Senin, 10 Mei 2021 | 14:39 Wita
Ruang Lingkup Manhaj Nubuwah
■ Oleh : Drs. H. Ahkam Sumadiyana, MA, Trainer Nasional, Anggota Dewan Muzakarah Pusat Hidayatullah 2015-2020
HidayatullahMakassar.id — Manhaj Nubuwah merupakan methodologi yang benar dalam melaksanakan Islam secara kaffah, Dengan Manhaj Shahihah inilah Allah Swt telah memberikat predikat ‘generasi terbaik’ kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallama dan para sahabat-Nya, yaitu merupakan qurun terbaik sepanjang sejarah kehidupan manusia semenjak moyang kita Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan manusia akhir zaman berikut firman Allah Ta’alaa;
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ ﴿١١٠﴾
Artinya; Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. [Al-Imran:110].
Demikian pula penegasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang qurun/generasi terbaik sepanjang sejarah kehidupan manusia telah dinyatakan dalam sabdanya:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
Artinya; “Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.”(Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 3651, dan Muslim, no.2533).
Manhaj Shahihah tersebut telah diwariskan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kepada ummat Islam melalui generasi ke generasi berikutnya, sehingga untuk menegakkan Islam atau membangun peradan Islam tidak membutuhkan methodologi baru tetapi tinggal mengulang kembali bagaimana Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan Shahabat-Nya serta Salafushsholeh menegakkan ajaran Islam.
Para shahabat radhiallahu a’nhum berittiba’ (mengikuti secara langsung) kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam menegakkan Islam, sehingga Sunnah para shahabat ini otomatis menjadi pedoman sebagaimana Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallama:
أُوْصِيکُمْ بِتقْوَي اللّٰ هِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًاحَبَشِيَّا فَإَنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْکُمْ ب عَدِى فَسَيَ رَى اخْتِلَ فَاً کَثِيْ رًا فَ عَلَيْکُمْ بِسُنَّتِ وَسُنَّةِ الْلَفَاءِالْمَهْدِيِّيِ الرَّاشِدِيْنَ تَسَّ ڪوُا بِا وَعَضُّوا عَلَيْ هَا بِالنَّ وَا جِذِ وَإَيَّا کُمْ وَمُدَثَاتِ ال مُورِ فَإَنَّ کُلِّ مُدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَکُلِ بِدْعَةٍ ضَلَلَة
Artinya; ”Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat walaupun dipimpin budak Habasyi, karena siapa yang masih hidup dari kalian, maka akan melihat perselisihan yang banyak. Maka berpegang teguhlah kepada Sunnahku dan Sunnah para Khulafaur Rasyidin yang memberi petunjuk, berpegang teguhlah kepadanya dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Waspadalah terhadap perkara-perkara baru, karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap yang bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Sunnah para Khulafaur Rasyidun yang mereka laksanakan atas perintah Nabi berarti termasuk Sunnahnya karena tidak ada di dalam agama suatu kewajiban, kecuali yang telah beliau wajibkan, tidak ada keharaman kecuali perkara yang diharamkannya, tiada perkara Sunnah melainkan sesuatu yang telah diSunnahkannya, dan tiada perkara makruh kecuali yang dimakruhkannya serta tiada sesuatu yang mubah melainkan yang telah beliau anggap mubah.” [Majmu’ Fatawa (1/182].
Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu berkata: “Barangsiapa di antara kalian yang ingin meneladani, hendaklah meneladani para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallama karena sesungguhnya mereka adalah umat yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit bebannya, dan paling lurus petunjuknya, serta paling baik keadaannya. (Mereka) adalah suatu kaum yang dipilih Allah untuk menemani Nabi-Nya, untuk menegakkan agama-Nya, maka kenalilah keutamaan mereka serta ikutilah mereka di dalam jejaknya, karena mereka berada di jalan yang benar dan lurus.” [Ibnu Abdul Bar di dalam Jami Bayanil Ilmi wa Fadhluhu].■ bersambung/*
TERBARU
-
Transformasi dan Transmisi di Masa Transisi Hidayatullah
24/11/2024 | 07:58 Wita
-
Nilai dan Keutamaan Hidup Muhammad Sebelum jadi Rasul
22/11/2024 | 06:04 Wita
-
Raih Belasan Medali, Atlet Tapak Suci Pesantren Ummul Quro Hidayatullah Tompobulu Terbaik di Kejurnas UINAM Cup
18/11/2024 | 05:42 Wita