Sabtu, 1 Februari 2020 | 11:10 Wita

Kuatkan Nilai Manhaj Kader Hidayatullah Melalui GNH Movement

Editor: Firman
Share

HidayatullahMakassar.id — Gerakan Nawafil Hidayatullah (GNH) bagi Organisasi (Ormas) Islam Hidayatullah merupakan penguatan nilai manhaj para kader. Gerakan ini juga merupakan antitesa dari permasalahan hidup. Dan juga solusi ummat agar lebih dekat kepada Allah Ta’ala.

GNH ini merupakan bagian dari program Nasional Hidayatullah, yang juga disebut sebagai Piagam Gunung Tembak.

Program tersebut adalah upaya Ormas Islam Hidayatullah untuk menjaga spirit warganya agar tetap istiqomah dalam melaksanakan ibadah kepada Allah Ta’ala. sehingga dalam menjalani kehidupan ini, mereka bisa lebih terarah di jalan yang lurus.

Demikian disampaikan Kadep Tarbiyah Al Bayan Hidayatullah Makassar, Ustadz Abdul Qadir Mahmud di ruang kerjanya, Jalan Tamalanrea Raya BTP Blok M No 26 Makassar. Jum’at, 5 Jumadil Akhir 1441 H (31/1/2020)

“Gerakan Nawafil Hidayatullah ini merupakan upaya menghidupkan amalan-amalan dan ibadah harian. Dalam GNH ini terdapat enam poin, yakni memakmurkan masjid, membaca Al Qur’an minimal satu juz sehari, mendirikan qiyamul lail, wirid pagi dan petang, dakwah fardiah, dan bersedekah,” ungkap Ustadz Qadir.

Di Hidayatullah Makassar sendiri gerakan ini disebut GNH Movemant. Merupakan inisiasi dari Ustadz Qadir agar kedepan GNH tidak hanya dilakukan di Hidayatullah namun juga bisa dilaksanakan di tengah tengah masyarakat luas.

Disampaikan Ustadz Qadir bahwa ide GNH Movemant berawal dari keinginan yayasan menambah varian pembinaan terhadap Santri yang berbeda dari biasanya, maka lahirlah ide pergerakan GNH Movement dengan melakukan kunjungan atau silaturrahim ke masjid masjid yang berada di sekitar pondok.

“Ya karena kita berharap, melalui GNH Movement ini masyarakat bisa juga melaksanakan seperti yang kita laksanakan,” ujarnya.

Adapun contoh dari Rasulullah tentang gerakan ini, Ustadz Qadir menambahkan, bahwa gerakan Nawafil bukan tanpa dalil. ini merupakan ajaran Islam yang disunnahkan. Berbagai dalil tentang GNH ini banyak ditemui di dalam Al Quran dan hadits.

Landasannya sangat jelas. Dalam sebuah
Hadits Qudsi disebutkan,
“Dan tidaklah seorang hamba mendekat kepadaku yang lebih aku cintai daripada apa apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. HambaKu terus menerus mendekat kepadaKu dengan ibadah ibadah sunnah hingga Aku pun mencintainya. Bila Aku telah mencintainya, maka Aku pun menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia pakai untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia pakai untuk berjalan. Bila ia meminta kepada-Ku, Aku pun pasti memberinya. Dan bila ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pun pasti akan melindunginya,” (HR. Bukhari).

“Jadi, orang yang yang mendekatkan diri pada Allah dengan yang sunnah setelah yang wajib mempunyai keistimewaan lebih tinggi dari yang sekedar menunaikan yang wajib. Jadi, landasan syar’inya jelas. Melalui hadits shahih ini,” kata Ustadz Qadir.

Mainstream Gerakan Hidayatullah itu bertumpu pada dua pilar yaitu Tarbiyah dan Dakwah. Dari sisi tarbiyah, mengenalkan dan mewajibkan santri untuk mengamalkan amalan GNH ini. Melalui GNH Movement pula para santri juga dididik mengenai metode dakwah Rasulullah, dan yang paling penting bagaimana kelak para santri ini bisa berbaur dan berdakwah di tengah masyarakat.

Sementara dari sisi dakwah, melalui GNH Movement masyarakat diajak untuk lebih memaksimalkan diri dalam amalan dan ibadah nawafil.

“Adapun langkah langkah GNH Movement ini santri secara berkelompok dibawa mengunjungi masjid, bersilaturrahim dengan masyarakat, shalat berjama’ah, kultum dengan menggunakan bahasa Arab, wirid malam, shalat lail, bahkan bila perlu kita mengajak masyarakat shalat lail bersama sntri, Shalat subuh berjama’ah, Dzikir pagi dan Halaqah Qur’an,” terang Ustadz Qadir.

Sebetulnya dalam keseharian, masyarakat sudah melakukannya walau pun memang tidak semua dari enam poin itu. “Kan setiap hari ada masyarakat yang bersedekah, ada yang membaca Al Qur’an. Mereka juga ke mesjid. Hanya saja kita mau lebih mengajak masyarakat untuk lebih menggiatkannya lagi,” harap Ustadz Qadir.

Ustadz Qadir yang juga ketua LPIH Hidayatullah Makassar berharap agar kedepan santri sebagai kader potensial ini lebih diperbaiki managemennya sehingga gerakan Tarbiyah dan Dakwah semakin terasa dampaknya bagi kader secara khusus dan bagi masyarakat secara umum.

“Bahkan bisa saja menjadi contoh bagi sekolah sekolah Hidayatullah di Sulsel atau bahkan Sekolah Hidayatullah secara Nasional. Bahkan kami sudah mengusulkan ke Dewan Murabbi agar semua Halaqah yang ada di Makassar bisa terinspirasi dari GNH Movement ini,” tandasnya.■ Ian Kassa

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

“Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak (manusia) kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun,” (Muttafaqun ‘alayhi).