Sabtu, 10 April 2021 | 18:37 Wita

Rumah Qur’an, Benteng Moral Generasi Milenial di Era Disrupsi

Editor: Firman
Share

Oleh : Irfan Yahya, Ketua STAI Al Bayan Hidayatullah Makassar

HidayatullahMakassar.id — Alhamdulillah Tabarakallah, selalu saja ada hal yang menarik dan menantang sebagai wujud eksistensi Hidayatullah berkhitmad untuk bangsa dan negara ini. Ahad, 25 November 2018 silam di Kampus Induk Ummul Qura Hidayatullah Gunung Tembak Balikpapan, Ketua Umum DPP Hidayatullah, KH Dr Nashirul Haq pada penutupan Silaturahmi Nasional (Silatnas) Hidayatullah melauncing Gerakan Nawafil Hidayatullah (GNH), sebuah gerakan yang didesain dan diformulasikan bagi seluruh kader Hidayatullah sebagai bauh dari proses internalisasi nilai-nilai wahyu yang termaktub dalam lima surah yang pertama kali turun, terkhusus tujuh ayat surah al-Muzzammil. Jauh sebelumnya juga dicanangkan Piagam Gunung Tembak. 

Poin Gerakan Nawafil Hidayatullah mencakup enam hal, yakni setiap kader Hidayatullah wajib memakmurkan masjid dengan cara shalat fardhu berjamaah dan shalat sunnah Rawatib; membaca kita suci Alquran setiap hari minimal satu juz; rutin mendirikan shalat malam; membaca wirid pagi, petang dan malam; dan dakwah fardiyah setiap hari Sabtu atau hari lain sepekan sekali serta merutinkan infaq. Dan alhamdulillah GNH ini terus digelorakan dan diobyektivasikan dengan penuh kedisiplinan oleh setiap kader Hidayatullah yang tersebar di seantero jagad nusantara ini.

Kini setelah kurang lebih lima tahun berjalan, Dewan Pimpinan Pusat Hidayatulah pada ajang Musyawarah Nasional 2020-2025 yang digelar di Kampus Utama Hidayatullah Depok, kembali mempersembahkan sebuah program keummatan yang bertajuk Rumah Qur’an. Kalaulah GNH merupakan buah dari gerakan internlasisasi setiap kader Hidayatullah dengan menjadikan al-Muzzammil ayat ke-1 sampai ke-7 sebagai landasan geraknya, maka Gerakan Rumah Qur’an ini merupakan buah dari gerakan eksternalisasi setiap kader Hidayatullah dengan menjadikan al-Muddatstsir ayat ke-1 sampai ke-7 sebagai landansan geraknya. Gerakan Rumah Qur’an ini bagi Hidayatullah diharapakan menjadi best practice. 

Seakan tidak mau membuang jedah, sesaat setelah kegiatan Musyawarah Nasional berakhir, silih berganti para kader Hidayatullah yang bergerak di level Provinsi lansung tancap gas, mengkonsolidasikan segala resources yang dimiliki, membangun sinergi dengan pemerintah dan sejumlah stakeholder lainnya, melaunching Rumah Qur’an. Diawali pergerakan kader  milenial Hidayatullah Jakarta dengan gerakan 1000 Rumah Qur’anya.  Seakan tak mau ketinggalan dengan semangat berfastibuqul khaerat menyusul pergerakan kader Hidayatullah di Pulau Jawa lainnya, pulau Sulawesi, Kalimantan, Sumatera serta Papua.

