Jumat, 22 Mei 2020 | 08:49 Wita
Meninggalkan Anak Yatim Adalah Pilihan Mudah
■ Sirah Aplikatif 007 : Drs. H. Ahkam Sumadiyana, MA, Anggota Dewan Muzakarah Pusat Hidayatullah
HidayatullahMakassar.id — Ada prinsip sekaligus pernyataan “Kalau ada jalan mudah mengapa memilih yang sulit” begitulah kira-kira yang dapat kita simpulkan dalam melihat sebuah perjuangan. Pertanyaan secara obyektif berapa banyak jumlah anak yatim yang kita ketahui dan kita pelihara di sekitar kita?
Mengetahui saja sudah sulit apatah lagi memelihara dan mendidiknya, itulah sebabnya banyak lembaga oendidikan dan lembaga perjuangan cenderung memilih jalan mudah yaitu meninggalkan anak yatim. Karena memang sesungguhnya memelihara dan mendidik anak yatim adalah jalan yang mendaki lagi sukar/sulit, Sebagaimana yang ditegas oleh Allah dalam firmannya;
فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ ﴿١١﴾
Artinya; “Maka tidakkah sebaiknya ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?” [Al-Balad:11].
Kepada siapa ayat yang mulia tersebut ditunjukkan? kalau bukan kepada orang yang mampu, baik karena memiliki harta, ilmu maupun kelebihan lainnya. Sayang sekali tidak semua orang yang telah diberikan karunia oleh Allah berupa harta, ilmu bahkan kekuatan bersedia menempuh jalan ini.
Agar tidak salah memilih jalan maka Allah Ta’alaa bertanya kepada hambanya terlebih dahulu;
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ ﴿١٢﴾
Artinya; “Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?” [Al-Balad:12].
Ternyata jalan yang mendaki dan sukar itu bukanlah menjadi seorang penguasa, hartawan, terpopular atau berpuasa dan beribadah sepanjang hari bahkan orang yang siap berperang sepanjang hayatnya. Akan tetapi yang dimasud adalah;
فَكُّ رَقَبَةٍ ﴿١٣﴾ أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ ﴿١٤﴾ يَتِيماً ذَا مَقْرَبَةٍ ﴿١٥﴾ أَوْ مِسْكِيناً ذَا مَتْرَبَةٍ ﴿١٦﴾
Artinya; “Yaitu melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir. [Al-Balad: 13-16].
Sebagai bukti bahwa ayat tersebut adalah jalan pendakian dan sukar, kita dapat melihat terhadap realitas ternyata tidak banyak ulama dan pejuang yang memilih jalan ini, namun satu diantaranya yang sedikit itu adalah K.H. Abdullah Said Rahimahullahu Ta’alaa, yang begitu cinta dan tulus dalam memelihara serta mendidik anak yatim, fakir, miskin dan terlantar agar dapat melaksanakan al-qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam kehidupannya.
Dan atas mujahadahnya itu kemudian Allah Ta’alaa memberikan karunia berupa methodologi dakwah yang sesuai dengan sirah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam berupa ‘Manhaj Nubuwah’ yang beliau istilahkan dengan manhaj ‘Sistematika Wahyu’ selanjutnya manhaj inilah yang beliau yakini merupakan manhaj jalan lurus menuju terwujudnya peradaban Islam di masa yang akan datang.
Betapa syukur dan bahagianya Ustdz. Abdullah Said mendapatkan karunia Allah SWT berupa Manhaj Sistematika Wahyu, sehingga beliau ingin sekali melihat penduduk Indonesia yang mayoritas muslim ini segera mendapatkan tarbiyah dengan manhaj nubuwah ini. Dan dari sinilah cabang-cabang ponpes Hidayatullah dimulai. Wallahu a’lam ■
TERBARU
-
Difasilitasi BI Green House, Santri Putri Al Bayan Kembangkan Minat Berkebun
23/01/2025 | 18:25 Wita
-
Alhamdulillah.. Ketua STAI Al Bayan Tuntaskan Studi Doktoral
23/01/2025 | 06:46 Wita
-
Tausyiah Raker : “Kalau tak memiliki tak mungkin memberi.”
15/01/2025 | 17:20 Wita