Jumat, 11 Desember 2020 | 19:21 Wita

Strategi Hidayatullah Sulsel 2020-2025

Editor: Firman
Share

(Catatan Menjelang Musyawarah Wilayah Hidayatullah Sulsel)

■ Oleh : Drs. H. Ahkam Sumadiyana, MA, Anggota Dewan Muzakarah Pusat Hidayatullah 2015-2020

LIPSUS MUSWIL, HidayatullahMakassar.id — Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah memberikan contoh teladan melalui pengamalan wahyu Al-qur’an yang dimulai dari wahyu pertama surah al-alaq ayat 1-5 hingga ayat yang terakhir surah al-maidaah ayat tiga.

Apa yang diwariskan oleh Nabi kepada ummat Islam ini begitu sistemik dan sistematis, sehingga kita dapat melakukan hal yang sama dengan cara napak tilas perjuangan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan para shahabat-Nya Rhadhiallahu anhum aj’maiin, melalui Manhaj Nabawi atau yang lebih kita kenal dengan Manhaj Sistematika Wahyu.

Dalam rangka mencari wasilah dan spirit perjuangan marilah kita mengabil ibrah dari ayat al-qur’an surah al-Maidaah ayat:35 sebagai berikut;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَابْتَغُواْ إِلَيهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُواْ فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿٣٥﴾

Artinya; “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”.[Al-Maidaah:35].

Ayat yang mulia tersebut di atas memerintahkan kepada ummat Islam untuk mencari wasilah atau jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, termasuk jama’ah Hidayatullah.

Alhamdulillah kita semua wajib mensyukuri karunia Allah berupa lembaga perjuangan yaitu ormas Hidayatullah ini sebagai wasilah untuk melaksanakan Islam secara kaffah dan mewujudkan visi Hidayatullah yaitu membangun peradaban Islam.

Tentu saja untuk mencapai kwalitas dan derajat yang dimiliki Rasulullah dan para shahabat-Nya, adalah mustahil akan tetapi kita masih bisa meraih posisi yang termasuk golongan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Sehingga kita juga termasuk orang-orang yang diridhai oleh Allah SWT.

Selanjutnya agar kita dapat memperolah kemenangan dan keberuntungan dalam berjuang di Sulsel ini, maka perlu kita fahami bersama hal-hal sebagai berikut; yaitu realitas obyektif masyarakat Sulsel, Ummat Islam Sulsel, posisioning kader dan jama’ah Hidayatullah, problematika ummat Islam dan Hidayatullah, tantangan dan peluang dalam mewujudkan Visi Membangun Peradaban Islam.

Realitas Obyektif Masyarakat Sulsel

Sulawesi Selatan merupakan Indonesia mini, karena semua suku-suku yang ada di Indonesia ini juga ada yang tinggal dan menetap di wilayah Sulawesi Selatan. Artinya di Sulsel itu terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, ras dan bangsa yang ada di Indonesia. Sehingga memahami masyarakat Sulsel artinya sama dengan memahami masyarakat Indonesia pada umumnya. 

Namun suku terbesar di Sulsel adalah Bugis dan Makassar, selanjutnya Toraja, Jawa, Mandar, Bali, Lombok, dan yang lainnya. Untuk pemeluk agama, ummat Islam merupakan penganut terbanyak di Sulsel.

Realitas Obyektif Ummat Islam Sulsel

Ummat Islam Sulsel terkenal dengan fanatismenya terhadap Islam, salah satu buktinya bahwa pernah diadakan survei oleh berbagai macam lembaga survei nasional maupun internasional yang hasilnya bahwa ummat Islam Sulsel 90 % sepakat dengan penegakan syari’at islam.

Mengapa demikian? Karena mayoritas ummat Islam Sulsel adalah pengikut ahlussunnah wal jama’ah, yang dipelopori oleh ormas terbesar di Indonesia yaitu NU dan Muhammadiyah dan Hidayatullah sedangkan pemahaman mayoritas ulama ketiga ormas tersebut juga penganut ahlussunnah wal jama’ah yang berkeyakinan bahwa menegakkan syari’ah Islam adalah wajib bagi ummat Islam. Bahkan di Sulsel telah mendapatkan predikat sebagai serambi Madinah.

Walaupun akhir-akhir ini mulai ada beberapa aliran yang muncul di Sulsel misalnya Syi’ah, Ahmadiyah, termasuk Islam liberal sesungguhnya secara kultural aliran ini tidak memiliki akar yang kuat di Sulsel. Sehingga keberadaan aliran tersebut dapat mengancam eksistensi pengikut ahlussunnah wal jama’ah.

