Senin, 20 Januari 2020 | 17:17 Wita

Berbekal Kompor Ajaib dan Lonceng Kehidupan, Imam Muhdim banyak Lahirkan Santri Berprestasi

Editor: Irfan Yahya
Share

Hidayatullah-Makassar.com Bagi Santri Al-Bayan, Ustadz Imam Muhdim merupakan pribadi yang tawadhu, penyayang dan suka berbagi. Ia juga orang yang ceria, pandai menghibur santri dan bisa memberi solusi atas masalah yang mereka hadapi.

Imam Muhdim sangat dekat dengan santri. Ketika disebut kalimat Ketua DPR, maka yang muncul di benak santri pasti sosok Imam Muhdim. Betapa tidak, karena hampir separu usianya ia habiskan di dapur (DPR) untuk menyiapkan konsumsi santri setiap hari.

Usianya kini sudah tidak muda lagi, ia semakin menua. Namun, hal tersebut tidak menjadikannya halangan dalam beraktivitas. Ia masih tetap mejalankan profesinya sabagai Ketua DPR di Ponpes Hidayatullah Makassar dalam mengatur dan memastikan nutrisi santri sudah terpenuhi.

Disamping itu Imam Muhdim juga adalah sosok yang kreatif dan inovatif, pandai dalam memanfaatkan benda yang ada di sekitarnya.

Di dapur santri misalnya, ia seminimal mungkin mengatur peralatan yang digunakan untuk kebutuhan memasak agar biaya yang dikeluarkan tidak begitu banyak, sehingga Imam Muhdim masih memakai tungku manual. Oleh santri disebut kompor ajaib.

Ini karena tungku tersebut banyak mengeluarkan asap seperti kendi di film aladin kata santri. Tapi sangat bermanfaat dan tidak banyak makan biaya, hanya menggunakan serbuk kayu atau ranting-ranting kayu yang sudah dikumpulkan oleh petugas dapur, irit dan tahan lama.

“Kelebihan kompor ajaib ini irit, iya. Bisa bikin sendiri artinya memanfaatkan barang yg terbuang, serbuk ekonomis artinya tidak boros. “Ujarnya

Jika dibandingkan pengeluaran antara gas dan kompor ajaib milik saya, kalau gas itu bisa menghabiskan biaya untuk beli gas saja sekitar Rp. 2,900.000 perbulan kalau serbuk hanya berkisar Rp. 200.000 perbulan. Ungkap Imam

Hampir semua benda benda dapur milik Imam Muhdim memiliki nama, selain istilah kompor ajaib, ada juga lonceng kehidupan. Lonceng kehidupan itu adalah sebutan santri untuk bel dapur.

Saat lonceng tersebut terdengar, itu artinya jam makan telah tiba.

Semua tentang Imam Muhdim tidak pernah hilang diingtan santri, oleh karena ketulusan beliau dalam menghadapi berbagai macam karakter anak-anak mereka. baik itu yang masih tinggal di Ponpes Hidayatullah Makassar ataupun santri alumni yang pernah diasuh beliau saat masih di pondok dulu.

Dari kesabaran beliau tersebut, kini Imam Muhdin banyak melahirkan kader kader tangguh yang saat ini telah tersebar di belahan bumi Indonesia. Sebagian lagi masih dalam proses pengkaderan di Ponpes Hidayatullah Makassar.

Semoga Imam Muhdim diberikan kesehatan dan tetap istiqomah dalam mengemban amanah sebagai Ketua DPR di dapur santri./ *Laida Djabutafuan/Ridwan



BACA JUGA