Jumat, 18 April 2025 | 09:13 Wita

Abdullah Said, di Sini Jalan itu Kembali Kutemukan

Editor: admin
Share


SOSOK, HidayatullahMakassar.id — Setelah melewati gejolak dunia politik yang membekaskan pelajaran mendalam, Muhsin Kahar akhirnya kembali pada panggilan jiwanya yang sejati: dakwah.

Ia kembali dengan penuh keyakinan, seolah menemukan kembali ruh perjuangan yang sempat tercerai oleh hiruk-pikuk urusan partai.

“Sepertinya ini jalan terbaik,” ucapnya suatu sore kepada sahabat seperjuangannya, sambil menatap langit Makassar yang mulai merona senja.

“Allah mungkin sengaja memalingkan langkahku dari partai agar aku bisa sepenuhnya kembali mengurus dakwah. Ini medan yang paling aku pahami, paling aku cintai.”

Sahabatnya mengangguk, memahami betul gejolak batin yang dialami Muhsin.
“Kalau bukan kita yang memikirkan masa depan dakwah, siapa lagi?” lanjut Muhsin dengan mata berbinar.

“Pengkaderan tidak bisa dibiarkan berjalan biasa-biasa saja. Harus lebih terstruktur, intensif, dan terarah.”
Dalam benaknya, Muhsin membayangkan sebuah pusat kaderisasi yang tak hanya menjadi tempat pelatihan, tapi juga menjadi ekosistem kehidupan Islami yang utuh.

Sebuah perkampungan dakwah—tempat berkumpulnya para ulama, cendekiawan, dan calon dai dari berbagai penjuru negeri.

“Aku ingin kita bangun tempat khusus,” katanya suatu ketika dalam rapat kecil bersama rekan-rekan Pemuda Muhammadiyah. “Sebuah perkampungan kader. Di sana, ulama dan pengajar akan disiapkan rumah tinggal yang layak. Mereka tidak perlu lagi sibuk urusan sepele.

Fikirannya hanya untuk umat. “Bagaimana dengan biayanya?” tanya salah seorang rekannya dengan ragu.

“Kita kerja sama. Kita mulai dari kecil. Di tempat itu nanti ada kebun, peternakan, sumber daya mandiri. Insya Allah berkah. Yang penting, semangatnya harus sama mencetak kader yang mumpuni dan ikhlas,” jawab Muhsin penuh semangat.

Ia meyakini, bila lingkungan dibangun dengan ruh Islam dan nilai-nilai kehidupan yang terjaga, maka kader-kader yang lahir darinya akan lebih kuat, lebih tahan ujian, dan lebih istiqamah.

“Di sana, syariat bisa dijalankan tanpa tekanan. Urusan pergaulan, bahkan sampai nikah, bisa kita atur sesuai tuntunan Islam. Anak-anak bisa sekolah tanpa pusing biaya. Semua energi kita, fokus hanya untuk dakwah dan kaderisasi,” jelasnya panjang lebar.

“Tempat ini akan jadi rumah bagi masa depan dakwah,” ucapnya lirih namun penuh keyakinan. “Kita tidak hanya sedang membangun kampung, tapi sedang menyiapkan peradaban.”

Mereka bermimpi besar, dan bagi Muhsin Kahar, dakwah bukan sekadar mimpi—tapi jalan hidup yang harus diperjuangkan sampai akhir.(bersambung ke seri 19)

*) Oleh : Dr Abdul Qadir Mahmud MPd, Direktur STAI Al Bayan Hidayatullah Makassar



BACA JUGA