 

Demikianlah halnya hari ini, semangat itu tetap menggelorah merambah bumi Melayu. Gerakan Launching 5000 Rumah Qur’an se Sumatera digelar, dikomandoi oleh Kampus Utama Hidayatullah Batam. KH. Jamal Nur, selaku Ketua Dewan Pembina Kampus Utama Hidayatullah Batam, tampil membawakan sambutannya, membakar semangat para mujahid dakwah Hidayatullah se Sumatera yang hadir dalam acara tersebut. Dengan penuh optimism, dengan kemampuan para kader Hidayatullah mengkavitalisasi modal sosial yang selama ini dimiliki oleh Hidayatullah, insya Allah program 5000 Rumah Qur’an ini akan mendulang kesuksesan yang gemilang di bumi Melayu ini. Gayung bersambut, Bapak Gubernur Provinsi Kepulauan Riau dalam sambutannya yang diwakilkan oleh Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan memberikan apresiasi yang sangat positif atas pencanangan gerakan Rumah Qur’an ini, selain turut berpartisipasi memberi infaq secara pribadi sebagai rasa syukurnya atas hadirnya program ini, juga dengan penuh semangat membuka peta jalan tahapan suskesnya program ini, sebuah proyeksi program yang sangat praktis dan realistis. Tidak cukup sampai di situ, Asisten II mewakili Gubernur mengurai panjang lebar tentang grand scenario dan roadmap bagi keberlansungan hidup dan tantangan generasi pelanjut bangsa ini, generasi milenial, generasi Z dan generas Alfa di era disrupsi saat ini.  Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi kader-kader Hidayatullah di Kepulaun Riau ini. Inti pesan yang ingin disampaikan oleh pihak pemerintah kepulauan Riau, bahwa negara harus hadir dan tidak boleh diam menyambut program mulia ini dengan wujud nyatanya bahwa pihak pemerintah dan legislative bisa terketuk hatinya memasukkan program Rumah Qur’an ini dalam nomenklatur perencanaan APBD pemerintah masing-masing daerah.  

 Disadari atau tidak era disrupsi 4.0 dan atau 5.0 society telah mengubah secara signifikan sistem sosial kemasyarakatan kita, baik pada sistem ekonomi, sosial, politik serta dunia pendidikan. Dengan perubahan itu, penduduk bumi tidak terkecuali Indonesia telah mengalami persoalan hidup yang semakin kompleks dan ruwet, ibarat benang kusut yang susah ditemukan ujung pangkalnya.  

Pendidikan adalah salah satu titik simpul, “palang pintu” moral generasi pelanjut bangsa dan negara ini. Seiring dengan waktu, sektor pendidikan juga mengalami perubahan secara signifikan sebagai konsekuensi logis era disrupsi sekarang ini. Perubahan model dan pola pendidikan dari generasi ke generasi menjadi sesuatu hal yang mutlak. Teknologi terus berkembang dari generasi ke generasi. Setiap generasi mempunyai prilaku karakter yang berbeda didasarkan pada tahun kelahirannya. Mengacu pada teori generasi (generation theory), teori yang pertama kalinya mucul di Amerika. Saat ini, ada lima generasi di dunia yang masih eksis. Pertama, generasi Baby Boomer yang lahir pada rentang waktu 1946-1954. Generasi ini dapat dikenal dengan sikap dan prilakunya yang menentang nilai-nilai tradisional. kecendrungan orientasinya pada misi dan layanan, serta mau bekerja ekstra. Kedua, ada generasi yang lahir pada rentang waktu 1955-1965 di kenal dengan Generation Jones. Generasi yang kerap disebut sebagai orang yang memiliki sifat cemas juga menyenangkan. Kecenderungannya tidak menyukai hal-hal yang bersifat monoton. Ketiga, generasi X, generasi yang lahir pada kurun waktu 1966-1976. Generasi ini dikenal sebagai generasi yang mandiri, cerdas, dan kreatif. Selanjutnya generasi Y atau dikenal dengan generasi milenial. Manusia yang masuk dalam generasi ini adalah mereka yang lahir pada kurun waktu 1977-1994. Manusia yang masuk dalam generasi ini memiliki rasa percaya diri, optimistis, bebas, ekspresif. Namun, generasi ini gampang bosan dan loyalitasnya dalam urusan pekerjaan kurang. Kelima, generasi Z generasi yang lahir pada saat penggunaan komputer, internet. Manusia yang termasuk generasi Z adalah mereka yang lahir pada rentang waktu 1995-2012. Selanjutnya Menurut Mark McCrindle, analis sosial cum demograf dari grup peneliti McCrindle, Generasi Alfa adalah: Generasi yang lahir di antara tahun 2010 – 2024. Penamaan Alfa dibuat berdasarkan alfabet Yunani, dan sesuai alfabet, Alfa dipilih karena generasi yang lahir sebelumnya telah menggunakan nama Generasi Z. Generasi alfa ini lahir di era perkembangan tekologi dan internet yang begitu pesat. Karenanya, generasi alfa cenderung mudah tertarik dengan gawai dan teknologi. Kelak akan menjadikan media sosial dan teknologi sebagai jalan hidup mereka. Berbeda dengan generasi Z sebelumnya yang menganggap media sosial dan teknologi hanya sebagai sebuah eksistensi.

