Jumat, 22 Agustus 2025 | 06:06 Wita
Mencari Tapak Perjuangan

Sejarah Hidayatullah di Makassar (10)
HidayatullahMakassar.id — Mesin Hidayatullah cabang Ujung Pandang terus berputar, seperti roda yang enggan berhenti meski jalan terjal menghadang.
Setiap langkah kecil menjadi bagian dari gerakan besar, dan setiap rapat malam Jumat bukan lagi sekadar diskusi, tetapi denyut nadi yang menghidupkan arah perjuangan.
Dalam sebuah rapat penting di Bawakaraeng 111 yang menjadi markas, tersusunlah strategi baru, mencari tanah untuk mewujudkan kampus peradaban.
Ustadz Abdul Aziz Qahhar membuka pembicaraan dengan nada mantap, “Kita sudah berjalan cukup jauh, Al-Bayan terus tumbuh, tenaga baru semakin berdatangan. Tapi kita butuh pijakan yang lebih kokoh. Kita butuh tanah, kita butuh kampus yang akan jadi pusat peradaban.”
Hening sejenak, semua mata tertuju padanya. Kemudian Abdul Majid menyahut, suaranya bergetar penuh keyakinan, “Kalau hanya terus mengontrak rumah orang, gerakan ini akan rapuh. Kita harus punya bumi sendiri, agar akar perjuangan semakin teratur dan terarah”.
“Betul,” timpal Sundusin dengan nada bicara terputus-putus karena semangat “Tapi kita tahu sendiri harga tanah di kota ini. Dengan dana kita yang pas-pasan, bagaimana mungkin?”
Ruangan seketika diliputi ketegangan. Beberapa wajah tampak muram, seolah dihempas kenyataan.
Namun dari sudut yang lain, Tasmin Latif sebagai sekertaris Al-Bayan angkat bicara dengan suara tenang namun tegas.
Ia berkata, “Kalau kita berhitung dengan uang, mungkin kita tidak akan pernah berani melangkah. Tapi bukankah perjuangan ini sejak awal ditopang oleh keyakinan? Kita ketuk pintu Allah, dan Dia pasti bukakan jalan, meskipun melalui tangan-tangan kaum muslimin yang lain”
Beberapa peserta rapat menepuk lutut, menggumamkan takbir. Ustadz Abdul Aziz kembali menunduk sebentar, lalu mengangkat wajahnya dengan tatapan tajam.
“Kita tidak bisa menunggu. Mulai malam ini, setiap dari kita harus turun mencari jalan. Kita dekati tokoh masyarakat, kita ajak para dermawan, kita telusuri lahan yang mungkin bisa diwakafkan, jangan ada yang berpangku tangan.”
Suasana berubah, dari tegang menjadi menyala. Beberapa orang saling berpandangan dengan semangat yang baru.
Ustadz Abdul Aziz menutup rapat dengan suara berat, tapi penuh harapan, “Kita tidak hanya mencari tanah. Kita sedang mencari takdir. Dan yakinlah, takdir itu akan datang kepada mereka yang berani menjemputnya.”
Sejak itu, semangat persatuan kian menyala. Para pengurus, mahasiswa, hingga simpatisan bahu-membahu menyusuri lorong-lorong kota, menelusuri peluang, mencari sebidang tanah yang kelak menjadi saksi lahirnya pusat peradaban Islam di Makassar.
Tenaga pun terus bertambah, para pemuda datang menawarkan diri, menguatkan daya gedor yang sebelumnya hanya diemban oleh segelintir orang.
Ada yang membantu lewat pikiran, ada yang dengan keringat, bahkan ada pula yang dengan sekadar menyalurkan semangat agar api itu tak padam.
Di Bawakaraeng bergabung memperkuat barisan Mustamir, Muhsinin, Andi Anton (Ghufron) dan Hermanto Aziz.
Sementara di BTN Tabaria bergabung Husain, Utsman, Abdul Kadir, Abdul Majid, S.H. Bahkan yang menjadi fenomena pentolan MPM Unhas Hidayat al-Aidit ikut bergabung bersama kadernya Hamka dari HMI Palopo.
Di tengah hiruk pikuk itu, Ustadz Abdul Aziz Qahhar tidak hanya sibuk mengurusi Yayasan Al-Bayan. Sebagai Ketua Koordinator Wilayah Hidayatullah Sulawesi, pikirannya telah melampaui batas kota.
Ia mulai menata langkah dakwah di berbagai pelosok, menyambungkan semangat dari Ujung Pandang ke Kendari, Palu, Mamuju dan ke berbagai daerah di Sulsel yang belum tersentuh.
“Hidayatullah bukan hanya di sini,” gumamnya pelan dalam sebuah pertemuan, “tapi ia harus tumbuh di seluruh Sulawesi, seperti matahari yang sinarnya tak mengenal sekat.”
Maka, mesin itu terus berjalan. Kadang tersendat, kadang berderu kencang, tapi tidak pernah berhenti. Sebab mereka yakin, apa yang sedang mereka bangun bukan sekadar yayasan, bukan sekadar kampus, melainkan sebuah jalan panjang menuju peradaban. (Bersambung/Abdul Qadir bin Mahmud)

TERBARU
-
Mencari Tapak Perjuangan
22/08/2025 | 06:06 Wita
-
Sami’na wa Atha’na: Kesetiaan Para Kader
21/08/2025 | 16:50 Wita
-
‘Dokter Al Bayan’ Sudirman Katu Raih Doktor Penyakit Dalam
19/08/2025 | 12:50 Wita
FOTO

Galeri – Powerfull Ramadhan di Ponpes Al Bayan Bersama Tokoh Muda
17/03/2025 | 07:19 Wita
Galeri – Powerfull Ramadhan Bersama Al Quran, Tarhib Ramadhan Al Bayan
23/02/2025 | 06:20 Wita
Galeri – Visitasi Asesmen Prodi Ekonomi Syariah STAI Al Bayan
09/01/2025 | 20:50 Wita