Senin, 23 November 2020 | 07:19 Wita

Merasakan Nikmat Iman dengan Perjuangan

Editor: Firman
Share

Oleh : Ust Abd Qadir Mahmud, Kepala Departemen Tarbiyah Yayasan Al Bayan Hidayatullah, Makassar

HidayatullahMakassar.id — Saat ditugaskan untuk merintis pembukaan wilayah dakwah di Kendari, beberapa tahun silam, saya diingatkan kembali oleh salah seorang ustad Hidayatullah, Ust Khaerul Bait, ungkapan motivasi dari KH Abdullah Said (pendiri Hidayatullah).

Bahwa orang yang ditugaskan merintis (pembukaan ponpes Hidayatullah) di suatu daerah sesungguhnya diberi kesempatan mendapatkan rahmat terbesar dari Allah ta’alla. Yakni karunia, pertolongan dan kecintaan Allah. 

Berdiri dan berkembangnya Hidayatullah di Gunung Tembak (Kaltim) karena pertolongan dan rahmat Allah, maka Allah yang sama juga akan menurunkan rahmat dan pertolongannya di daerah rintisan Hidayatullah lainnya.

Ungkapan ini bukan dimaksudkan untuk menyatakan Allah berada di mana-mana. Namun hanya untuk menekankan pertolongan Allah dan merasakan nikmat iman bisa diraih di mana-mana.

Orang yang sudah bersyahadat pasti akan mendapatkan perubahan pada dirinya. Billal bin Rabbah tidaklah menyesali penyiksaan yang menimpanya. Demikian pula seorang syahabat anak seorang bangsawan Qurais bersedia dicampakkan dan jatuh miskin semata karena syahadat dan keimanannya. 

Yang bermasalah jika seorang telah bersyahadat tapi tidak ada perubahan dalam dirinya. Perubahan dan nikmat iman itu bisa dirasakan dengan terus bergerak.

Jika ada kesulitan, lalu diperjuangkan maka akan semakin dirasakan nikmat iman itu. Semakin berat tantangan perjuangan dakwah semakin nikmat pula iman dirasakan.

Kita di Hidayatullah berat betul semua hal yang dilakukan karena bukan untuk diri kita. Tapi di situlah nikmat iman tersebut.

Bahwa betul jalan masuk surga di antaranya menuntut ilmu. Tapi menyiapkan sarana bagi orang lain untuk menuntut ilmu juga hal yang mulia dan lebih baik, karena semata untuk diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.

Lembaga (Hidayatullah) mengkondisikan kita selalu berada di medan perjuangan. Perjuangan sebagai manivestasi melaksanakan perintah Allah, juga sebagai jalan meraih kecintaanNya.

Bagi orang beriman ada dua jalan meraih kecintaan Allah. Pertama, dengan mencintai Allah melalui pelaksanaan perintah Allah di antaranya perjuangan dakwah dan tarbiyah.

Kedua, meraih kecintaan Allah dengan mendekatkan diri kepada Allah melalui amal ibadah, berlelah-lelah atas apa yang diwajibkanNya.

Salah satu pintu merasakan kelezatan iman karena kecintaan pada Allah. Sebagaimana disebutkab dalam hadits qudsi:

 وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيهِ ، وَمَا يَزالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أحْبَبْتُهُ ، كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ ، ويَدَهُ الَّتي يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإنْ سَألَنِي أعْطَيْتُهُ ، وَلَئِن اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ 

Dan tidaklah seorang hamba mendekat kepada-Ku; yang lebih aku cintai daripada apa-apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. 

Hamba-Ku terus-menerus mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku pun mencintainya. 

Bila Aku telah mencintainya, maka Aku pun menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia pakai untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia pakai untuk berjalan. 

Bila ia meminta kepada-Ku, Aku pun pasti memberinya. Dan bila ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pun pasti akan melindunginya.”.■ fir

*) Dari catatan on the spot tauziah subuh malam mabit di Ponpes Hidayatullah Mamuju.



BACA JUGA