 Perilaku tiap generasi tentu tidak sama. Hal ini disebabkan oleh perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, dan juga berbagai faktor lain. Sifat unik setiap generasi kegenerasi berbeda membuat model pendidikan yang diterapkan juga tentunya berbeda dan semakin berkembang.  Dalam dunia pendidikan modern, ilmu pengetahuan dan teknologi yang seolah telah dipertuhankan oleh manusia modern saat ini telah terbukti gagal mengantarkan manusia keluar dari segala macam persoalan hidup. Akar masalah dari persoalan ini menurut analisis Prof Syed Muhammad Naquib al-Attas adalah problem ilmu pengetahuan, orientasi orang menuntut ilmu. Kalau ilmu itu digunakan untuk orientasi materi semata, maka ilmu itu nantinya akan digunakan dengan segala macam cara untuk mencapai tujuan tersebut yang tidak sesuai dengan adab. Jadi akar masalah yang sedang kita hadapi saat ini adalah disekitar pengertian ilmu. 

Ada kecendrungan  orang tersesat dalam menuntut ilmu, mereka menyekolahkan anaknya masuk di kedokteran supaya nanti jadi dokter dan menjadi kaya, mereka menyekolahkan anaknya menjadi insinyur agar nanti dapat kerja proyek dan dapat uang dan menjadi kaya, masuk ke fakultas ilmu pemerintahan dan politik agar kelak bisa jadi politisi dan kaya raya, tapi tidak terpikir sama sekali jika harta dan jabatan yang mereka dapatkan itu dari hasil sogok, hasil korupsi, ilmu bahwa sesuatu itu dicapai harus sesuai tuntunan syariat itu tidak ada sama sekali terbetik dalam pikiran orang saat ini, ini tentang pengetahuan, akal pikiran kita telah diliputi oleh masalah sifat dan tujuan ilmu yang salah, ilmu semata untuk materi. 

Inilah yang dikatakan “los of adab”. Ilmu tanpa adab, yang dimaksud adab bukan moral sopan santun, adab adalah kombinasi iman, ilmu dan amal. Kalau ilmu kita ini tidak mengantarkan kita pada keimanan, berarti ilmu kita ini salah. Orang Islam telah terperdaya dan secara tidak sadar menerima pegertian ilmu yang diaggap sama dengan pengertian dalam kebudayaan Barat yang materialis, ini yang terjadi. Jadi suap, korupsi, pelanggaran hukum, ujung-ujungnya adalah penggunaan ilmu untuk sesuatu yang tidak sesuai dengan worldview Islam. Man Izdada ilman wa lam yazdad hudan lam yazdad Minallahi illa bu’dan: siapa yang tambah ilmunya tapi tidak tambah petunjuknya atau imannya dia akan tambah jauh dari tuhanNya, berarti ilmu harus menambah iman, ilmu kalau akhirnya meninggalkan iman berarti ilmunya salah.

