Selasa, 21 Januari 2020 | 16:42 Wita

Karena Basyar, Manusia Menolak Nubuwah

Editor: Irfan Yahya
Share

Manusia Milenial, Oleh : Drs. H. Ahkam Sumadiyana, MA

HidayatullahMakassar.id — “Sebahagian manusia gemar menolak dan menyembunyikan kebenaran, mereka mengatakan bahwa Allah Ta’alaa tidak menurunkan sesuatupun kepada basyar, padahal sikap yang demikian itu bukan hanya pengingkaran terhadap eksistensi para Nabi dan Rasul saja, bahkan mengkufuri kekuasaan Allah Ta’alaa”

Berikut ini bagaimana argumentasi manusia yang menolak nubuwah;

وَمَا قَدَرُواْ اللّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُواْ مَا أَنزَلَ اللّهُ عَلَى بَشَرٍ مِّن شَيْءٍ قُلْ مَنْ أَنزَلَ الْكِتَابَ الَّذِي جَاء بِهِ مُوسَى نُوراً وَهُدًى لِّلنَّاسِ تَجْعَلُونَهُ قَرَاطِيسَ تُبْدُونَهَا وَتُخْفُونَ كَثِيراً وَعُلِّمْتُم مَّا لَمْ تَعْلَمُواْ أَنتُمْ وَلاَ آبَاؤُكُمْ قُلِ اللّهُ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ ﴿٩١﴾

Artinya; “Dan merekaa tidak menghormat Allah dengan penghormatan yang senya dikala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada Basyar”. Katakanlah: “Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui (nya)?” Katakanlah: “Allah-lah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Qur’an kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.” (Al-An’aam [6]:91).

Sebagian Ahli kitab telah membuat kesimpulan bahwa Allah Ta’alaa tidak mungkin menurunkan Wahyu-Nya kepada ‘Al-Basyar’ walaupun mereka mengetahui bahwa semua Nabi dan Rasul adalah al-basyar persis seperti manusia yang lainnya.

Tafsir jalalain, ‘Dan mereka (orang Yahudi) tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya’ artinya mereka sama sekali tidak mengagungkan-Nya dengan pengagungan yang seharusnya, atau mereka tidak mengetahui-Nya dengan pengetahuan yang semestinya (di kala mereka mengatakan) kepada Nabi, yaitu sewaktu mereka mendebat Nabi shallallahu alaihi wa sallam. dalam masalah Alquran (“Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.” Katakanlah,) kepada mereka (“Siapakah yang menurunkan kitab Taurat yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu) dengan memakai ya dan ta pada tiga tempat (lembaran-lembaran kertas) kamu menuliskannya pada lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai (kamu perlihatkan sebagiannya) kamu tidak suka menampakkan kesemua isinya (dan kamu sembunyikan sebagian besarnya) sebagian besar dari apa yang terdapat di dalam kandungannya, seperti mengenai ciri-ciri Nabi Muhammad saw. (padahal telah diajarkan kepadamu) hai orang-orang Yahudi di dalam Alquran (apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahuinya?”) karena tidak terdapat di dalam kitab Taurat, maka hal itu membuat kamu ragu dan berselisih paham tentang Taurat antara sesamamu.

(Katakanlah, “Allahlah”) yang menurunkannya; jika mereka tidak mengatakannya, maka tidak ada jawaban lain kecuali jawaban itu (kemudian biarkanlah mereka di dalam kesibukan mereka) dalam kebatilan mereka (bermain-main).

Puncaknya mereka akan menolak Nabi dan Nubuwah dari Allah Ta’alaa, dengan alasan bahwa Nabi itu adalah ‘Basyar’ seperti dirinya juga.

Tentu saja argumentasi itu diperkuat dengan berbagai macam latar belakang terutama ketokohan, status sosial, harta dan jabatan yang dimiliki.

Cara pandang dan pola pikir seperti ini juga banyak yang mengikutinya, sekalipun manusia sama sekali tidak memiliki kelebihan apa-apa. Biasanya hanya sebagai bentuk apologi dan kompensasi atas sikap dan penolakannya terhadap kebenaran.

Berikut pernyataan bahwa Nabi juga basyar seperti dirinya;

قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ يَدْعُوكُمْ لِيَغْفِرَ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرَكُمْ إِلَى أَجَلٍ مُّسَـمًّى قَالُواْ إِنْ أَنتُمْ إِلاَّ بَشَرٌ مِّثْلُنَا تُرِيدُونَ أَن تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَآؤُنَا فَأْتُونَا بِسُلْطَانٍ مُّبِينٍ ﴿١٠﴾

Artinya; “Berkata rasul-rasul mereka: “Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan) mu sampai masa yang ditentukan?” Mereka berkata: “Kamu tidak lain hanyalah ‘Basyar’ seperti kami juga”. Kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami, karena itu datangkanlah kepada kami bukti yang nyata.” (Ibrahim [14]:10).

Apakah mereka berharap bahwa Nabi dan Rasul itu bukan berasal dari golongan Basyar/manusia, atau mereka juga menginginkan utusan Allah Ta’alaa itu dari kalangan Malaikat Allah?, yang tidak memiliki hawa nafsu sehingga tidak mempunyai kesalahan dalam mejalankan tugas dari Allah Ta’alaa. Wallahu ‘Alam
*) Anggota Dewan Pembina Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar



BACA JUGA