Jumat, 16 Mei 2025 | 13:20 Wita

Menebar Kebaikan dan Memberi Manfaat untuk Sesama

Editor: admin
Share

Oleh: Dr Ir Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar MSi, Dewan Pertimbangan Hidayatullah dan Ketua Badan Pembina Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar

Khutbah Jumat di Masjid Al Markaz Al Islami Makassar

HidayatullahMakassar.id — Mari kita memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan kepada kita, yang jika kita mencoba menghitung nikmat itu maka kita tidak akan sanggup menghitungnya, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:
وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya. Sungguh Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang” (QS An-Nahl: 18).

Betapa besar nikmat Allah kepada kita berupa kesehatan, rezeki dan semua fasilitas yang tersedia di alam semesta yang sehari-hari kita nikmati.

Tapi dari semua nikmat Allah SWT, nikmat terbesar adalah nikmat iman dan Islam yang secara prerogatif Allah berikan kepada hamba-hambanya yag terpilih.

Karena hanya dengan iman dan Islam kita akan merasakan kebahagian yang sejati di dunia dan akan selamat di hari akhirat.

Islam adalah agama dengan ajaran yang lengkap dan sempurna. Selain mengatur soal keimanan dan ibadah mahdhoh (ibadah vertikal kepada Allah SWT), ajaran Islam juga sangat menekankan kepada terwujudnya kehidupan yang baik dan bahagia di dunia, baik secara individual maupun secara bersama dalam kehidupan bermasyarakat.

Bahkan kehadiran ajaran Islam dengan diturunkannya wahyu Al-Qur’an kepada Nabi dan Rasul terakhir Muhammad SAW merupakan rahmat bagi seluruh manusia dan alam semesta.


وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam (QS 21: 107).

Islam adalah agama rahmat bagi seluruh manusia dan seluruh alam semesta. Rahmat dapat dipahami kedalam dua pengertian.

Pertama sebagai Rahman, yang kedua adalah Rahim, dimana keduanya sekaligus merupakan sifat Allah. Rahmat dalam makna Rahman adalah kerahmatan Allah untuk seluruh makhluk ciptaan-Nya.

Dalam konteks ini rahmat adalah perwujudan Maha Kasih Allah kepada seluruh ummat manusia, baik yang beriman atau muslim maupun kaum kafir, dan juga kepada hewan, tumbuhan dan seluruh alam semesta.

Sementara itu rahmat dalam makna Rahim adalah kasih sayang Allah yang secara khusus hanya diberikan kepada hamba-Nya yang beriman.

Landasan teologis ini menjadi prinsip dan memberi orientasi hidup setiap muslim. Di satu sisi dalam konteks Rahim, seorang muslim bersungguh-sungguh melakukan ibadah vertikal kepada Allah seperti shalat, dzikir, dan sebagainya.

Pada sisi lain dengan meniru sifat Rahman-Nya Allah, ia aktif menebar rahmat atau kebaikan kepada orang lain, mulai dari keluarga, tetangga, dan masyarakat, bahkan untuk lingkungan hidup.

Peran yang tidak hanya berdimensi individu, tapi juga skala sosial, politik, ekonomi, dan lain-lain.

Ketika Rasulullah hijrah dan baru tiba di Madinah, maklumat pertama yang beliau ucapkan adalah:


يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، أَفْشُوْا السَّلَامَ ، وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ ، وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ ، وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ، تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ .
“Sebarkanlah salam, berikan makan, hubungkan silaturrahim , dan shalatlah pada malam hari Ketika orang-orang tertidur, maka kalian akan masuk surga dengan selamat” (HR. At-Turmudzi).

Maklumat ini merupakan upaya paling dini Rasulullah untuk membangun kohesi sosial dan peradaban baru di Madinah.

Adapaun untuk infrastruktur, yang pertama yang dibangun Rasulullah adalah masjid. Selain menjadi tempat ibadah, masjid juga menjadi pusat peradaban Islam di Madinah.

Sangat menarik bahwa tiga diantara empat isi maklumat atau himbauan tersebut berdimensi horizontal atau sosial, sementara hanya satu yang berdimensi vertikal.

Hal ini menunjukkan betapa besarnya kepedulian Rasulullah atau ajaran Islam untuk menebar rahmat atau berbagai macam kebaikan dalam kehidupan bermasyarakat.

Pertama, sebarkan salam. Rasulullah memerintahkan untuk menyebarkan salam, baik kepada orang yang dikenal maupun tidak dikenal.

Hal ini merupakan upaya untuk menciptakan suasana damai dan harmonis bagi sesama warga. Salam bermakna keselamatan, kedamaian dan kenyamanan.

Masyarakat Madinah ketika itu sangat plural atau beragam. Kaum muslimin terdiri dari Muhajirin dan Anshar. Selain itu terdapat cukup banyak penduduk non muslim, terutama kaum Yahudi.

Kedua, himbauan untuk memberi makan, terutama bagi yang membutuhkan. Tindakan ini merupakan wujud kemurahan hati dan kasih sayang kepada sesama.

Ketiga, menyambungkan dan membangun silaturrahim. Bahkan ketika itu Rasulullah mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Langkah ini memperkuat persaudaraan dan kerjasama sesama muslim.

Demikianlah Islam menekankan bahwa untuk menjadi seorang muslim yang baik tidak hanya dengan menjadi seorang ahli ibadah atau shalih individual, tapi juga harus shalih secara sosial.

Ummat Islam diberi predikat sebagai “ummat terbaik” (khairu ummah) bukan hanya karena iman atau kesalehan individual, tapi karena besarnya kepedulian dan keterlibatan mereka dalam membangun kehidupan masyarakat dan negara dengan amar ma’ruf dan nahi mungkar.

Kemaslahatan dan kedamaian masyarakat dan negara tidak akan pernah terwujud tanpa adanya amar makruf dan nahi mungkar.


كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ
“Kamu (ummat Islam) adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah” (QS 3: 110).

Demikian pula sebagai individu, seseorang diberi predikat sebagai “manusia terbaik” bukan karena sebagai ahli ibadah, tapi karena besarnya kepedulian dan kemanfaatan yang diberikan kepada orang lain.

Rasulullah SAW bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat kepada manusia” (HR. Ahmad, Thabrani, Ad-Daraqutni)
BARAKALLAHU LIY WA LAKUM….. (*)

Shalat Jumat di Masjid Al Markaz Al Islami Makassar



BACA JUGA