Sabtu, 12 Oktober 2024 | 12:31 Wita

Ceramah Takziyah Ust AQM : Ust Khairil Pewaris Karakter Tauladan

Editor: admin
Share

HidayatullahMakassar.id — Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Kepergian Ustad Khairil Baits, menyentakkan kita semua. Tak terkecuali sahabat dekat beliau, Ustad Aziz Qahhar Mudzakkar (AQM). Sahabat terdekat semasa kuliah di Unhas, Sahabat saat di HMI dan Sahabat saat di Hidayatullah.

Dalam ceramah takziyah di pemakaman, bada Jumat (11/10/2024), selain menyampaikan rasa duka yang begitu mendalam. AQM juga menyampaikan kesaksian akan kebaikan sang Ustad yang humoris ini.

Berikut petikan ceramah takziyah Ustad Aziz Qahhar Mudzakkar.

Alhamdulillah, kita semua telah mendengarkan kesaksian- kesaksian itu; kesaksian Ketua DPW Hidayatullah Sultra, Ketua DMP, Ketua Dewan Mudzakarah dan itu mewakili perasaan kita semuanya.

Tentu orang seperti saya terlalu panjang jika saya menyampaikan kesaksian itu semuanya. Kami bertiga bersama Ustad Ir. H. Abdul Majid adalah orang terdekat beliau jauh sebelum ber-Hidayatullah.

Ketika masuk di Unhas, kami sama-sama bebas tes, bersamaan mendaftar ulang, dan Ustad Khairil adalah mahasiswa pertama yang saya kenal di Unhas.
Kedekatan itu terus berjalan menjadi satu kelompok studi, sering kumpul dan nginap bersama, sampai kemudian suatu waktu secara fisik kami sering bertukar pakaian.

Apalagi saat saya menjadi Ketua HMI Makassar, karena kesibukan, beliau dengan rendah hati, rela menjadi tukang cuci pakaian kami bersama. Kita sepakat pakaian siapa saja yang duluan kering kita bisa gantian memakai. Kecuali celana panjang karena saya beda tinggi sama beliau. Jadi secara fisik Saya sangat dekat dengan beliau. Kebersamaan kami sejak itu sudah sejak 1983 ketika masuk kuliah di Unhas.

Bagi saya, dan saya yakin kita semua merasakan itu, Ust Khairil adalah pribadi yang sangat menarik, supel, humoris dan dulu bahkan seniman sebelum menjadi aktifis Islam.

Pada sisi lain, beliau adalah orang yang sangat kuat karakternya, kuat berpegang pada apa yang diyakininya atau hal prinsipil. Dan saudara-saudara kandungnya saya yakin mengakui dan merasakan hal itu.

Saya pikir tidak berlebihan jika kita mengatakan bahwa sumbangan terbesar beliau kepada kader Hidayatullah adalah memberikan ketauladanan dalam karakter, terutama keteguhan berpegang dalam prinsip.

Dengan modal kekuatan karakter itu beliau sukses merintis dua tempat; di Hidayatullah Makassar, Sulsel dan di Sultra. Saat merintis Kendari istrinya masih di Makassar hingga Nukman lahir karena belum kondusif untuk keluarga di Kendari.

Dengan perjalanan panjang dekat secara fisik dan emosi dengan beliau, alhamdulillah kedekatan tersebut kembali Allah perlihatkan pada dua momen terakhir dalam kehidupan beliau.

Selama beberapa bulan beliau enggan cuci darah padahal dokter sudah memvonis hal itu harus dilakukan. Alhamdulillah bulan lalu saya datang dan bersama dokter saya berusaha meyakinkan untuk cuci darah dan akhirnya dia setuju.

Yang kedua saat dalam kondisi kritis kemarin, sudah lebih dari 24 jam tidak ada lagi respon fisik. Alhamdulillah sangat luar biasa ketika saya datang sewaktu mengucapkan salam, memegang dan mengusap kakinya beliau seakan menjawab dengan memberi isyarat gerakan kaki. Setelah itu saya mentalqin beliau.

Ketika itu sebenarnya ada indikasi beliau sudah segera pulang kepada penciptanya. Tapi ternyata Allah mentakdirkan beliau berpulang pada waktu yang lebih baik lagi yaitu pada malam Jum’at.

Semua ini menjadi pelajaran bagi kita semua khususnya para kader dan anak cucunya. Sahabat seperjuangan beliau tidak hanya mereka yang saat ini menjadi pengurus kader di Hidayatullah.

Jika kita berbicara soal beliau dan Hidayatullah adalah perjalanan yang sangat panjang; penugasannya kemana-mana. Sulsel, Sultra, Sulteng, Kepri, dan yang lebih lama di DPP Hidayatullah, selama 19 tahun terakhir.

Walaupun tugas di berbagai tempat, pada dasarnya ust Khairil tidak pernah meninggalkan Kendari. Sultra telah menjadi basis kultural karena berhasil mencetak kader generasi awal Hidayatullah di Kendari.

Beliau menjadi pembina baik struktural maupun kultural. Mencetak kader, menguatkan komitmen perjuangan para kader, menjadi legacy utama beliau. Beliau selalu terlibat aktif berinteraksi dengan kader untuk mencari solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi kawan-kawan di Sultra.

Selain tentu saja legacy beliau secara fisik dengan hadirnya beberapa kampus di Kota Kendari, Kampus putra dan putri.

Tapi sekali lagi, legacy utama beliau yang paling penting adalah semangat perjuangan dan karakter beliau yang begitu kuat. Kita semua menjadi saksi akan semangat jihadnya.

Di balik karakter beliau yang sangat kuat, tapi pada disaat yang sama beliau ini sangat halus perasaannya.

Beliau tidak pernah menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang harus dilayani dan dihormati. Beliau sangat supel, sangat halus perasaannya, mudah bersahabat, tidak pernah menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang harus dihormati, sebaliknya menempatkan dirinya sebagai sahabat. Bahkan senang bergaul dengan anak kecil dan senang mendengar curhat. Tapi jika terkait soal prinsip beliau sangat kuat dan keras.

Tapi sebagai manusia biasa tentu saja beliau punya kekurangan, kesalahan dan kekeliruan. Karena itu, salah satu makna kehadiran kita disini memaafkan dan mendoakan beliau.

Beliau telah mendahului kita. Sebagai salah seorang anggota Majelis Syuro Hidayatullah, kami selalu berdiakusi hal-hal berat soal Hidayatullah soal mau dibawa kemana lembaga ini kedepan.

Di saat yang sama kita terus membenahi kader menghadapi masa transisi kepemimpinan.
Masa transisi Hidayatullah yang paling berat adalah dari sekarang sampai sepuluh tahun kedepan, karena inilah masa transisi terakhir generasi awal yang dididik langsung oleh allahuyarham Ustad Abdullah Said.

Adapun generasi selanjutnya yang akan mengemban amanah adalah generasi yang sudah tidak lagi dikader langsung oleh pendiri Hidayatullah.

Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan menjadi penerus amanat perjuangan Islam ini.

Dan semoga Allah menempatkan beliau di surga terbaiknya.(Sarmadani)


Tags:

BACA JUGA