Senin, 17 Juni 2024 | 08:53 Wita

Khutbah Ied Adha: Ibrahim, Pemimpin Global dan Mahaguru Pendidikan (1)

Editor: admin
Share

Oleh : Dr KH Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar MSi, Dewan Pertimbangan Hidayatullah dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar

HidayatullahMakassar.id — Kaum muslimin rahimakumullah,
Mari kita menghadirkan rasa syukur dengan mengucapkan kalimat tahmid alhamdulillahirabbil alamin atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita semua, teristimewa nikmat iman dan Islam. Demikian pula mari kita mengirimkan shalawat dan salam kepada manusia ciptaan Allah terbaik, junjungan dan tauladan kita Nabiullah Muhammad SAW.

Sebagaimana kita di tempat ini, saudara-saudara muslim kita seantoro dunia tumpah ruah ke lapangan, masjid, atau tempat lainnya untuk melaksanakan dan merayakan shalat Idul Adha, yang juga sering disebut Idul Qurban. Dengan eksistensi keislaman dan keimanan, lisan dan hati mereka larut dalam lantunan kalimat tahlil, tahmid dan takbir.

Kaum muslimin rahimakumullah,
Saat ini sekitar 2 juta orang saudara muslim kita dari berbagai negara dan penjuru dunia berkumpul, mabid dan melakukan ritual melontar jamrah di Mina, setelah sehari sebelumnya mereka menjalani puncak pelaksanaan ibadah haji di padang Arafah dan kemudian mabid di Musdalifah. Mereka semua larut dalam lautan manusia dengan seragam putih pakaian ihram.

Tak seorang pun yang mengenakan pakaian kebesaran karena jabatan, pangkat, harta atau status sosial lainnya. Siapa pun tak dapat menonjolkan status sosialnya. Setiap orang menjadi ibarat sebutir pasir di tengah padang pasir.

Dalam kesetaraan dan kerendahan hati mereka meresapi makna setiap ritual ibadah haji dari Arafah sampai Masjidil Haram. Lantunan dan gemuruh kalimat talbiyah Labbaika allahumma labbaik, labbaika laa syarikalaka labbaik… serta kalimat-kalimat dzikir dan doa-doa menggoncang dada dan menghiasi hati mereka.

Kaum muslimin rahimakumullah,
Pelaksanaan ibadah haji dan hari raya idul Qurban pada hakekatnya merupakan napak tilas perjuangan Nabiullah Ibrahim beserta isterinya Siti Hajar dan anaknya Ismail.

Seluruh proses ritual ibadah haji mulai dari wukuf di Arafah, mabid Musdalifah, mabid dan melontar jamrah di Mina, memotong hewan kurban, serta tawaf, sa’i dan tahallul di Masjidil Haram pada esensinya merupakan napak tilas dari rangkaian perjuangan Nabi Ibrahim dan keluarganya dalam menjalani ujian keimanan menegakkan kalimat Tauhid.

Nabi Ibrahim adalah seorang nabi dan rasul yang sangat fenomenal, legendaris, dan meninggalkan warisan yang paling monumental . Selain Nabiullah Muhammad SAW yang menjadi nabi terakhir, yang dalam Al-Qur’an disebut sebagai uswatun hasanah, nabi lain yang disebutkan langsung dengan predikat tersebut hanyalah nabi Ibrahim

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ
Sungguh telah ada suri tauladan bagi kalian pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya (QS 60:4).

Berkaitan dengan itu, khutbah ini ingin menyoroti dua keunggulan monumental yang disandang dan dilakoni Nabi Ibrahim, yang menjadi tonggak perjuangan keimanan dan pembangunan peradaban universal berbasis tauhid.

Yang pertama, Nabi Ibrahim adalah satu-satunya nabi yang dikukuhkan sebagai pemimpin untuk semua manusia. Yang kedua, Ibrahim sebagai nabi dan rasul pertama yang sangat sukses sebagai pejuang dan pendidik sejati menegakkan kalimat tauhid.(Bersambung/AMC)

*) Disarikan dari materi khutbah Idul Adha di pelataran Masjid Umar Al Faruq Ponpes Al Bayan Hidayatullah Makassar



BACA JUGA