Kamis, 6 Juni 2024 | 16:29 Wita

Meraih Cinta Allah (2)

Editor: admin
Share

Oleh : Ust Abdul Qadir Mahmud MA, Ketua STAI Al Bayan Hidayatullah Makassar

HidayatullahMakassar.id — Amalan-amalan shâlih lainnya yang dikerjakan pada sepuluh hari awal bulan dzulhijjah selain takbir, tahlil dan tahmid adalah;

2. Berpuasa selama hari-hari tersebut.

Rasulullah berpuasa selama Sembilan hari di awal bulan Dzulhijjah, dari sebagian isteri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mereka berkata:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ تِسْعَ ذِىْ الْحِجَّةِ، وَيَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرِ، وَأَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيْسَ

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari bulan Dzulhijjah, hari ‘Asyura, tiga hari pada setiap bulan, dan hari Senin pertama awal bulan serta hari Kamis.[HR. Abu Daud]

Seandainya seseorang tidak berpuasa selama Sembilan hari, maka dia boleh berpuasa pada hari-hari tertentu sesuai kemampuannya (puasa di hari Senin dan Kamis misalnya).

Dan yang tak kalah pentingnya adalah hendaklah tidak meninggalkan puasa di tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa ini dikenal dengan nama puasa Arafah karena pada tanggal tersebut orang yang sedang menjalankan haji berkumpul di Arafah untuk melakukan ibadah wukuf dan puasa ini memiliki keutamaan yang semestinya tidak ditinggalkan seorang muslim yang tidak melaksanakan ibadah haji.

Dari Abu Qatadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ

“Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)

3. Shalat Id ‘Idhul Adha merupakan salah satu dari dua hari raya dalam Islam selain ‘Idhul Fitri. Dua hari raya ini merupakan sebaik-baik hari raya yang diberikan oleh Allah kepada kaum Muslimin sebagai ganti dari hari-hari raya yang dilaksanakan oleh masyarakat jahiliyah pada zamannya.

Dari Anas bin Malik, beliau berkata; Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, masyarakat Madinah memiliki dua hari yang mereka rayakan dengan bermain. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: ‘Dua hari apakah ini?’ Mereka menjawab: ‘Kami merayakannya dengan bermain di dua hari ini ketika zaman Jahiliyyah,’ kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا؛ يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ.

Sesungguhnya Allâh telah memberikan ganti kepada kalian dua hari yang lebih baik; ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha (HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa-i,al-Hakim, al-Baihaqi).

Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan, salah satunya adalah melaksanakan shalat ‘Id dan mendengarkan petuah-petuah agama melalui khutbah yang disampaikan khatib.

4. Menyembelih hewan Qurban. Allah swt telah memberikan kepada kita dan patut disyukuri. Salah satu wujud bersyukur kepadaNya adalah dengan menjalankan perintahnya berupa ibadah qurban, sebagaimana firman Allah QS. al-Kautsar/108; 1-2 yang artinya:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

“Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, maka dirikanlah sholat karena tuhanmu dan berqurbanlah.”

Dalam hadits dari sahabat Abu Hurairah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا.

Barang siapa yang memiliki kelapangan namun ia tidak berqurban maka jangan mendekati masjid kami. (HR Ahmad, Ibnu Majah dan al-Hakim).

Dengan memahami ayat dan hadits tersebut di atas, maka sudah selayaknya orang yang memiliki kemampuan finansial untuk melaksanakan ibadah yang mulia ini dengan menyembelih seekor kambing untuk diri dan keluarganya sebagaimana hadits dari Abu Ayyub al-Anshari:

كَانَ الرَّجُلُ يُضَحِّيْ بِالشَّاةِ عَنْهُ وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ، فَيَأْكُلُوْنَ وَيُطْعِمُوْنَ حَتَّى تَبَاهَى النَّاسُ،فَصَارَتْ كَمَا تَرَى

Seseorang berqurban dengan seekor kambing untuk diri dan keluarganya. Kemudian mereka memakannya dan memberi makan orang-orang sampai mereka berbangga. Maka jadilah seperti yang engkau lihat”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Boleh juga berserikat (ururan) sebanyak 7 orang pada seekor sapi sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma beliau mengatakan,

كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى سَفَرٍ فَحَضَرَ الأَضْحَى فَاشْتَرَكْنَا فِى الْبَقَرَةِ سَبْعَةً وَفِى الْبَعِيرِ عَشَرَةً

”Dahulu kami penah bersafar bersama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam lalu tibalah hari raya Idul Adha maka kami pun berserikat sepuluh orang untuk qurban seekor unta. Sedangkan untuk seekor sapi kami berserikat sebanyak tujuh orang.”(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Orang yang ikut urunan qurban sapi masing-masing boleh meniatkan untuk dirinya dan keluarganya.

Sudah semestinya setiap muslim memanfaatkan kemurahan dari Allah swt dengan memperbanya amalan shalih lainnya dihari-hari istimewa yang disipkanNya agar dapat meraih cinta dan keridhaanNya. Wallahu a’lam bish shwwab.(*)



BACA JUGA