Sabtu, 7 Januari 2023 | 21:06 Wita

Kita Iqra Terhadap Potensi Kader Hidayatullah

Editor: Humas Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar
Share

Oleh: Ust Drs H Ahkam Sumadiana MA, Dewan Pembina Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar

HidayatullahMakassar.id — Dalam surah al-Tīn ayat 4 Allah ta’alla berfirman:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS. al-Tīn: 4)

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini sebagai objek sumpah Allah swt telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, dengan perawakan yang sempurna serta beranggotakan badan yang normal.

Kemudian dalam kitab tafsir al-Tafsīr al-Ma’mūn ‘alā Manhj al-Tanzīl wa al-Sahīh al-Masnūn Karya Ma’mūm Ahmad Rātib Hamūsy, menjelaskan Allah swt menciptakan manusia dalam bentuk paling sempurna tingkah laku, sebaik-baiknya bentuk seperti tangan untuk makan.

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang berilmu, dapat berbicara dan mendengar, bijaksana, dan juga sebagai alat untuk meluruskan perbedaan-perbedaan yang ada di bumi. Semua ada pada manusia. Potensi, keistimewaan, dan kemuliaan ada pada diri manusia tersebut.

Potensi Manusia sebagai Hamba Allah

Sebagaimana firmannya

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S Az-Zariyat [51] : 56)

Ibadah sebagaimana yang tertulis dan diatur dalam rukun Islam maupun rukun iman.

Tata cara ibadah ini adalah yang paling sempurna dibandingkan dengan ibadahnya makhluk Allah lainnya, bahkan lebih sempurna dibandingkan dengan ibadahnya para nabi sebelum nabi kita Rasulullah saw.

Begitu pentingnya ibadah ini menurut Hidayatullah sehingga untuk memastikan bagi kader harus menjalankan GNH (Gerakan Nawafil Hidayatullah).

Ibadah inilah yang dapat mengantarkan manusia untuk memiliki dan mendapatkan predikakat atau sebutan

Muslim, Mu’min, Mukhsin, Mukhlis ini dan Muttaqin.
Predikat ini ada kaitannya dengan pengamalan GNH kita masing-masing, tentu saja kita semua punya cara dan kualitas yang berbeda-beda dalam menjalankan GNH ini.

Secara obyektif kita harus mengakui bahwa ada kader yg dapat menjalankan GNH 100% dengan cara istiqamah tapi ada juga yg menjalankan GNH sekitar 50% itupun tidak istiqamah.

Begitulah sebenarnya cara Hidayatullah memproses kadernya agar semua dapat mencapai predikat taqwa.

Hidayatullah ingin melihat semua kader memanfaatkan potensinya sebagai hamba Allah yang sempurna sehingga lembaga ini bukan sekedar menunggu dan pasrah melihat kadernya berjuang sendiri-sendiri untuk mencapai kualitas taqwa, tetapi lembaga perjuangan ini membuat sistem sekaligus methodologi agar kader tidak ada yang kesulitan memperoleh maqam taqwa.

GNH Memudahkan Hidayatullah Mengevaluasi Semua Kader Baik yang Mendapatkan Amanah di Organisasi, Amal Usaha, Badan Usaha dan Tugas-tugas Lainnya.

Selanjutnya untuk memastikan bagaimana seorang hamba itu berprilaku terhadap diri sendiri dan orang lain agama kita telah mengaturnya melalui syariat islam yang sempurna dan paripurna.

Dengan syariat ini kita dapat memahami dengan baik yang namanya benar dan salah, baik dan buruk, halal dan haram.

Syariat ini juga yang membedakan kita dengan makhluk lainnya, begitu sempurnanya syariat Islam sehingga baik urusan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara di atur dalam islam, bahkan urusan WC dan Kuburan itu di atur secara rinci dalam islam.

Dengan Menjalankan Ibadah dan Syariah Secara Sempurna maka Kita Dapat Memiliki Akhlaqul Karimah atau Akhlak yang Baik


Potensi Kedua sebagai Khalifatullah fil Ardhi

Allah ta’alla berfirman


وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوٓا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S Al-Baqarah [2] : 30)

Bagaimana Ormas Hidayatullah memahami dan menjabarkan ayat ini dalam kehidupan baik secara infiradi maupun secara jama’i?

Makna Khalifah fil Ardhi

Bahwa kehadiran kita di atas dunia ini bukan inisiatif pribadi kita masing-masing tetapi kehadiran kita di muka bumi ini pertama adalah kehendak Allah Taalaa, kedua Allah menginginkan agar manusia menjadi wakilnya di muka bumi, artinya semua yang kita jalankan adalah mewakili keinginan Allah bukan keinginan pribadi maupun golongan manusia.

Kesadaran Terhadap Eksistensi sebagai Khalifatullah fil Ardhi

Karwena kesadaran inilah sehingga ormas Hidayatullah menetapkan Visi, Misi, Orientasi dan Jatidiri.

Agar potensi kader benar-benar dapat dimeneg dengan baik dan benar, agar fungsi sebagai khalifah bisa berjalan dengan sempurna.

Visinya membangun peradaban Islam, misinya melaksanakan syariat islam, orientasinya kaffata linnas wa rahmatan lil alamiin.

Sedangkan eksistensi Hidayatullah sebagai ormas Islam telah menetapkan jatidiri Hidayatullah yang meliputi:

Pertama, menjadikan Manhaj Nabawi atau yang populer disebut Sistematika Wahyu sebagai methode tarbiyah dan dakwah.

Kedua, Berintishab atau berafiliasi dengan pemahaman Ahlussunnah wal jama’ah (ASWJ). Ketiga, menjadikan ormas ini sebagai lembaga perjuangan atau dengan istilah Al-Harakah Al-Jihadiyah Al-Islamiyah

Keempat, Hidayatullah menyadari bahwa mayoritas ummat Islam penganut Ahlussunnah wal jamaah juga memiliki perjuangan dan tujuan yang sama sehingga Hidayatullah merupakan jama’atun minal muslimin

Kelima, semua langkah dan keputusan Hidayatullah diputuskan dengan cara musyawarah sehingga jamaah Hidayatullah menganut sistim kepemimpinan syura’

Keenam, Prinsip yang dianut Hidayatullah mengikuti prinsip Islam ahlussunnah yaitu berprinsip dan bersikap wasathiyah dalam mencapai tujuannya.

Urgensi Konsolidasi, Baik Konsolidasi Manhaj, Organisasi, Wawasan Maupun Program

Menjadi kunci dan suksesnya Hidayatullah mencapai Visi, Misi, Orientasinya.

Rahasia sukses konsolidasi adalah keberhasilan kader Hidayatullah memahami visi, misi, orientasi dan jati diri dengan baik dan menjalankannya dengan prinsip sami’na wa atha’na

Kader yang memiliki sikap seperti ini senantiasa dapat menjalankan amanah perjuangan dengan baik dan berjalan secara dinamis.(*)

*) Disampaikan pada tausiyah ba’da Magrib di arena Rakerwil Hidayatullah Sulsel di Ponpes Hidayatullah Towuti, Luwu Timur



BACA JUGA