Senin, 18 Desember 2023 | 13:40 Wita

Refleksi Hijrah Rasul dari Arena Silatnas Hidayatullah

Editor: admin
Share

Oleh: Supriadi Yosup Boni, Kader Hidayatullah Makassar

HidayatullahMakassar.id — Silaturrahmi Nasional (Silatnas) Hidayatullah 2023 di Gunung Tembak Balikpapan Kalimantan Timur hampir tiga pekan telah berlalu. Ragam pelajaran dan hikmah dicatat masing-masing peserta. Mulai dari yang sifatnya ringan, sedang hingga yang sulit dan mendalam.

Kesan positif pertama mulai terasa sesaat setelah turun pesawat. Mampir sejenak di sekretariat sementara panitia penjemputan di Bandara Sutan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan menikmati senyum sambut panitia dan suasana ukhuwah yang tak tergambarkan.

Canda ria dalam kendaraan diselingi santap malam di warung rakyat depan Asrama Haji Balikpapan menambah nikmatnya perjalanan menuju kampus induk Hidayatullah tempat dilangsungkannya perhelatan silatnas Hidayatullah 2023.

Sesampai di lokasi Silatnas, rombongan kami disurprisekan dengan sambutan amat hangat oleh Dewan Pertimbangan Hidayatullah Dr Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar MSi dan Ketua Dewan Murrabi Hidayatullah Dr Tasrif Amin MPd lalu ditempatkan di kamar yang unpredictable.

Kami ditempatkan sederet ruangan dengan para pejabat teras Ormas Islam ini, padahal kami hanya tamu biasa yang tidak berjabatan struktural maupun kultural di Hidayatullah. Bahkan tidak berlebihan bila disebut kami pendatang baru dalam perhelatan silatnas Hidayatullah.

Sambutan hangat penuh senyum bahagia antar sesama peserta silatnas yang berjumlah lebih dari 20.000 orang dan terdiri dari unsur Dewan Pimpinan Pusat (DPP), 38 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW), 403 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan 1.088 Dewan Pimpinan Cabang (DPC) yang membawahi 621 Pondok Hidayatullah, berdiri di seluruh penjuru Nusantara, mulai dari Sabang hingga Merauke, sangat terasa bersahabat dan nikmat.

Tampil natural, bersahaja dan apa adanya merupakan pemandangan umum di seluruh peserta. Tidak ada garis demarkasi yang tegas mencolok antara pejabat teras Hidayatullah dengan kader, dan warga pada umumnya. Saling sapa dengan ramah, saling menghargai berhias senyum dinikmati di hampir setiap jalan dan pojok lokasi silatnas.

Menikmati suasana dinamika dan pemandangan di arena silatnas, tetiba fikiran melayang mencoba mereka-reka bagaimana suasana riang gembira mewarnai peristiwa Hijrah dahulu saat kedatangan Rasulullah di Madinah

Betul, bahwa suasana keduanya tidak persis sama. Namun mustahil juga dipungkiri, bahwa kampus pusat Hidayatullah, lokasi silatnas dan kota Madinah tempat destinasi Hijrah sama-sama diliputi kebahagiaan, kegembiraan, rahmat dan berkah.

Sambutan hangat dan saling melebur antar peserta silatnas merupakan miniatur dari sambutan hangat dan saling melebur antar kaum Anshar dan kaum Muhajirin.

Kebahagiaan warga Hidayatullah Gunung Tembak menyambut kader dan warga Hidayatullah dari seluruh cabang menggambarkan kebahagiaan kaum Anshar Madinah menyambut kaum Muhajirin dari kota Makkah.

Kegembiraan kader dan warga Hidayatullah dari berbagai penjuru Nusantara menerima sambutan hangat warga Hidayatullah Gutem merefleksikan kegembiraan kaum Muhajirin disambut hangat kaum Anshar.

Penempatan beberapa peserta silatnas di ruang yang sama ibarat proses at-taakhi (mempersaudarakan) antara kaum Anshar dengan kaum Muhajirin yang dilakukan Rasulullah saw.

Empat hari (23-26/11/2023) silatnas berlangsung, diisi beragam acara-acara keagamaan, keilmuan, sosial, ekonomi, kepemudaan, pertandingan beberapa cabang olah raga hingga kegiatan yang sifatnya personal adalah gambaran kecil bagaimana kaum Anshar dan kaum Muhajirin berkegiatan bersama di semua sektor kehidupan di Kota Madinah.

Suasana silatnas memantik saya merenungi firman Allah swt:
لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ. وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ. (الحشر: 8-9)
“(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung” (Qs: al-Hasyr: 8-9)

Dapat dipastikan, kehadiran warga Hidayatullah dari seluruh wilayah penugasan di perhelatan silatnas, tidak bermotif duniawi, namun untuk memanifestasikan ukhuwah, memperbaharui keimanan dan merumuskan rencana bersama mengembalikan peradaban Islam sebagaimana kaum Muhajirin hadir di Madinah semata-mata bermotif menggapai ridha Allah swt.

Demikian pula, warga kampus pusat Hidayatullah Gunung Tembak menyambut warga cabang Hidayatullah sedikit pun tidak berharap menerima imbalan hadiah materi, apalagi untuk mengharap jadi kaya raya, namun semata-mata ingin berbagi sesama sekalipun mungkin mereka juga dalam keadaan sangat butuh.

Persis seperti kaum Anshar yang nihil motif duniawi dalam menyambut kaum Muhajirin, bahkan mereka rela berbagi harta berharga mereka.

Kalau kota Madinah pasca Hijrah dianggap pondasi awal perkembangan Islam hingga mewujud nyata dalam bentuk peradaban manusia yang hasilnya masih terasa hingga kini, maka kita berharap silatnas Hidayatullah 2023 menjadi pijakan awal untuk mengembalikan peradaban Islam – yang menurun atau belum berwujud saat ini – tampil seperti matahari yang menyinari alam semesta. AMIN
Wallahu a’lamu bi al-shawab.



BACA JUGA