Kamis, 30 Januari 2025 | 08:52 Wita
Abdullah Said The Man of Action, Permainan dan Kehangatan Keluarga
SOSOK, HidayatullahMakassar.id — Hari-hari Muhsin dan saudaranya mereka isi dengan permainan sederhana yang hanya anak-anak kampung bisa menikmati.
Kadang-kadang, mereka bermain petak umpet di antara pohon-pohon di kebun kakek. Di lain waktu, mereka berkompetisi memanjat pohon jambu, berlomba siapa yang bisa mencapai cabang tertinggi dan memetik buah paling banyak.
“Esseng, kau tak bisa lebih tinggi dariku!” seru Puang Luke sambil tertawa, memanggil Muhsin dengan panggilan akrabnya.
Muhsin, yang tidak mau kalah, dengan cepat meraih cabang lain dan melambai. “Lihat ini, Luke! Aku sudah sampai di atas duluan!”
Ketika malam tiba, keluarga besar itu berkumpul di ruang tengah, duduk melingkar di lantai rumah panggung Kiai Kahar.
Puang Ica, ibu mereka, sering membawa mangkuk berisi pao apang atau penganan khas kampung yang dibungkus daun pisang.
Sementara ayah mereka, Puang Imang, menceritakan kisah-kisah para nabi atau perjuangan rakyat di masa lalu.
“Kalian harus ingat,” ujar ayah mereka suatu malam, “Keluarga adalah akar. Tanpa akar yang kuat, pohon tidak akan bisa berdiri tegak.” Kata-kata itu tertanam dalam hati Muhsin. Baginya, keluarganya adalah segalanya.
Belajar dari Saudara
Muhsin juga belajar banyak dari saudara-saudaranya yang lebih tua, seperti Puang Milu dan Puang Bere. Mereka sering mengajarinya hal-hal sederhana, seperti cara membuat layangan dari daun lontar atau menjala ikan kecil di sungai.
“Esseng, engkau harus tahu cara menangkap ikan. Kalau tidak, bagaimana nanti kalau engkau lapar di tengah hutan?” gurau Puang Bere sambil menyerahkan kail kecil ke tangan Muhsin.
Dari saudari-saudarinya, seperti Puang Radi dan Puang Ndah, Muhsin belajar tentang kasih sayang dan perhatian. Mereka sering membantunya mengikat tali sandal atau memperbaiki bajunya yang sobek akibat bermain terlalu liar.
Meski keluarga mereka besar, kehidupan berjalan dengan harmoni. Muhsin merasa beruntung tumbuh dalam lingkungan yang penuh cinta, meski sederhana.
Kehidupan di kampung, dengan segala keterbatasannya, mengajarkan mereka untuk saling mendukung dan menghargai satu sama lain.
Saat Muhsin dan saudara-saudaranya tumbuh, mereka belajar bahwa setiap momen kecil bersama keluarga adalah anugerah.
Dari permainan sederhana di kebun hingga obrolan malam yang penuh tawa di ruang tengah, semuanya menjadi kenangan manis yang akan terus terukir di hati Muhsin, bahkan saat ia harus meninggalkan kampung kelak. (Bersambung ke seru 5/*)
*) Oleh : Dr Abdul Qadir Mahmud, Ketua STAI Al Bayan Hidayatullah Makassar
TERBARU
-
Abdullah Said The Man of Action, Permainan dan Kehangatan Keluarga
30/01/2025 | 08:52 Wita
-
Abdullah Said The Man of Action, Kehidupan Kampung Menggurat Hati
27/01/2025 | 04:01 Wita
-
Abdullah Said The Man Of Action, Warisan Spiritual di Tengah Kesederhanaan
25/01/2025 | 18:13 Wita