Rabu, 20 Januari 2021 | 18:41 Wita
Kajian Kitab Bhulughul Maram : Hukum Air Jika Bertemu Najis
■ Dakwah Al Bayan (6)
Oleh: Ust Abdul Qadir Mahmud MA, Kadep Dakwah & Pelayanan Ummat Yayasan Al Bayan Hidayatullah, Makassar
HidayatullahMakassar.id — Hadits ke-3 kitab Thaharah di Bab Air.
وَعَنْ أَبِي أُمَامَةَ اَلْبَاهِلِيِّ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ – صلى الله عليهوسلم – – إِنَّ اَلْمَاءَ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ, إِلَّا مَا غَلَبَ عَلَى رِيحِهِ وَطَعْمِهِ, وَلَوْنِهِ – أَخْرَجَهُ اِبْنُ مَاجَهْ وَضَعَّفَهُ أَبُو حَاتِمٍ
Dari Abu Umamah Al-Bahily radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya air itu tidak ada sesuatu pun yang dapat menajiskannya kecuali oleh sesuatu yang dapat mengubah bau, rasa, atau warnanya.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dan dianggap lemah oleh Ibnu Hatim). Hadits ini dhaif. Lihat Bulugh Al-Maram Min Adillah Al-Ahkam; Tahqiq dan Takhrij Isham Musa Hadi Berdasarkan Kitab-Kitab Syaikh Nashiruddin Al-Albani].
وَلِلْبَيْهَقِيِّ: – اَلْمَاءُ طَاهِرٌ إِلَّا إِنْ تَغَيَّرَ رِيحُهُ, أَوْ طَعْمُهُ, أَوْ لَوْنُهُ;بِنَجَاسَةٍ تَحْدُثُ فِيهِ –
Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, “Air itu suci dan menyucikan kecuali jika ia berubah baunya, rasanya, atau warnanya dengan suatu najis yang masuk di dalamnya.” [HR. Al-Baihaqi, 1/259. Hadits ini dhaif. Lihat Bulugh Al-Maram Min Adillah Al-Ahkam; Tahqiq dan Takhrij Isham Musa Hadi Berdasarkan Kitab-Kitab Syaikh Nashiruddin Al-Albani].
Meskipunn hadits ini dinilai dha’if , tapi Ibnu Hibban dalam shahihnya menukilkan adanya ijma’ ulama untuk mengamalkan makna hadits tersebut.
Demikian juga yang dikatakan Shadiq dalam Kitab Ar-Raudhah berkata: “Para ulama sepakat akan kedha’ifan tambahan dalam hadits tersebut, tapi ijma’ ulama mengakui kandungan maknanya.
Faedah Hadits
▪️Dari hadits ini disimpulkan bahwa air itu ada dua macam: air suci dan air najis.
▪️Air suci adalah air yang berada dalam bentuk aslinya seperti air sumur dan air laut.
▪️Bahwa air itu sedikit atau banyak tetap suci dan mensucikan kecuali kalau berubah salah satu sifatnya seperti baunya atau rasanya atau warnanya dengan sebab kemasukan najis. Inilah yang menjadi mazhabnya para shahabat seperti Umar bin Khath-thab, Aisyah, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Abu Hurairah dan lain-lain. Demikan juga tabi’in seperti Sa’id bin Musayyab, Mujahid, Ikrimah, Hasan Bashri dan lain-lain. Dan yang menjadi mazhabnya imam Malik dan imam Ahmad -dalam salah satu pendapatnya- dan Azh Zhahiriyah dan lain-lain.
▪️Bahwa ait itu sedikit atau banyak apabila kemasukan najis dan tidak berubah salah satu sifatnya seperti: baunya atau rasanya atau warnanya, maka air itu tetap suci menurut mazhab yang lebih kuat dan benar dari perselisihan para ulama sebagaimana telah dijelaskan dengan luas berdasarkan dalil-dalil naql dan akal. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ Fatawa berpegang dengan pendapat ini. Dan inilah yang menjadi mazhabnya Imam Malik dan Imam Ahmad –dalam salah satu pendapatnya- dan lain-lain.
▪️Bahwa air itu sedikit atau banyak apabila berubah salah satu sifatnya seperti: baunya atau rasanya atau warnanya dengan sebab kemasukan atau bercampur dengan suatu zat yang tidak najis seperti sabun atau daun bidara atau kamper atau tepung atau garam dan lain-lain selama tidak berubah nama bagi zat air tersebut –seperti berubah namanya menjadi air teh, air kopi atau susu- maka air tersebut tetap suci dan mensucikan berdasarkan beberapa dalil.
▪️Syaikh ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi Al-Khalafi dalam Al-Wajiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitabil ‘Aziz berkat: “Tidak boleh terburu-buru menghukumi bahwa air itu najis, sekalipun kejatuhan barang yang najis, kecuali apabila berubah baunya, rasanya, warnanya disebabkan karena pengaruh barang yang najis tersebut.
Wallahu a’lam bis shawwab.■
TERBARU
-
Alhamdulillah.. Ketua STAI Al Bayan Tuntaskan Studi Doktoral
23/01/2025 | 06:46 Wita
-
Tausyiah Raker : “Kalau tak memiliki tak mungkin memberi.”
15/01/2025 | 17:20 Wita
-
2025, Al Bayan Optimalkan Ekspansi Kemandirian Ekonomi
15/01/2025 | 14:31 Wita