Jumat, 7 Februari 2020 | 18:27 Wita

Misi Suci Mujahid Dakwah

Editor: Firman
Share

■ Ngopi PeradabanOleh: Irfan Yahya ST MSi

HidayatullahMakassar.id — Dakwah memiliki tujuan suci, karena itu misi yang suci itu hanyalah dapat dicapai dengan kesucian pula. Mulai dari niat dalam hati, metode dan konten hendaknya senantiasa dijaga kesuciannya juga.

Dakwah bukanlah sekadar menyampaikan berita dari lisan ke telinga. Dakwah adalah pesan suci yang ditujukan pada ruhani yang tidak akan sampai tanpa kesucian, kekotoran akan menjadi hijab. Demikianlah makna perintah Allah SAW yang termaktub dalam surah Al Muddatstsir ayat empat; “dan pakaianmu bersihkanlah”.

Dakwah tidak bisa terlepas dengan kesucian, sesuatu hal yang melekat kuat dalam karakter mujahid dakwah, generasi terdahulu dan oleh generasi sekarang kadang terlupakan.

Makna kesucian yang ada pada ayat keempat surah Al Muddatstsir di atas merupakan persyaratan operasional yang harus dimiliki oleh mujahid dakwah, itu yang kemudian menjadi karakteristik dasar dalam menjalankan misi dakwah.

Kesucian menjadi menjadi benang merah yang mempertautkan keseluruhan butir-butir nilai dalam Al Qur’an. Nilai Al Alaq adalah kesucian atau kemurnian tauhid, Al Qalam adalah kesucian akan cita-cita hidup berqur’an, Al Muzzammil adalah kesucian ruhani dan Al Fatihah adalah kesucian Islam Kaffah. Sehingga wajar jika untuk mentransfer nilai-nilai kesucian tersebut, dakwah juga dituntut suci.

Secara umum bila dibandingkan dengan gerakan dakwah masa lalu khususnya generasi Qur’ani pertama, dakwah di era disrupsi saat ini tentu sudah sangat jauh beda. Metode boleh mengikuti perkembangan zaman namun konten tetap harus istiqomah sesuai tuntunan syariah dan sunnah

Sudah selayaknya kita intropeksi diri masing-masing, mengapa hasil dakwah kita mengalami kemunduran. Mungkin secara kuantitas berbagai acara digelar, tabligh akbar, majelis taklim dan beragam serial dakwah yang disiarkan oleh stasiun tv, medsos dan lain lain tapi rasa-rasanya belum mampu secara maksimal memberikan pengaruh signifikan di masyarakat, patalogi sosial semakin merajalelah, narkoba, pornografi yang berujung pada kekerasan seksual semakin sulit dikendalikan.

Dakwah kita seakan kehilangan pamor, keagungan Islam tertutupi oleh keadaan ummatnya, Al Islamu mahjubun bil muslimin. Wallahu musta’an ■

*) Ketua STAI Al Bayan Makassar



BACA JUGA