Kamis, 1 Mei 2025 | 08:27 Wita

Merajut Empat Pilar Kampus Hidayatullah dengan Benang Komunikasi Profetik: Sebuah Narasi Transformasi Peradaban (2)

Editor: admin
Share

Refleksi Empat Pilar Penting oleh Pemimpin Umum pada Penutupan Rakornas KIKU Timika

Oleh: Dr Shaleh Utsman MIKom, Ketua Departemen Pengkaderan DPP Hidayatullah

OPINI, Hidayatullah Makassar.id — Pilar ketiga yakni Etika dan Estetika: Membentuk Karakter Luhur dalam Balutan Keindahan Islami

Etika dan estetika adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan dalam pembentukan karakter yang paripurna.

Komunikasi profetik menekankan pentingnya qaulan layyina, perkataan yang lemah lembut dan penuh kasih sayang, sebagai landasan utama dalam berinteraksi.

Akhlakul karimah bukan hanya sekadar norma sopan santun, melainkan manifestasi dari keimanan yang kokoh dan kecintaan kepada sesama.

Kampus Hidayatullah harus menjadi oase di mana kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, dan saling menghormati menjadi budaya yang mengakar kuat.

Estetika dalam konteks kampus Hidayatullah melampaui sekadar keindahan visual. Ia mencakup kebersihan lingkungan, kerapian tata ruang, arsitektur yang Islami, serta apresiasi terhadap seni dan budaya yang selaras dengan nilai-nilai Islam.

Keindahan yang terpancar dari lingkungan kampus akan menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif untuk belajar, bekerja, dan berinteraksi.

Ia juga menjadi cerminan dari keindahan jiwa dan akhlak penghuninya.
Komunikasi yang terbangun dalam lingkungan yang menjunjung tinggi etika dan estetika adalah komunikasi ma’rufa, perkataan dan perbuatan yang baik dan pantas.

Tidak ada ruang untuk perkataan kasar, fitnah, atau ghibah. Setiap interaksi didasari oleh rasa saling menghargai dan menjaga kehormatan sesama.

Kampus yang demikian akan menjadi model bagi masyarakat luas, menunjukkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dapat berjalan beriringan dengan ketinggian akhlak dan keindahan budi pekerti.

Citra positif institusi terbangun bukan hanya dari prestasi akademik, tetapi juga dari karakter luhur komunitasnya.

Pilar keempat, Kepemimpinan dan Manajemen: Mengemban Amanah dengan Profesionalisme dan Visi Kenabian

Kepemimpinan dan manajemen di kampus Hidayatullah adalah amanah yang diemban dengan penuh tanggung jawab dan didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, musyawarah, dan transparansi.

Komunikasi profetik mengajarkan qaulan maisura, perkataan yang mudah dipahami dan dilaksanakan, dalam menyampaikan kebijakan dan arahan.

Para pemimpin dan pengelola kampus dituntut untuk memiliki visi yang jelas, kemampuan mengorganisasi yang efektif, serta kepekaan terhadap kebutuhan dan aspirasi seluruh anggota komunitas kampus.

Keputusan yang diambil haruslah didasarkan pada nilai-nilai Islam yang universal dan dipertanggungjawabkan secara moral dan profesional.

Manajemen yang efektif akan menciptakan lingkungan kerja yang produktif, kolaboratif, dan inovatif, di mana setiap individu merasa dihargai dan memiliki kesempatan untuk berkontribusi secara maksimal.

Komunikasi yang terjalin adalah komunikasi baligha, jelas, efektif, dan membekas, mampu menggerakkan seluruh potensi kampus menuju pencapaian tujuan pendidikan yang mulia.

Lebih jauh lagi, kepemimpinan dalam perspektif komunikasi profetik adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership), meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW seperti shiddiq (jujur), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan kebenaran), dan fathanah (cerdas).

Pemimpin tidak hanya berfokus pada pencapaian target dan indikator kinerja, tetapi juga pada pembinaan karakter dan pengembangan potensi seluruh anggota komunitas kampus.

Mereka adalah qudwah hasanah, teladan yang baik, yang menginspirasi dan memotivasi dengan tindakan nyata.

Menuju Kampus Peradaban yang Memancarkan Cahaya Kenabian

Dengan mengintegrasikan keempat pilar ini ke dalam setiap helai kehidupan kampus dan menginternalisasinya melalui pendekatan komunikasi profetik yang holistik, kampus-kampus Hidayatullah memiliki potensi besar untuk bertransformasi menjadi pusat ilmu pengetahuan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga menjadi suluh peradaban yang memancarkan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin.

Setiap interaksi, setiap kebijakan, dan setiap program kerja hendaknya dijiwai oleh hikmah, nasihat yang baik, dan argumentasi yang konstruktif, sehingga terwujud komunitas kampus yang beriman, berilmu, berakhlak mulia, dan mampu melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan yang amanah dan visioner.

Komunikasi profetik bukan sekadar kerangka teoretis, melainkan sebuah metodologi transformatif yang berpotensi merevolusi paradigma pendidikan.

Ia mengajak kita untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan, interaksi sosial, dan kepemimpinan melalui perspektif nilai-nilai Ilahi yang fundamental, sebagaimana diwahyukan dalam lima surah pertama: Al-Alaq, Al-Qalam, Al-Muzzammil, Al-Muddatsir, dan Al-Fatihah.

Dengan menginternalisasi prinsip-prinsip komunikasi profetik yang berakar pada wahyu awal ini, kampus Hidayatullah memiliki peluang besar untuk tidak hanya menghasilkan lulusan yang unggul dalam keilmuan, tetapi juga individu-individu dengan landasan moral yang kokoh, empati sosial yang mendalam, serta sumbangsih nyata bagi kemajuan masyarakat dan negara.

Narasi besar ini menggambarkan bagaimana empat pilar utama kampus Hidayatullah, yang dijalin erat dengan esensi komunikasi profetik, dapat mengarahkan kita pada visi mulia untuk menjadi bagian integral dari gerakan perubahan peradaban menuju kebaikan dan keadilan yang lebih luas.

Pemahaman mendalam terhadap basis wahyu dalam lima surah pertama akan menjadi spirit dan arah dalam mengimplementasikan komunikasi profetik di seluruh aspek kampus.(*)



BACA JUGA