Posisioning Ormas Hidayatullah Sulsel

Posisioning Hidayatullah sebagaimana yang tertuang  dalam Muqaddimah Pedoman Dasar Organisasi, sekaligus merupakan jatidiri Hidayatullah, yang menegaskan bahwa Hidayatullah adalah penganut Ahlussunnah wal jama’ah, yang merupakan aliran dan pemahaman yang mendapatkan garansi secara lansung dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana yang diriwayatkan dalam beberapa hadist shahihnya.

Pemahaman Ahlussunnah wal jama’ah yang Hidayatullah yakini telah menjadikan Manhaj Nubuwah yang kita kenal dengan Manhaj Sistematika Wahyu sebagai methodologi Tarbiyah dan dakwah sehingga mampu mewujudkan peradaban Islam di Madinah.

Kemudian prinsip dakwah yang Hidayatullah anut dan kembangkan adalah bersikap wasathiyah, mengingat sikap dan prinsip Islam yang difahami dan dipegangi oleh ahlussunnah wal jama’ah adalah wasathiyah. 

Mengingat  eksistensi ormas Hidayatullah  berada di tengah-tengah ummat Islam dan berbagai macam ormas dan harakah, maka sebagai konsekuwensinya adalah ber-fastabiqul khairat yaitu berkompetisi atau berlomba-lomba dalam kebaikan dengan yang lainnya sehingga positioning sebagai Jama’atun Minal Muslimin merupakan batasan yang jelas atas keberadaan Hidayatullah di tengah-tengah ummat dan harakah yang ada.

Sedangkan untuk menjaga agar dinamika organisasi ini dapat berjalan sesuai dengan cita-cita dan visi organisasi maka spirit perjuangan dan pengorbanan yang dipilih adalah al-harakah al-jihadiyah, semoga istilah ini dapat memproteksi kader Hidayatullah beristiqamah. 

 Namun perjuangan ini tidak akan mendapatkan kemenangan dan keberuntungan dari Allah SWT baik di dunia terlebih lagi di akherat tanpa kepemimpinan nubuwaah yaitu sistem kepemimpinan berdasarkan al-qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. 

Maka dari itu kepemimpinan yang Islami, solid dan berwibawa yang dicintai dan dita’ati oleh kader dan jama’ah merupakan cara terbaik agar mainstream gerakan tarbiyah dan dakwah  dapat berjalan secara optimal. Sehingga sistem Imamah yang menjadi pilihan semenjak lahirnya Hidayatullah hingga sekarang dapat berjalan sesuai dengan harapan kita semua walaupun masih memerlukan perbaikan-perbaikan untuk mencapai kesempurnaan.

Positioning inilah sehingga kehadiran Hidayatullah sangat strategis dan sangat solutif di tengah-tengah ummat Islam dan ormas di Sulsel khususnya serta di Indonesia pada umumnya. Kita harus optimistis mengikuti perjuangan dan perjalanan dakwah ini tahap demi tahap untuk menuju kemenangan dan keberuntungan, sesuai dengan janji Allah Ta’alaa;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ ﴿٧﴾

Artinya; “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.[ Muhammad:7].

Keunggulan Komperatif Hidayatullah

Sebagai lembaga perjuangan Hidayatullah memiliki keunggulan tertentu yang dapat menunjang keberhasilan untuk meraih tujuan dan visi membangun peradaban Islam, adapun keunngulan tersebut antara lain;

Pertama, memiliki wilayah yang luas dan banyak, berupa pondok atau kampus sebagai miniatur peradaban Islam di seluruh wilayah dan daerah di Indonesia, dan di kampus-kampus inilah warga, kader dan jama’ah dapat beraktualisasi sesuai dengan bakat dan ketrampilan yang dimilikinya sekaligus dapat menjalankan syari’at Islam secara kaffah sekaligus memiliki kebebasan dan kemerdekaan yang dijamin oleh UUD 45 dan Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia.

Kedua, memiliki jatidiri yang jelas sehingga stigma dan stempel dengan istilah ekstrim baik ekstrim kanan maupun ekstrim kira dapat kita hindari dengan baik. Puncaknya menggunakan methodologi yang baik dan benar dengan Manhaj Nubuwah yaitu Manhaj Sistematika Wahyu.

Ketiga, memiliki warga, jama’ah dan kader yang ta’at, loyal, solid dalam melaksanakan tugas dan amanah perjuangan sesuai dengan keadaannya masing-masing. Bahkan kader-kader muda semakin berkwalitas dan tercerahkan yang setiap saat sudah siap ditugaskan di mana saja dan kapan saja. 

Keempat, Hidayatullah merupakan ormas Islam yang lahir sebagai anak kandung bangsa Indonesia, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia [NKRI]. Yang merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, sebagai warisan atau peninggalan para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia yang mayoritasnya terdiri dari para ulama dan syuhada. 

Bagi kader Hidayatullah mempertahankan NKRI adalah harga mati, karena untuk mempertahankan hak sebagai warisan para pejuang kemerdekaan bangsa dan negara.

