Jumat, 24 Januari 2020 | 13:33 Wita

Takut Pada Allah atau Jin?

Editor: Firman
Share

Catatan Ta’lim Diniyah, Oleh : Al Ustadz Drs Ahkam Sumadiana MA

HidayatullahMakassar.id — Rasa takut memang datang dengan sendirinya, ia tidak bisa ditolak kedatangannya, pun ia juga tidak bisa dilarang kepergiannya. Rasa takut ini termasuk dalam Ilmu Wahmi. Ilmu yang Berkaitan dengan perasan, benci, cinta, rindu, jengkel dan sebagainya.

Merupakan salah satu fakultas pengetahuan dalam diri manusia. Islam mengakui keberadaan jin dan setan. Bahkan dijelaskan dalam beberapa ayat bahwa jin seperti makhluk manusia, walaupun tidak dalam bentuk materi-jasad. Watak jin bervariasi, ada yang muslim dan ada yang menentang Tuhannya.

Sementara itu, banyak ulama berpendapat bahwa setan bukan makhluk, tetapi lebih sebagai gambaran sifat jelek manusia. Sedangkan makhluk iblis memang ada, dan dia sudah mengadakan kontrak kerja dengan Allah untuk selalu menyesatkan umat manusia dari jalan yang benar. Akibatnya, tidak ada iblis yang baik.

Sebetulnya keberadaan jin dan iblis sangat ditentukan oleh konsep pemikiran kita sebagai umat yang beriman.

Ketika ada orang merasa diganggu makhluk gaib seperti jin atau iblis, biasanya dia selalu dalam keadaan yang waswas. Dalam keadaan seperti ini banyak hal-hal yang tadinya normal, kemudian menjadi aneh. Akibatnya, orang tersebut kemudian menduga-duga; muncullah perasaan diganggu jin/iblis. Walhasil, ketakutan tidak jarang disebabkan oleh “halusinasi” yang kita buat sendiri.

Ketika kita merasa takut, cobalah berfikir rasional; apa ada alasan untuk takut? Jika kita yakin bahwa tidak ada hal-hal yang meragukan atau meresahkan, maka tidak ada alasan untuk takut diganggu jin/iblis.

Agama mengajarkan satu, kita penting menghadapi ketakutan. Dalam sebuah hadith disebutkan, “Tinggalkan keraguan, untuk sebuah kepastian”.

Kalau kita yakin bahwa Allah selalu bersama kita dan akan selalu menjaga umat-Nya yang konsisten mengingat Dia, maka tentunya kita harus merasa aman bersama Allah Ta’ala.

Sehungga apakah jin/iblis tidak akan mengganggu kita? Tentunya tidak. Bukankah iblis sudah berikrar untuk mengganggu umat manusia?

Kalau rasa takut kita lebih besar kepada makhulk dibanding kepada Allah Ta’ala maka keimanan kita diragukan.

Bagi orang yang beriman, yang berfikir rasional, tidak ada alasan untuk takut terhadap gangguan jin. Coba ingat -ingat, tidak ada orang yang mati karena dicekik jin; tidak ada orang yang ditusuk iblis.

Mungkin hanya ada dalam cerita sinetron, konon kata orang atau iblis/jin dijadikan dijadikan kambing hitam.

Artinya, gangguan jin/iblis lebih bersifat dorongan negatif yang muncul dari dalam diri kita. Ingat ketika iblis sebelum dikutuk oleh Allah, dia diizinkan untuk menjelajahi organ tubuh manusia. Setelah dia tahu kelemahan urusan perut ke bawah (perut = nafsu makan, rakus, dan alat kelamin dengan nafsu seksual), dia kemudian bersikeras hati untuk menentang Allah, lalu diusir dari surga.

Melalui media perut dan alat kelamin itulah
kemudian iblis/jin menggganggu manusia. Dengan kata lain, gangguan jin/iblis tidak bersifat real, lebih berupa impulse yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan yang tidak benar. Keberadaan jin dan iblis sangat ditentukan oleh konsep pemikiran kita sebagai umat yang beriman.(Muliady/*)

*) Drs H Ahkam Sumadiana MA, anggota Dewan Muzakkarah Pusat Hidayatullah



BACA JUGA