Rabu, 13 Mei 2020 | 14:57 Wita

“Rest Area” Ramadhan

Editor: Firman
Share

■ Ramadhan Mubarak: Supriadi Yosup Boni, Pimpinan Pesantren Al Furqan Landuri Luwu Timur

HidayatullahMakassar.id — Rest area sebagaimana kita tahu adalah tempat istirahat. Tempat dimana para musafir berhenti sejenak untuk menghilangkan penat dan lelah perjalanan. Dan untuk mengumpulkan tenaga menelusuri perjalanan selanjutnya. Sekaligus untuk mohon kekuatan dari Allah ta ala dalam ibadah. Umumnya, rest area diperlukan oleh mereka yang melakukan perjalanan panjang.

Hidup ini adalah perjalanan panjang seperti pesan Rasulullah salallahu alaihi wa sallam kepada Abdullah bin Umar, “Anggaplah keberadaanmu di dunia ini asing atau sekedar numpang lewat”.

Perjalanan yang dimulai sejak kita terlahir ke dunia hingga kita dimasukkan ke dalam tanah berbalut kain berwarna putih tanpa jas, tanpa alas kepala apalagi alas kaki.

Ramadhan ibarat rest area untuk perjalanan panjang itu. Setidaknya, ada empat fungsi Rest area ramadhan yang bisa dimaksimalkan. Tujuannya, agar perjalanan hidup ini sesuai dengan aturan yang ada dan bisa sampai ke tempat tujuan dengan selamat.

Pertama, rest area difungsikan sebagai tempat istrahat, menghilangkan penat, lelah dan semua rasa tak nyaman selama perjalanan. Rest area ramadhan adalah tempat menghilangkan penat dan lelah yang dirasakan selama perjalanan 11 bulan sebelumnya. Penat dan lelah akibat semua yang dimiliki dikerahkan hanya untuk memenuhi kebutuhan duniawi. Dari 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan 30 hari sebulan, sedikit sekali yang dialokasikan menjalin hubungan dengan Allah ta’ala.

Di rest are ramadhan ini, kita bisa tidur beristirahat dari kepenatan duniawi. Bukan dilarang, namun sejatinya waktu mulia ini tidak boleh dihabiskan untuk urusan yang “remeh temeh”, urusan jangka pendek yang hanya dinikmati selama kita hidup di dunia. Jika itu, terjadi maka fungsi ramadhan tidak terlalu terasa di kita.

Kita bisa dan seharusnya fokus kepada pemberi energi dan kita minta agar komunikasi kita dengan sang pencipta, pemilik dan pengendali alam semesta bisa menghilangkan penat dan lelah itu.

Kedua, rest area umumnya juga dimanfaatkan untuk tempat singgah sejenak memeriksa kondisi terakhir kendaraan sekaligus mengingat-ingat apa saja yang terjadi selama perjalanan serta cara kita berkendara.

Adakah cara kita berkendara 11 bulan sebelumnya ugal-ugalan? Melanggar rambu lalu lintas dan marka jalan? Adakah hewan yang tertabrak oleh kita? Adakah orang yang tertabrak oleh kita? Atau tersenggol oleh kita? Apakah senggolan tersebut membuat orang lain terperanjat kaget? Jatuh terluka hingga menjadi korban?

Rest area ramadhan adalah tempat kita memeriksa dan memikirkan hidup kita serta cara kita menjalaninya selama ini. Adakah hidup kita sudah baik? Atau belum baik atau bahkan buruk? Adakah kita banyak melanggar aturan Allah selama ini? Adakah orang-orang disekeliling kita yang jadi korban kita keteledoran dan kesalahan kita selama ini? Adakah… adalah…. dan adakah….?

Apabila kita dapatkan korban, maka segeralah memohon maaf bahkan memberi bantuan kepada korban. Semoga dengan begitu maka perjalanan 11 bulan ke depan tidak lagi ada korban.

Ketiga, termasuk yang terpenting, Rest area kita jadikan untuk beribadah menguatkan hubungan dan komunikasi kepada Allah, memohon agar diselamatkan sampai tujuan.

Rest area ramadhan ini kita gunakan untuk mempererat hubungan dan komunikasi kita kepada Allah ta’ala, banyak bermohon agar kita dijaga, dikaruniai hidayah, Inayah, Taufiq, iman, takwa, dan Ihsan pada perjalanan 11 bulan ke depan. Karena hanya hidayah Allahlah yang mampu menyesatkan kita dalam perjalanan dan mengantarkan kota sampai pada tujuan.

Firman Allah dalam surat al-a’raaf ayat 43;
وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ ۖ
“Mereka berkata; Sungguh segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kita ke jalan ini dan sungguh kita tidak kan beroleh petunjuk kalau bukan karena Allah yang hidayahi kita.”

Keempat, sangat penting, Rest area kita manfaat untuk mengisi “bahan bakar” yang kita butuhkan pada perjalanan berikutnya. Jumlahnya tergantung kita. Namun satu yang penting, jangan sampai jumlahnya kurang dari yang dibutuhkan. Sebab, bisa akibatkan malapetaka dan bencana di perjalanan berikutnya serta tidak membuat kita sampai pada tujuan akhir.

Perjalanan hidup kita itu sangat panjang sehingga kita perlukan energi, tenaga, bekal, bahan bakar yang jauh lebih banyak. Mengapa lebih banyak? Karena usia kita bertambah (bukan jatah hirup). Jika usia bertambah maka biasanya fisik akan melemah dan organ menurun kemampuannya. Di situlah bisa kita imbangi dengan bekal dan bahan bakar yang lebih banyak.

Jangan sampai kemampuan fisik yang ada sudah tidak mampu melakukan perjalanan dengan sempurna. Sehingga bekal dan bahan bakar bisa diandalkan untuk sampai pada tujuan.

Ramadhan, menjadi tempat kita beramal
Maksimal dan memperbanyak pundi-pundi serta rekening amal kita. Dan Harus dipastikan bahwa pundi-pundi amal kita bisa menutup kebutuhan bahan bakar kesalahan yang bisa saja terjadi di 11 bulan ke depan, sekaligus kita harus jamin bahwa tabungan bekal pahala kita bisa diharapkan membawa kita ke surga sebagai tempat tujuan akhir kita.

Firman Allah:
فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ (6) فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ (7) وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ (8) فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ (9) وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ (10) نَارٌ حَامِيَةٌ(11)
“Barangsiapa yang timbangan baiknya lebih berat maka hidupnya diridhai (bahagia, selamat). Barangsiapa yang timbangan buruknya lebih berat maka tempat adalah Hawiyah dan tahukah engkau Hawiyah itu? Ia adalah neraka yang menyala-nyala.” (QS: al-Qaari’ah: 6-11).

Wallahu a’lam BI ash-shawab.■



BACA JUGA