Senin, 21 September 2020 | 16:25 Wita
Apa Itu Tauhid dan Kesyirikan
■ Kajian Kitab Tauhid Khowaid Al Arba (3)
HidayatullahMakassar.id — Tauhid secara bahasa berarti “Menunggalkan Sesuatu”. Sedangkan secara istilah kata ulama, tauhid berarti mengesakan Allah dengan apa-apa yang khusus bagi Allah berupa Rububiyah, Uluhiyah dan Asma wa sifat.
Inilah definisi tauhid secara umum. Dari definisi ini pula kita mengetahui bahwa tauhid terbagi 3
1. Tauhid Rububiyah yakni mentauhidkan Allah dalam perbuatannya atau mengesakan Allah sebagai pencipta dan mengatur alam semesta
2. Tauhid Ubudiyah adalah mentauhidkan Allah dalam ibadah. Ibadah hanya kepada Allah kita diserahkan.
3. Tauhid Asma wa sifat merupakan tauhid yang mengesakan Allah dalam nama dan sifatnya. Kita harus tetapkan apa yang Allah tetapkan bagi dirinya dan menetapkan melalui lisan Rasulnya.
Jika dia tetapkan dirinya maha mendengar dan maha melihat maka kita meyakinibya, jika mengatakan beristiwa di arsy maka kita tetapkan pula bukan mengatakan Allah di mana-mana. Sebab Allah lebih tahu tentang dirinya.
Demikian pula sifat menafikan. Allah mengatakan tidak tidur dan tidak ngantuk, tidak dholim.
Di antara juga mentauhidkanNya, kita tidak boleh menamakan makbluk dengan nama yang khusus bagi Allah saja. Misalnya Arrahman, Allah, Rabb, Jabbar.
Tapi Karim, Aziz, Rahim boleh saja karena tidak khusus sebagai nama Allah. Hanya saja kesamaan nama bukan berarti sama hakikatnya. Ada orang namanya Karim tapi kikirnya luar biasa.
Terutama kesalahan yang banyak memakai nama Rahman. Nama ini khusus untuk nama Allah tidak pantas dinamakan kepada makhluk.
—000—
Syirik secara bahasa berarti sekutu, setiap dari keduanya memiliki bagian. Sedangkan secara istilah berarti menyamakan selain Allah dengan Allah pada apa-apa yang merupakan kekhusukan Allah yakni pada rububiyah, uluhiyah dan asma wasifat.
Kesyirikan pada rububiyah seperti ada orang mengakui ada yang mencipta dan mengatur selain Allah, memberi rejeki selain Allah, ada yang percaya jimat, hingga meyakini ada yang mengatur selain Allah.
Syirik uluhiyah yakni melaksabakan dan mempersembahkan ibadaha kepada selain Allah.
Kesyirikan asmawa sifat contohnya menamakan nama khusus Allah bagi makhluk.
Bentuk yang dikaji ulama dalam penyimpangan asma wasifat bukan dalam kesyirikan tapi penyimpangan yakni dengan:
1. Mentakwilkan atau merubahnya dengan memalingkan makna. Misalnya istilah tangan Allah menjadi kekuasaan dan nikmat,
2. Mentakifkan atau membagaimanakan Allah. Soal tangan Allah tidak boleh membayangkan tangan Allah besar dan bagaimana, serta bertanya bagaimana sifat Allah.
Sebagaimana kata Imam Malik ketika ditanya apa itu istiwa. “Istiwa itu dimaklumi dalam bahasa Arab [dengan 4 makna yang berarti tinggi namun bagaimananya tidak diketahui]. Dan bertanya tentangnya bidah”.
3. Dan dilarang juga mentaktilkannya atau meninggalkan. Orang Jahmiah menafikan seluruh nama dan sifat kecuali al wujud. Sesangkan orang Mutajila menafikan seluruh sifat tapi menetapkan nama Allah. Pemahaman ini lebih bodoh lagi yakni misalnya untuk nama Maha Mendengar tapi tidak mendengar.
Dan penyelewengan lainnya yang banyak dalam Asma wa sifat.
Syirik terbagi 2 :
1. Syirik Akbar. Syirik ini menyebabkan keluar dari Islam dan kekalkan pelaku di neraka serta hancurkan seluruh amalan Misalnya memalingkan ibadah kepada selain Allah walau sedikit.
2. Syirik Asghar. Jenis syirik ini tidak keluarkan dari agama, hanya lenyapkan amalan padanya yang terdapat kesyirikan. Seperti riya yang sedikit. Shalat dhuhurnya riya maka yang rusak shalat dhuhurnya saja yang batal, yang lain tidak.
Ada 3 bahaya kesyirikan yang diisyaratkan penulis
1. Merusak dan melenyapkan amalan. Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an yang mulia:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu berbuat syirik, niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” (Qs. Az Zumar: 65).
2. Pelakunya kekal dalam neraka. Banyak ayat menjelaskan hal ini
3. Dosa kesyirikan tidak diampuni. Sebagaimana ancaman Allah Ta’ala dalam firmanNya:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa: 48).■ fir
*) Dari catatan on the spot kajian rutin Kitab Alqowaidul ‘Arba’ yang ditulis Syaikh Muhammad At Tamimi Rahimahullaahu Ta’ala, oleh Ust Ahmad Abu Abdil Haq di Rumah Belajar Al Kautsar Jl Paccarekkang Daya Makassar.
TERBARU
-
Transformasi dan Transmisi di Masa Transisi Hidayatullah
24/11/2024 | 07:58 Wita
-
Nilai dan Keutamaan Hidup Muhammad Sebelum jadi Rasul
22/11/2024 | 06:04 Wita
-
Raih Belasan Medali, Atlet Tapak Suci Pesantren Ummul Quro Hidayatullah Tompobulu Terbaik di Kejurnas UINAM Cup
18/11/2024 | 05:42 Wita