Kamis, 13 Mei 2021 | 09:15 Wita

Khutbah Ied: Urgensi Muhasabah Bagi Orang Beriman dan Bertaqwa

Editor: Firman
Share

Oleh : Drs. H. Ahkam Sumadiyana, MA, Trainer Nasional, Anggota Dewan Muzakarah Pusat Hidayatullah 2015-2020

HidayatullahMakassar.id — Allah SWT berfirman

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿١٨﴾

Artinya; Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Al-Hasyr:18]. 

Ayat yang mulia tersebut di atas memerintahkan kepada kita sebagai orang beriman untuk menjaga ketaqwaan kemudian memepertikan, mengevaluasi diri tentang apa saja yang sudah kita lakukan sebagai persiapan menghadapi hari esok yaitu di akherat kelak.

Sebagai konsekuensinya mari kita muhasabah ibadah dan amaliyah kita selama bulan suci ramadhan. Berupa qiyamul lail/sholat tarwih secara berjama’ah pada malam hari kemudian berpuasa pada siang harinya. Ditambah dengan baca al-qur’an, berinfaq dan memberikan buka puasa, tidak lupa kita mengurangi aktifitas yang sia-sia, bahkan meninggalkan perbuatan maksiat dan dosa. Semua itu dilakukan semata-mata hanya ingin mendapatkan predikat taqwa disisi Allah Swt. 

Sebagai orang beriman dan bertaqwa kita harus bersikap kritis terhadap apa yang sudah kita kerjakan, hal ini penting karena Ibadah serta Amal sholeh yang diterima oleh Allah Swt harus memenuhi  3 persyaratan sebagai berikut;

Pertama, ibadah dan amal sholeh harus dengan ilmu atau pemahaman yang benar. Bukan hanya karena ikut-ikutan, karena hal itu dilarang oleh Allah Swt dalam firmannya;

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً ﴿٣٦﴾

Artinya; “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.[Al-Isra’:36].

Ayat yang mulia ini merupakan larangan dari Allah Swt kepada orang beriman dalam melakukan ibadah dan amal sholeh tanpa ilmu dan pemahaman yang benar.

Kedua, Ittiba’ yaitu dengan mencontoh langsung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melalui sunnahnya khususnya tentang bagaimana cara beribadah kepada Allah Swt;

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٣١﴾

Artinya; Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[Ali-imran:31].

Ketiga, Ikhlas, yaitu mengerjakan beribadah dan beramal sholeh semata-mata karena Allah Ta’alaa serta tidak mempersekutukan kepada selainnya sebagaimana penegasan;

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ ﴿٥﴾

Artinya; “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” [Al-Bayyinah:5].

Mempertahankan  Taqwa, Kemenangan dan Kesucian Jiwa

Prestasi ummat Islam pada bulan suci Ramadhan kali ini tergolong luarbiasa, mengingat situasi dan kondisi sekarang ini sedang dilanda wabah pandemi Covid 19, namun ummat Islam menjalankan perintah puasa satu bulan penuh, mampu menunaikan sholat tarwih/lail  11 raka’at selama satu bulan penuh sekaligus mampu menamatkan al-qur’an bahkan lebih dari sekali khatam, membayar Zakat, Infaq, Sedekah,  ifthar buka puasa serta hadiah.  

Dengan ketaatan ummat Islam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah selama satu bulan itu maka sangat wajar apabila orang beriman mendapatkan predikat taqwa.

Namun demikian kita juga harus mengetahui bagaimana cara mempertahankan prestasi tersebut dalam menghadapi problematika kehidupan sebelas bulan mendatang agar kita dapat berjumpa kembali dengan Ramadhan dalam keadaan masih beriman dan bertaqwa kepada Allah Ta’alaa.

