Selasa, 26 Mei 2020 | 20:00 Wita
Keajaiban Mengasuh Anak Yatim
■ Sirah Aplikatif 009 : Drs. H. Ahkam Sumadiyana, MA, Anggota Dewan Muzakarah Pusat Hidayatullah
HidayatullahMakassar.id — Yatim biologis, adalah status bayi yang lahir tanpa seorang ayah disisinya, bahkan keajaiban pernah terjadi pada saat Maryam Binti Imran melahirkan seorang bayi I’Sa A.S, yang sama sekali tanpa ada seorang lelaki yang menyentuhnya terlebih dahulu.
Namun yang kita akan perdalam di sini adalah keutamaan yatim biologis Nabi Muhammad Shallallahu a’laihi wa sallam, karena kita akan napak tilas perjalanan beliau dalam menyiapkan bekal aqliyah, ruhiyah maupun jasadiyah agar dapat menerima wahyu dari Allah Ta’alaa.
Tentu saja yatim biologis ini memiliki keunggulan komperatif dan keutamaan tersendiri dibandingkan dengan anak-anak yang lainnya terutama dalam hal ruhiyahnya.[Dr.Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi, Sirah Nabawiyah, Robany Press, Jakarta 1995, 44].
Peranan Aqeqah pada diri Muhammad, pada hari ketujuh oleh sang kakek Abdul Muthalib sewaktu bayi ini dibawa ke kakbah selanjutnya disembelihkan unta. Kemudian mengundang masyarakat Quraisy dalam acara aqeqah tersebut sekaligus jamuan makan.
Di hadapan para tokoh Quraisy inilah Abdul Muthalib mengumumkan nama untuk cucunya dengan menyebutnya ’Muhammad’ Nah begitu mereka mendengar nama ’Muhammad’, reaksi Orang-orang Quraisy banyak bertanya mengapa tidak suka memakai nama nenek moyang ?
Abdul Muthalib menjawab ’Aku berharap Dia akan menjadi orang yang terpuji, bagi Tuhan di langit dan bagi makhluk-Nya di bumi’. Abdul Muthalib adalah seorang yang hanif sehingga apa yang dilakukan untuk cucunya Muhammad sangat membantu dalam menjaga fitrahnya.
Pada saat yang sama Ibunda Siti ’Aminah’ masih menunggu akan menyerahkan anaknya kepada keluarga Bani Sa’ad yang akan menyusukannya, sebagaimana kebiasaan bangsawan Arab di Makkah. Aminah menyerahkan ke Tsuwaibah, yang tak lain adalah budak perempuan pamannya, Abu Lahab. [Muhammad Husyain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali audah, PT. Pustaka Antar Nusa, Jakarta 1995, hlm. 49-50].
Beberapa hari berikutnya datanglah rombongan murdi’ah dari bani Sa’ad untuk mencari bayi yang akan diasuhnya, singkat cerita bahwa Muhammad adalah satu-satunya bayi yang terlahir dalam keadaan yatim dan miskin saat itu, pada saat yang sama tinggal Halimah yang belum mendapatkan anak asuh. Tentu saja halimah tahu kalo Muhammad sudah ditolak oleh wanita-wanita lain yang ingin mengasuhnya, dengan alasan yatim dan miskin, namun halimah dan suaminya Al-Harits bin Abdul Uzza memutuskan tetap membawa Muhammad kekampungnya.
Keajaiban pertama mengasuh Muhammad seorang anak yatim dan miskin, telah dirasakan oleh Halimah dan suaminya, setelah menggendong kemudian menyusuinya ternyata ASI nya sangat banyak, bahkan mampu untuk mengenyagkan anak beruda, baik untuk anak kandungnya maupun untuk Muhammad.
Mungkin banyak yang berfikir bahwa peristiwa semacam itu hanya untuk Nabi Muhammad saja bukan untuk yang lainnya, argumentasi semacam inilah yang sering melanda sebagian besar manusia sehingga banyak yang tidak peduli dengan peringatan Allah SWT tentang anak yatim dalam al-qur’an di diulang sebanyak 23 kali. Wallahu A’lam.■
TERBARU
-
Difasilitasi BI Green House, Santri Putri Al Bayan Kembangkan Minat Berkebun
23/01/2025 | 18:25 Wita
-
Alhamdulillah.. Ketua STAI Al Bayan Tuntaskan Studi Doktoral
23/01/2025 | 06:46 Wita
-
Tausyiah Raker : “Kalau tak memiliki tak mungkin memberi.”
15/01/2025 | 17:20 Wita