Selasa, 12 Mei 2020 | 06:38 Wita

Kalau Bukan Ramdhan, Kapan Lagi?

Editor: Firman
Share

■ Ramadhan Mubarak: Supriadi Yosup Boni, Penulis Buku “Apa Salah MLM”

HidayatullahMakassar.id — Ramadhan merupakan moment sangat spesial yang dikaruniakan Allah ta’ala kepada manusia. Ramadhan dikirimkan Allah ta’ala untuk dimanfaatkan manusia mendulang pahala, rahmat, karunia, Taufiq, hidayah dan ampunan Allah ta’ala.

Tidak ditemukan moment dalam masa satu tahun yang sama utama dan istimewanya dengan ramadhan. Apalagi yang lebih dari itu. Sungguh tidak mungkin didapat.

Bisa saja ada moment yang juga diistimewakan Allah ta’ala seperti hari wukuf di Arafah. Di saat Allah membanggakan jama’ah haji yang khusyu tunduk, bermunajat, beristighfar dan terus berdoa di hadapan para malaikat-Nya. Namun demikian ia tidak sebanding dengan ramadhan.

Tidak sebanding karena jangka waktu ramadhan yang diistimewakan jauh lebih panjang yang jumlahnya sampai 30 hari ketimbang hari Arafah yang hanya beberapa jam.

Tidak sebanding karena di bulan ramadhan ada satu malam yang kelebihannya lebih baik dari 1000 bulan. Ibadah yang ditunaikan dengan khusyu, tulus dan benar di bulan ramadhan mendapat balasan yang setara atau lebih besar daripada ibadah yang sama yang ditunaikan selama 1000 tahun.

Hanya saja, perlu ditekankan, keutamaan dan keistimewaan ramadhan itu bukan jaminan bagi setiap orang yang dipertemukan dengannya akan menjadi istimewa secara otomatis. Hanya mereka yang memahami dan bersungguh sungguh menjalankan ibadah di dalamnya yang beruntung raih keistimewaan di sisi Allah ta’ala.

Dengan seabrek keutamaan dan keistimewaan ramadhan, sungguh sangat disayangkan jika ada diantara kaum muslimin yang tidak memanfaatkannya dengan maksimal, dulang pahala berlipat, raih berkah, ridha dan cinta Allah ta’ala.

Sebab, jika bulan ramadhan yang mulia tidak mampu dijadikan media raih ridha dan ampunan Allah oleh seorang hamba maka kapan lagi ia bisa berharap mendapatkan ampunan dan keberkahan itu. Dan sungguh merugilah orang orang semacam itu.

Sabda Rasulullah shallallahu alaihi Wa sallam:
عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم رقي المنبر فقال : آمين ، آمين ، آمين ، فقيل له : يا رسول الله ، ما كنت تصنع هذا ؟ فقال: قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بَعُدَ دخل رمضان فلم يغفر له ، فقلت : آمين ، ثم قال : رغم أنف عبدٍ أو بَعُدَ أدرك والديه أو أحدهما لم يدخله الجنة ، فقلت : آمين ، ثم قال : رغم أنف عبد أو بَعُدَ ذُكِرت عنده فلم يصل عليك ، فقلت : آمين.

Dari Abu Hurairah ra, setelah Rasulullah SAW diatas mimbar tetiba berkata; Amin, amin, amin (semoga Allah kabulkan). Seorang sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, ada apa?” Beliau menjawab: “Malaikat Jibril sampaikan: Celakalah seorang hamba yang  mendapati bulan Ramadan, tetapi dirinya tidak mendapatkan ampunan. Maka aku pun berkata: “Amin.” Kemudain (Jibril) mengatakan: “Celakalah seorang hamba yang mendapati kedua orang tuanya atau salah salah satunya, akan tetapi hal itu  tidak memasukkan ke surga.” Maka aku pun mengatakan, “Amin”. Kemudian (Jibril) mengatakan lagi: “Semoga Allah mencelakakan seorang hamba yanga dengar namaku disebutkan, tetapi dia tidak bershalawat kepada engkau.” Maka akupun berkata “Amin”. (HR. Ibnu Huzaimah, No. 1888, Tirmizi, no. 3545, Ahmad, No. 7444, Ibnu Majah, No. 908.

Wallahu ta’ala a’lam.■



BACA JUGA