Problematika Ummat dan Hidayatullah

Problematika ummat Islam dan Hidayatullah terasa sangat kompleks, namun untuk lebih jelasnya kita perlu menguraikan tiga pokok permasalahan terbesar antara lain;

Pertama menyangkut aqliyah, Lemahnya pengetahuan dan pemahaman terhadap ajaran Islam, minimnya fikrah atau pola pikir Islami,  senantiasa berprasangka baik kepada Allah Ta’alaa [Husnuzan].

Kedua menyangkut ruhiyah, Pentingnya keimanan dan spiritualitas dalam perjuangan, Harus yakin dan percaya diri dengan Islam, Hanya Allah yang dapat menolong dan memberikan petunjuk kepada jalan lurus.

Ketiga menyangkut jasadiyah, Perlunya memiliki keahlian skill yang handal, Pentingnya rekayasa sumber daya insani berkwalitas, kekuatan dan kesehatan jasmani, pekerja keras produktif dan mandiri.

Solusi, Peluang dan Tantangan 

Setelah kita mengetahui dan memahami realitas obyektif masyarakat Sulsel, kemudian mengetahu adanya problematika ummat Islam, maka dengan segala kelebihan dan kelemahan yang Hidayatullah miliki, maka kita dapat menawarkan solusi, menyergap peluang serta merubah tantangan menjadi karya monumental dan menyenangkan dengan cara sebagai berikut;

Untuk memberikan solusi sekaligus menjawab tantangan dan menyergap peluang dakwah maka Hidayatullah akan memprioritaskan program kerja sebagai respon terhadap permasalahan “Pertama menyangkut aqliyah, Lemahnya pengetahuan dan pemahaman terhadap ajaran Islam, Minimnya fikrah atau pola pikir Islami,  Senantiasa berprasangka baik kepada Allah Ta’alaa [Husnuzan].”.  Melalui program Daurah-daurah, khususnya Daurah Aqida, Daurah Islamiyah, Daurah Marhala Ulaa, Daurah Marhala Wustha, Daurah Murabbiyah serta Upgreding Da’i, serta program-program lain yang dapat mengeliminir kesenjangan fikrah islamiyah ummat Islam.

Sedangkan solusi serta menyergap tantangan dan peluang terhadapat permasalahan “Kedua menyangkut ruhiyah, Pentingnya keimanan dan spiritualitas dalam perjuangan, harus yakin dan percaya diri dengan Islam, hanya Allah yang dapat menolong dan memberikan petunjuk kepada jalan lurus”. Hidayatullah akan mengoptimalkan program-program Halaqaah Ta’lim, Ta’lim Diniyah, Halaqah Kader baik kader Ulaa, maupun Kader Wustha. Kemudian mengaktifkan dan mengoptimalkan Geraakan Nawafil Hidayatullah [GNH]. Agar kwalitas spiritual kader dan ummat Islam dapat mencapai maqam Mahmudah.

Selanjutnya solusi yang lebih berat dan menantang serta sangat luas jangkauannya adalah yang  “Ketiga menyangkut jasadiyah, Perlunya memiliki keahlian/skill yang handal, pentingnya rekayasa sumber daya insani berkwalitas, kekuatan dan kesehatan jasmani, Pekerja keras produktif dan mandiri”. Hidayatullah telah bergerak dan merambah dalam berbagai macam bidang, khususnya yang berkenaan dengan amal usaha dan badan usaha serta program kemandirian lainnya.

Amal usaha di bidang pendidikan mulai dari TK sampai PT, telah berjalan sebagaimana adanya sesuai dengan mujahadah di setiap wilayah Indonesia. Sekolah-sekolah ini untuk mengakomudir dan tempat aktualisasi diri semua guru, pendidik, agar dapat mandiri.

Amal usaha di bidang ekonomi, koperasi dan usaha lainnya juga telah berjalan secara bertahap bahkan di berbagai daerah tertentu dapat berjalan secara massif, bahkan sangat produktif sehingga konstribusi terhadap lembaga perjuaangan juga sangat besar nilainya.

Amal usaha di bidang sosial, kita telah menampung anak yatim, piatu, terlantar dan dhua’afa sejak awal hingga sekarang, ke depannya dapat ditingkatkan mengingat banyak ummat Islam yang terancam akibat permaslahan ekonomi dan sosial.

Untuk program lainnya Hidayatullah akan membuat sesuai dengan perkembangan lembaga agar semua kader dapat beraktualisasi diri sesuai dengan keahliannya secara propesional dan mandiri. Sembari tetap menta’ati sistem kepemimpnan Hidayatullah.■

Amal usaha kesehatan, Hidayatullah telah mengusahakan berdirinya rumah sakit dan klinik di berbagai kota besar dan strategis, untuk mengantisipasi banyaknya penyakit fisik akibat dari kerusakan sistem kehidupan maupun kerusakan moral manusia.



BACA JUGA