Senin, 18 Mei 2020 | 05:26 Wita
Fase Keyatiman Adalah Lahan Subur Menjaga Fitrah Manusia
■ Sirah Aplikatif 004 : Drs. H. Ahkam Sumadiyana, MA, Anggota Dewan Muzakarah Pusat Hidayatullah
HidayatullahMakassar.id — Allah Ta’ala menakdirkan Nabi-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai anak yatim hingga peranan dan kasih sayang seorang ayah tidak akan menodai fitrahnya sebagai manusia, bahkan keyatiman ini merupakan jalan tol untuk berjumpa dengan Tuhan sang pencipta.
Sejarah terlah membuktikan bahwa usia inilah waktu yang strategis untuk menyatukan antara fitrah manusia, fitrah Ketuhanan dan Fitrah Agama. Sekaligus untuk memproteksi manusia dari berbagai macam budaya, yang dapat membentuk prilaku syirik kepada Rabb-Nya.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah untuk mengatisipasi agar manusia tidak terjerumus kedalam ajaran sesat dan menyesatkan baik melalui agama maupun idiologi yang ada didunia. Mengingat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah memberi tahukan kepada kita tentang hal ini sebagaimana sabdanya;
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
Artinya; “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” [H.R. At-Tabrani dan Al-Baihaqi].
Betapa dasyatnya fase keyatiman ini untuk mentarbiyah manusia, sebelum mencapai usia baligh atau dewasa. Sehingga apa saja yang diajarkan kepada bukan sekedar mampu difahami dengan baik tetapi mampu membentuk karakteristik dan kepribadian yang kuat untuk mengarungi kehidupan sekaligus tangtangan yang sangat berat sekalipun.
Mengingat fase keyatiman ini juga momentum yang paling mudah untuk mempertemukan antara fitrah manusia, fitrah agama dan fitrah Ketuhannan. Sebagaimana firman Allah Ta’alaa;
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٣٠﴾
Artinya; “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. [Ar-Ruum; 30].
Ayat yang mulia ini telah menginformasikan kepada kita bahwa ketiga fitrah tersebut diatas harus dijaga secara Bersama-sama, tidak terpisahkan anatara yang satu dengan yang lainnya. Dan disinilah mengapa Yatim secara sosiologis dan Yatim secara biologis menjadi pilihan dalam proses tarbiyah baik yang dialam oleh Nabi Ibrahim AS dan putranya Ismail AS serta Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Begitu bernilainya status yatim ini sehingga Allah SWT, telah menyebutnya didalam al-qur’an sebanyak 23 kali dengan berbagai macam sudut pandang tentang status yatim dihadapan manusia maupun dihadapan Allah SWT.
Maka fajar kalo kemudian fase keyatiman ini menjadi perhatian yang sangat istimewa oelh Ustdz. Abdullah Said dalam proses santri karena ingin mendapatkan generasi terbaik dalam membangun peradaban manusia didunia. Wallahu ‘Alam.■
TERBARU
-
Difasilitasi BI Green House, Santri Putri Al Bayan Kembangkan Minat Berkebun
23/01/2025 | 18:25 Wita
-
Alhamdulillah.. Ketua STAI Al Bayan Tuntaskan Studi Doktoral
23/01/2025 | 06:46 Wita
-
Tausyiah Raker : “Kalau tak memiliki tak mungkin memberi.”
15/01/2025 | 17:20 Wita