Sabtu, 17 Mei 2025 | 19:08 Wita
Abdullah Said, Pelita di Tengah Gelombang Kemungkaran

SOSOK, HidayatullahMakassar.id — Sore menjelang di pelataran Masjid Raya Makassar. Cahaya kuning keemasan menyusup di antara lengkung menara, menyapu pelataran dengan semburat damai.
Angin pelan mengayun pucuk-pucuk pohon Mahoni, melemparkan bayangan ke dinding-dinding sunyi yang berdiri bisu di sisi kompleks pengkaderan Muhammadiyah.
Hari hampir pulang, tapi semangat belum reda.
Dua sosok tampak berjalan perlahan di lorong berubin batu yang memanjang dari halaman masjid ke bangunan pengkaderan.
Muhsin Kahar, dengan langkah tenang dan mata yang menyimpan perjalanan panjang, menyusuri jalan itu bersama sang guru yang ia hormati sepenuh jiwa: Kiai Ahmad Marzuki Hasan.
“Makassar menunggumu, Muhsin,” kata Kiai Marzuki pelan, suaranya seperti bagian dari senja itu sendiri.
“Kemaksiatan merajalela, perjudian jadi candu. Tapi anak-anak muda mulai mencari arah. Mereka butuh seseorang yang bicara dengan hati.”
Muhsin menatap wajah sepuh di sampingnya, yang tak lagi muda tapi masih menyala oleh semangat. Ia menjawab lirih, seolah takut memecah hening:
“Jika Ustadz izinkan, saya ingin membantu. Bukan sebagai guru, tapi sebagai saudara yang ikut mengayuh perahu ini.”
Kiai Marzuki mengangguk, dalam dan pasti. “Kau tidak kembali untuk memulai, Muhsin. Kau kembali untuk menyambung arus. Mari kita hidupkan kembali api itu. Kita bangun kader-kader ini dengan hati, dengan ilmu, dan dengan keyakinan.”
Langit di atas Masjid Raya berubah perlahan, dari jingga menjadi ungu. Cahaya lampu mulai menyala di koridor pengkaderan. Lamat-lamat terdengar suara adzan dari masjid, menyeru jiwa-jiwa yang belum padam.
Usai shalat, Muhsin dan Kiai Marzuki berdiri sejenak sebelum melangkah masuk ke dalam aula kecil yang dahulu penuh semangat, kini siap dihidupkan kembali.
Mereka tahu: angin baru sedang bertiup. Angin perjuangan, yang kelak akan membawa pelita ke lorong-lorong kota, ke pasar, ke hati-hati yang hilang arah.
Dan malam itu, di Makassar yang bersiap tidur, dua generasi memulai kembali langkahnya—diam-diam, tapi penuh nyala.
Mereka kembali merancang pengkaderan, kini dengan tantangan yang lebih nyata: mengangkat panji amar ma’ruf nahi munkar di tengah gelombang maksiat yang merajalela.
Di situlah babak baru dimulai, bukan sekadar membina tapi menyalakan perlawanan terhadap gelombang kemaksiatan yang mengancam.
Perjudian, terutama dalam bentuk LOTTO (lotere totalisator), menjalar di kota seperti bara dalam sekam. Maka dipilihlah Maros –yang berjarak hanya sepelemparan batu dari Makassar—sebagai tempat pengkaderan intensif.
Aman, tenang, dan cukup jauh dari sorotan, namun dekat dengan semangat perubahan.
Dalam sepekan, 1 hingga 8 Agustus 1969.
Hari dan malam menyatu dalam gemblengan tanpa henti. Tak ada jeda untuk keluh, tak ada ruang bagi malas. Peluh, takbir, tadarus, dan latihan orasi berpadu dalam ritme jihad intelektual dan spiritual.
Muhsin kembali menjadi nakhoda dalam samudra perjuangan. Bersama Kiai Marzuki dan Drs. H. Mahyuddin Thaha, serta dibantu tokoh-tokoh Muhammadiyah Maros seperti Usman Ali, H. Abdul Larif Daeng Mangngatta, Abdurrasyid Tata, Burhanuddin Hamid, Drs. Mustafa Rauf, dan Zaenal Abidin.
Mereka menjadi barisan depan dalam perang diam-diam yang mengguncang akar maksiat.
Semangat peserta membara. Mereka belajar bukan hanya menyampaikan dakwah, tapi bagaimana menjaga marwah.
Mereka diajarkan untuk menyalakan lentera di lorong-lorong gelap kota, di tengah godaan zaman yang tak kenal henti.
Di sela-sela penggemblengan, lagu “Panggilan Jihad” berkumandang dari bibir para kader. Bukan sekadar lagu, tapi sumpah. Bukan sekadar syair, tapi panji.
Dan di antara mereka, semangat Muhsin menyatu dalam setiap langkah: hening, tapi menyala; sederhana, tapi mengguncang dan menggetarkan.(bersambung ke seri 28)
*) Oleh: Dr Abdul Kadir Mahmud MA, Direktur STAI Al Bayan Hidayatullah Makassar

TERBARU
-
Abdullah Said, Pelita di Tengah Gelombang Kemungkaran
17/05/2025 | 19:08 Wita
-
Menebar Kebaikan dan Memberi Manfaat untuk Sesama
16/05/2025 | 13:20 Wita
-
Kesalehan Individu dan Kesalehan Sosial, Integrasinya Iman dan Amal
16/05/2025 | 08:47 Wita
FOTO

Galeri – Powerfull Ramadhan di Ponpes Al Bayan Bersama Tokoh Muda
17/03/2025 | 07:19 Wita
Galeri – Powerfull Ramadhan Bersama Al Quran, Tarhib Ramadhan Al Bayan
23/02/2025 | 06:20 Wita
Galeri – Visitasi Asesmen Prodi Ekonomi Syariah STAI Al Bayan
09/01/2025 | 20:50 Wita