Kamis, 7 Mei 2020 | 03:18 Wita
Menyikapi Waktu Berkah
■ Oleh : Rahim Mayau, SDM Yayasan Pendidikan Al Insyirah
HidayatullahMakassar.id — Era tahun tujuh puluhan orang membangunkan sahur dengan berjalan kaki keliling kampung sambil teriak “Sahur…sahur…” diiringi bunyi kentungan, ember rusak, panci bocor, kaleng, atau apa saja asal bisa menimbulkan suara. Ada juga yang menggunakan alat musik, seperti harmonika dan accordion.
Aktivitas membangunkan sahur dengan keliling kampung memang sesuai zamannya. Era itu semua serba terbatas. Penerangan listrik masih skala kecil baik pelanggan mau pun waktu operasinya, sehingga suara masjid khusunya di waktu sahur atau pun subuh tidak kedengaran. Waktu itu pemilik jam weker mungkin masih bisa dihitung jari.
Kini kita hidup di era 4.0, perkembangan tekhnologi dan informasi begitu cepat. Diantaranya jadwal shalat disertai azan pada waktunya, jadwal buka puasa, dan alerm, semua dalam genggaman dan hanya diujung telunjuk. Hampir semua orang memilikinya. Paling tidak ada alrem di setiap rumah. Itu berarti semua orang bisa mengatur kegiatnnya termasuk kapan bangun mempersiapkan sahur dan bersahur. Mereka tidak butuh pihak lain untuk membangunkannya.
Meski demikian, masih saja ada sound system masjid yang sejak pukul 02.30 telah membangunkan orang bersahur ; Diawali teriakan,”Sahur…sahur…sahur “ disusul musik padang pasir dengan suara khas biola dan gendangnya. Kemudian istirahat sekitar 15 menit dan lanjut lagi dengan lagu sahur irama dangdut. Sesi berikutnya lagu qasidah diselingi mengaji dan terjemahan. Bagian penutupnya membangunkan sahurnya dengan qasidah sahur.
Menyikapi waktu berkah dengn ilmu, adalah memperhatikan tatanan Islam ,“Dari [Abu Sa’id] dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beri’tikaf di Masjid, lalu beliau menedengar mereka (para sahabat) mengeraskan bacaan (Al Qur’an) mereka. kemudian beliau membuka tirai sambil bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya setiap kalian tengah berdialog dengan Rabbnya, oleh karena itu janganlah sebagian yang satu mengganggu sebagian yang lain dan jangan pula sebagian yang satu mengeraskan terhadap sebagian yang lain di dalam membaca (Al Qur’an) atau dalam shalatnya.”HR. Abu Daud, Ahmad dan yang linnya)
Pada sepertiga malam terakhir , sekitar pukul 01.00 – hingga subuh adalah waktu yang mustajabah, “Allah Subhanahu wa Ta’ala turun ke langit dunia setiap malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Kemudian Allah berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku akan Aku ijabahi doanya, siapa yang meminta-Ku akan Aku beri dia, dan siapa yang minta ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni dia.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan yang lainnya ).
Di bulan suci Ramadhan, tentu banyak orang memanfaatkan momentum sepertiga maalam terakhir dengan membaca Alqur’an, berzikir, shalat, bermunajat, dan kemudian sahur. Mereka butuh suasana kondusif untuk meraih khusyuk dan menikmati waktu berkah bersahur,” Kami bersahur bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , kemudian beliau pergi untuk shalat.” Aku (Ibnu Abbas) bertanya, “Berapa lama antara adzan dan sahur?” Beliau menjawab, “Sekitar 50 ayat.”(H.R.Bukhari dan Muslim).
TERBARU
-
Nilai dan Keutamaan Hidup Muhammad Sebelum jadi Rasul
22/11/2024 | 06:04 Wita
-
Raih Belasan Medali, Atlet Tapak Suci Pesantren Ummul Quro Hidayatullah Tompobulu Terbaik di Kejurnas UINAM Cup
18/11/2024 | 05:42 Wita
-
Borong 5 Emas, Al Bayan Taekwondo Juara Umum ElevenKick Makassar
18/11/2024 | 05:20 Wita