surah Al-A’raf ayat 165-166:

وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (164) فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (165) فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ (166) }

“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, “Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab, “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Rabb kalian dan supaya mereka bertakwa.” Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya. Kami katakan kepadanya, jadilah kalian kera yang hina.”

Lalu apa yg harus dilakukan sekarang di tengah-tengah musibah Covid-19 ini ?

Kitapun sibuk hadapi persoalan dengan pendekatan rasio ansih, kita ikuti apa kata WHO yang tidak jadikan al quran sebagai refrensi, kita ikuti trik-trik Italia, China, Jepang, Iran dan negara-negara lain yang nota bene semua pikiranx tidak berlandaskan wahyu Ilahi.

Lalu bagaimana dong ? Dengan tetap melaksanakan ikhtiar-okhtiar pencegahan dan lengobatan yang sifatnya lahiriyah, tetap mengikuti saran-saran WHO dan para pakar medis, yang tidak kalah pentinya adalah melakukan ikhtiar yang sifat bathiniyah, berupa intropeksi muhasabbah dan tobat massal.

Ali Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ

“Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.”

Kuncinya tobat massal, diringi ikrar dan komitme kuat. Untuk tegakkan syariatNya,

Wallahu wa’lam.■



BACA JUGA