Senin, 3 Februari 2020 | 10:59 Wita

Ustadz Shaleh Himbau Kader Hidayatullah Tetap Jaga Kualitas Iman dengan Metode SW

Editor: Firman
Share

HidayatullahMakassar.id — Kepala Bidang (Kabid) Pengkaderan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Ustadz Shaleh Usman memberikan tausyiah pada acara Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Hidayatullah Gowa. Senin, 9 Jumadil Akhir 1441 H (03/02/2020).

Berlokasi di Pondok Pesantren (Ponpes) Hidayatullah Bolangi, Gowa, Ustadz Shaleh menyampaikan agar para kader harus tetap istiqomah menjaga kualitas iman. Di antaranya dengan berproses berdasarkan manhaj nubuwah Sistimatika Wahyu (SW),

Ustadz Shaleh mengambil contoh Hidayatullah Bollangi, bahwa Ponpes tersebut tidak akan bisa eksis jika tanpa proses dari SW. Ustadz Mustaqim sebagai Pimpinan Pondok dan pengurus lainnya, yang memulai tempat tersebut, tidak akan mungkin bisa bertahan dan eksis sampai hari ini kecuali karena adanya celupan dari manhaj tersebut.

“Sebab itu saya yakin, memulai ini semua, dipastikan tanpa modal materi, betul-betul hanya modal taat saja. Nah, modal taat ini jangan dianggap sederhana, barang mahal ini pak, Sebab taat itu basisnya adalah iman. Karenanya kualitas ketaatan ditentukan oleh kualitas iman,” terang Ustadz Shaleh.

Kira-kira, manhaj macam apa yang bisa melahirkan manusia-manusia yang punya kualitas iman seperti itu. Metoda macam mana yang mampu memproses dan menghasilkan manusia-manusia dengan kualitas iman yang seperti ini.

“Sekali lagi, Sistimatika Wahyu mampu membuktikan itu,” tegasnya

Pada saat kebanyakan manusia hari ini memilih menjauh dari kompetisi berbuat kebaikan tanpa imbalan, namun juga masih ada, walau mungkin sebahagian kecil dari mereka, lebih memilih gila agar dapat berlomba dan berkompetisi dalam kebisingan kebaikan.

Hari ini, katanya, kita tidak hanya bisa membaca dan atau mendengar kisah-kisah heroik para sahabat dan tabi’in sebagai generasi generasi terbaik yang terproses kualitas imannya dengan manhaj. Tapi juga masih dapat kita menyaksikan dan bahkan merasakannya secara langsung celupan dari proses manhaj nubuwah ini.

“Kita ini manusia pilihan, indikasinya adalah dikaruniakannya kita nikmat keimanan melalui Sistematika Wahyu tadi,” tegasnya

Bagaimana tidak dikatakan pilihan, keluarga Nabi sekalipun diantara mereka ada yang Allah Ta’ala tidak berikan karunia agung ini. Padahal kurang hebat apa seorang Nabi membimbing dan mencerahkan keluarga dan para sahabatnya, tapi karena Allah tidak pilih untuk mendapatkan karunia iman ini, mereka tetap sesat dan kafir, padahal jelas-jelas ketemu Nabi langsung, hari-harinya bersama Nabi dan hidupnya pun bersama Nabi.

“Lha kita ini, tidak pernah ketemu Nabi bahkan berjarak berabad abad lamanya dengan masa Nabi namun oleh karena Allah memilih kita, maka dapatlah kita karunia agung ini, walhamdulillah,” Kata Ustadz Shaleh.

Karenanya karunia keimanan tersebut mesti kita jaga kualitasnya dengan baik, jangan dibiarkan kualitasnya menjadi biasa biasa saja.

Iman kita ini harus kualitas ekspor jika diibaratkan dengan sebuah benda. Seperti apa itu iman berkualitas ekspor, Ya seperti imanya orang-orang yang disebut para Nabi, para Siddiq, para Syuada dan para Shalih.

Indikasi baiknya kualitas keimanan kita adalah terlihat pada perlombaan kita dalam melibatkan diri kepada kebaikan. Nah, kehadiran lembaga perjuangan ini sesungguhnya adalah dalam rangka menyiapkan ruang untuk kita terus ber-fastabiqul khairat, terus terlibat dalam sebuah kompetisi berkebaikan.

Inilah di antara yang penting untuk terus disegerakan. Sehingga diharapkan kompetisi ini menjadi nafas gerak tiap individu yang terlibat di lembaga ini, siapa pun dia, apapun tugas dan amanahnya. Yang pada tingkat selanjutnya secara kelembagaan, kompetisi berkebaikan ini menjadi arus gerakan, menjadi mainstream gerakan.

Inilah juga yang senantiasa kita minta kepada Allah dalam shalat kita. “Ihdinash-shiratal mustaqim.” Jalan lurus itu adalah tetapnya kita pada jalur sabiqun bil khairat ini. “Boleh saja kita diberhentikan dari amanah dan tugas kita secara struktural, tapi kita tidak boleh berhenti atau diberhentikan untuk terlibat dalam ber-fastabiqul khairat, wal-‘iyadzu billah,” tutupnya.■ Ridwan

Allah Ta’ala Berfirman dalam Surah Al-A’raf ayat 96:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.


Tags:

BACA JUGA