Kembali pada teori generasi (generation theory) dengan pembagian generasi yang dipaparkan di atas, maka tahun 2020an ini menjadi zamannya generasi milenial. Generasi yang hidup pada yang serba perubahan dan pergeseran. Era ini disebut juga era disrupsi. Secara umum era disrupsi diartikan sebagai masa ketika bermunculan banyak sekali inovasi yang tidak terlihat, tidak disadari oleh generasi milenial sehingga menggangu jalannya aktivitas tatanan atau sistem nilai atau bahkan hingga menghancurkan sistem nilai tersebut. Kondisi yang senantiasa berubah, berkembang, dan bergeser terus-menerus membuat generasi milenial harus lebih teliti dan terampil serta berfikir kreatif dan inovatif. Revolusi industri 4.0 medorong terjadinya disrupsi dalam berbagai bidang yang memberikan tantangan dan peluang, termasuk bagi generasi melenial. Saat ini kita mengalami dua disrupsi yang luar biasa yaitu bidang teknologi karena revolusi industri 4.0 dan gaya hidup karena adanya perubahan generasi yang menyebabkan perubahan gaya hidup. 

Oleh sebab itu, lahirnya gerakan Rumah Qur’an yang sudah menyebar di seantero jagad nusantara ini diharapkan menjadi satu kebutuhan penting dan mendesak sebagai bagian dari upaya untuk memproteksi generasi melenial dan genarasi Alfa bangsa dan negara ini dari gelombang arus disrupsi yang meluluh lantahkan sistem nilai generasi tersebut. Langkah ini diharapkan mampu untuk menghadapi tantangan perubahan zaman. Era disrupsi menuntut generasi milenial yang bukan saja bisa memberikan berbagai solusi dari berbagai permasalahan yang ada, tapi juga tetap berkarakter dan berakhlaq Qur’ani. 

Generasi milenial selain harus produktif, kreatif, inovatif, berjiwa wirausaha, juga yang paling pokok adalah tetap berkarakter dan berakhlaq Qur’ani.  Dan hal ini dapat diupayakan selain melalui Pendidikan berbasis kurikulum yang terintegrasi dengan nilai-nilai Qur’ani juga dapat diwujudkan dengan mengadakan rumah-rumah Qur’an sebagai benteng moral, garda depan dalam lingkup struktur masyarakat paling bawah, keluarga dan lingkungannya. Kreativitas dan kontribusi generasi milenial yang berkarakter dan berakhlaq Qur’ani dalam dunia pendidikan dan sosial budaya menjadi hal yang penting. Sebab mereka adalah generasi yang akan mewarisi bangsa ini dengan mengoptimalkan peran pemuda demi kemajuan bangsa di era persaingan global yang semakin memanas. 

Generasi muda atau disebut generasi milenial harus siap menghadapi era disrupsi, dengan karakter dan akhlaq Qur’ani juga memiliki etos kerja, sikap terbuka, serta mampu menjadi problem solving (pemecahan masalah), untuk menyelesaikan berbagai persoalan komplek dan berubah dengan cepat. Karena ditangan generasi muda terletak kunci keberhasilan bangsa dan negara ini. Seluruh proyeksi masa depan sesungguhnya sangat bergantung pada kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang bakal mengelola masa depan. Kini yang menjadi sasaran pengembangan SDM itu adalah mereka kaum milenial, yang saat ini masih duduk di bangku sekolah atau kuliah di perguruan tinggi.  Karena itu, kehadiran lembaga pendidikan formal yang sedemikian rupa berupaya menggelar “lapak” pendidikannya sesuai selera pasar tentulah sangat tidak memadai untuk kemudian itu dijadikan sandaran untuk mencetak SDM. Wallahualam.■

Batam, 10 April 2024

Catatan kaki acara launching 5000 Rumah Qur’an Se Sumatera di Kampus Utama Hidayatullah Batam.



BACA JUGA