Minggu, 11 September 2022 | 21:35 Wita

Mahasantri Menulis – Iri Hati Akar dari Permasalahan dan Konflik Sosial

Editor: Humas Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar
Share

OPINI, HidayatullahMakassar.id — Permasalahan atau konflik sosial antar individu maupun sekelompok orang semakin banyak terjadi di berbagai penjuru dunia, baik di dalam maupun di luar negeri.

Kondisi ini tentunya membuat prihat. Karena semakin lama semakin sulit menemukan akar dari pemicu konflik tersebut agar bisa dicari solusi yang tepat untuk menanganinya.

Dalam ilmu sosial menemukan bahwa konflik sosial berasal dari akibat ketidakharmonisan dari kondisi sosial emosional individu di dalamnya. Dan salah satu penyebab ketidakharmonisan dari fenomena sosial yang dapat ditemukan adalah adanya penyakit batin iri hati.

Iri Hati dapat menimbulkan masalah serius karena memiliki muatan emosi negatif, sehingga dapat menimbulkan energi yang besar untuk menghancurkan situasi tenang dan nyaman di sekitarnya.

Salah satu ciri yang sederhana adalah “senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang”.

Perasaan iri pada individu, umumnya hanya berupa lintasan di dalam hati saja dan normalnya dimiliki oleh setiap manusia yang tidak pernah luput dari salah dan lupa.

Tetapi jika terus diikuti, perasaan iri hati itu akan menimbulkan masalah baru yaitu kedengkian.

Kata Iri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disetarakan dengan istilah cemburu atau sirik. Cemburu dapat terjadi ketika muncul perasaan negatif (tidak senang) kepada orang lain yang disebabkan permasalahan kasih sayang yang diperlihatkan orang tersebut kepada pihak ketiga.

Umumnya Iri terjadi pada kisah yang berkaitan dengan hubungan dalam keluarga, romantis dan percintaan.

Sedangkan sirik dapat didefinisikan sebagai perasaan senang karena pihak lain mengalami atau tertimpa kesulitan yang tidak menyenangkan.

Dalam kajian psikologi pengertian sirik dalam bahasa Indonesia ini memiliki kesamaan pemahaman dengan Schadenfraude.

Schadenfraude adalah kata majemuk dari kata Jerman Schaden, yang berarti kerugian, dan Fraude, yang berarti suka cita, dan digunakan saat ini sebagai kata pinjaman dalam bahasa Inggris.

Pada tahun 1895, Oxford English Dictionary (OED) memasukkan Schadenfraude sebagai entri dan mendefinisikan sebagai “kenikmatan jahat atas kemalangan orang lain”.

Dalam bahasa Inggris, Schadenfraude memiliki persamaan istilah dengan Envy yang didefinisikan sebagai perasaan tidak senang atau sakit karena kesenangan pihak lain atau orang lain memiliki sesuatu yang membuat seseorang juga menginginkan benda yang sama. (Fithri Choirunnisa Siregar MPsi, Dosen Psikologi).

Dalam hukum Islam, Allah SWT melarang hambanya untuk dengki kepada sesama dalam hal kemewahan dan kenikmatan dunia. Karena segala sesuatu yang Allah berikan telah sesuai dengan usaha masing-masing hambanya.

Orang yang memiliki sifat iri hati apabila melihat orang lain senang, ia akan merasa susah hati dan gelisah.

Dalam firman-Nya, Allah SWT melarang hambanya untuk berbuat iri dan dengki kepada sesamanya, baik itu laki-laki ataupun perempuan, karena masing-masing dari mereka mendapatkan bagian dari apa yang mereka usahakan. Larangan tentang iri hati terdapat dalam surat An Nisa ayat 32

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ ۗ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْا ۗ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ ۗوَسْـَٔلُوا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا

Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.(*)

*) Oleh : Ika Selviana, Mahasantri Prodi Tadris Matematika STAI Al Bayan Hidayatullah Makassar