Selasa, 28 Januari 2020 | 10:22 Wita
Disrupsi Peradaban Masjid Era Revolusi Industri 4.0
■ Oleh : Dr. H. Idris Parakkasi, MM, Wakil Ketua MES Sulsel. Pendiri dan Pengurus Asosiasi Pemberdayaan Masjid Indonesia (APMI)
HidayatullahMakassar.id — Masjid adalah tempat yang paling mulia di muka bumi, yang dengannya berbagai cahaya kebaikan lahir dalam membangun peradaban ummat manusia. Hal tersebut dapat dibaca dan dilihat sejarah peradaban manusia terbaik yang dipimpin oleh Rasulullah saw bersama sahabat-sahabatnya yang diawali dari masjid.
Rasulullah saw mampu merombak secara total kehidupan jahiliyah yang penuh dengan kesyirikan, kezaliman, kebodohan, keterbelakangan, kemaksiatan, perpecahan dan kegelapan menjadi kehidupan yang diliputi dengan ketauhidan, ahlak yang mulia, keadilan, kejehteraan dan cahaya kehidupan.
Seiring perjalanan waktu ummat Islam mengalami kemunduran setelah runtuhnya pemerintahan Umayyah di Andalusia Spanyol pada tahun 1492 M selama 800 tahun berkuasa. Saat ini ummat Islam kembali terus belajar dan mempelajari agamanya untuk membangun kesadaran beragama agar nilai-nilai Islam dapat menjadi solusi dalam membangun peradaban ummat manusia.
Zaman terus berubah dengan perkembangan yang begitu cepat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, tehnologi dan jaringan informasi. Jaman sekarang sudah memasuki era revolusi industry 4.0 yang ditandai dengan kemajuan tehnologi digitalisasi, dimana kemudahan dan kecepatan akses dalam transaksi secara global begitu massif.
Masjid sebagai sarana pembangunan peradaban Islam harus siap menghadapi revolusi industri baru itu. Masalahnya bagaimana konsep Islam merespon perubahan yang radikal ini. Apalagi generasi milenial saat ini kian dinamis dan egaliter.
Sumber pengetahuan keagamaan juga dinilai semakin instan karena dapat diakses lewat internet dan media sosial. Karena itu masjid harus bisa menyesuaikan pola perubahan zaman. Tidak gagap dalam memenuhi kebutuhan dinamika keagamaan yang begitu cepat. Saat ini orang yang lebih tua masih nyaman dengan sistem manual yang cenderung berpikiran “colonial”, sementara kaum milenial lebih tertarik pada hal berbau digital.
Ini kontestasi ruang publik termasuk masjid, bagaimana masjid dapat mengisi nilai dengan tema-tema keagamaan yang beragam melalui cara kreatif, inovatif dan berkualitas tanpa menggeser peran dan fungsi masjid sebagai pusat peradaban.
Sifat revolusi industri 4.0 yang cepat membuat sarana keagamaan seperti masjid sedikit kesulitan mengikuti perkembangan zaman. Ketika masjid berusaha memikirkan cara melayani umat, kebutuhan umat sudah berubah. Oleh karena itu takmir masjid harus sadar betul dan mampu merespon karakter revolusi industri 4.0 dengan kesiapan SDM, program masjid yang kreatif-inovatif dan fasilitas IT dan sarana yang memadai.
Revolusi industri 4.0 ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi dan batas antara manusia, mesin dan sumber daya lainnya. Integrasi tersebut dimoderasi oleh teknologi informasi dan komunikasi sosial yang tanpa batas. Sinergi dan kolaborasi menjadi kata kunci dalam era revolusi industri keempat ini.
Potensi pemberdayaan masjid dan memberdayakan umat terbuka lebar pada era ini melalui penciptaan peluang baru bagi aktifitas ekonomi dan keuangan syariah, sosial, maupun pengembangan sumber daya manusia. Di sisi lain, revolusi industri 4.0 ini berpotensi menyebabkan marginalisasi kelompok masyarakat yang tidak memiliki kesiapan bersaing secara individu atau organisasi.
Kondisi ini dapat memperburuk kepentingan sosial dengan munculnya kesenjangan ekonomi dan sosial, menciptakan risiko keamanan dan merusak hubungan antar manusia. Olehnya itu saatnya pengurus masjid harus berbenah diri dalam menghadapi era digitalisasi dengan menyiapkan pengurus masjid yang memiliki visi dan kemampuan merespon dinamika zaman yang begitu cepat.
Pembangunan dan penyediaan sarana pendukung masjid berupa sarana dan prasarana masjid, institusi sosial, institusi ekonomi, institusi pendidikan, pengembangan SDM dan jaringan digital.
Selain itu sistem informasi masjid, aplikasi online system, pelayanan jamaah serta interkoneksi dengan jamaah masjid dan berbagai stakholders institusi diluar masjid harus dilengkapi dengan suatu system yang kuat. Semoga masjid sebagai pusat peradaban dan kekuatan umat dan bangsa dapat terwujud dengan membangun sinergitas dan kolaborasi bersama. Wallahu a’lam■
TERBARU
-
Transformasi dan Transmisi di Masa Transisi Hidayatullah
24/11/2024 | 07:58 Wita
-
Nilai dan Keutamaan Hidup Muhammad Sebelum jadi Rasul
22/11/2024 | 06:04 Wita
-
Raih Belasan Medali, Atlet Tapak Suci Pesantren Ummul Quro Hidayatullah Tompobulu Terbaik di Kejurnas UINAM Cup
18/11/2024 | 05:42 Wita