Mengingat manusia memiliki banyak kelemahan dalam menghadapi tantangan, ujian dan godaan yang sangat dahsyat, sehingga ada baiknya kita mengambil ibrah dari  firman Allah sebagai berikut;

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا ﴿٧﴾ فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا ﴿٨﴾ قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا ﴿٩﴾ وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا ﴿١٠﴾

Artinya; “dan demi jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah Swt mengilhamkan kepada jiwa itu jalan fujur/fasiq dan jalan ketakwaan, sungguh kemenangan/beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya. [Asy-Syams:7-10].

Ayat yang mulia tersebut di atas menerangkan kepada kita tentang potensi yang dimiliki oleh jiwa manusia, yaitu potensi untuk melakukan pelanggaran sekaligus mempunyai potensi untuk melakukan kebaikan atau ketaqwaan.

Ketika manusia memilih jalan taqwa, maka ia akan menggunakan akal dan jiwanya untuk menempuh jalan yang lurus maka “Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya.” [Asy-Syams: 9].  Apalagi kemenangan dan keberuntungan ini telah kita buktikan bersama selama mengerjakan ibadah dan amaliyah pada bulan suci ramadhan.

Mewaspadai Kerugian dan Fujur Bagi Mu’minin

Namun, akan jauh berbeda nasib dan perjalanan hidupnya apabila berani memilih jalan  fujur  untuk baginya, karena pilihan ini akan membiarkan akal dan hatinya untuk menempuh jalan yang sesat, hingga sikap dan pikirannya senantiasa ingin melakukan perbuatan maksiat dan dosa. “Dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” [Asy-Syams:10].

Di sinilah baru kita merasakan keistimewaan bulan suci Ramadhan yang mulia ini karena mampu mengeliminir bahkan menundukkan sifat fujur dalam diri manusia, sehingga yang nampak dan dominan adalah prilaku dan perbuatan taqwanya.

Perlu kita fahami bersama pula bahwa sesungguhnya antara keimanan dan kekufuran itu pada dasar dapat bertambah dan dapat berkurang sebagaimana firman Allah;

هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَاناً مَّعَ إِيمَانِهِمْ ….﴿٤﴾

Artinya; “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu’min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).”[Al-Fath:4].

Selanjutnya Iman dapat berkurang sebagaimana Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam;

لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ

Artinya; “Tidaklah seorang pezina berzina dalam keadaan beriman dan tidaklah peminum minuman keras ketika dalam keadaan beriman serta tidaklah mencuri ketika pencuri dalam keadaan beriman. [H.R. Bukhari dan Muslim].

Maknanya adalah bahwa iman dapat bertambah apabila kita mengejakan ibadah dan amal sholeh sekaligus dapat berkurang apa bila kita mengerjakan perbuatan maksiat dan dosa.

Maka dari itu marilah kita bersama-sama komitmen untuk menjaga keimanan dan ketaqwaan kita, yang telah kita raih pada bulan suci Ramadhan ini dengan sikap istiqamah di jalan Allah Swt.

Tentu saja komitmen itu penting agar kita dapat mempertahankan dan menjalani kehidupan selama sebelas bulan mendatang dengan menjalankan syari’ah Islam, maka kita harus memiliki sikap istiqamah dalam perjuangan, sekaligus untuk menta’ati perintah Allha Swt sebagai berikut;

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلاَ تَطْغَوْاْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ ﴿١١٢﴾

Artinya; “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. [Huud:112].

Perintah untuk beristiqamah di jalan Allah Swt bersama orang-orang telah bertaubat merupakan pilihan terbaik bagi orang beriman dan bertaqwa, karena hanya dengan cara istiqamah saja maka predikat taqwa yang kita peroleh pada bulan suci Ramadhan ini dapat bertahan hingga kita bisa bertemu kembali pada bulan suci Ramadhan tahun depan.■ fir

*) Disarikan dari naskah Khutbah Idul Fitri 1442 H di Masjid Lukmanul Hakim, kompleks perumahan Mutiara Jelita, Makassar



BACA JUGA