Sabtu, 25 Januari 2020 | 10:41 Wita
Basyar Mengaku Tuhan dan Minta Disembah Manusia
■ Manusia Milenial, Oleh : Drs. H. Ahkam Sumadiyana, MA
HidayatullahMakassar.id — Kisah basyar yang telah mengaku sebagai Tuhan dan meminta kepada manusia untuk menyembahnya, mungkin saja tidak hanya terjadi pada masa lampau, tetapi bisa juga menimpa dalam era milenial sekarang.
Untuk mengantisipasi sekaligus sebagai pelajaran bagi kita mari sejenak mentadaburi ayat-ayat sebagai berikut;
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ اللّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُواْ عِبَاداً لِّي مِن دُونِ اللّهِ ….
Artinya; “Tidak wajar bagi seseorang ‘Basyar’ yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.”
وَلَـكِن كُونُواْ رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ ﴿٧٩﴾
Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (Ali-Imran [3]:79).
Keterbatasan yang dimiliki oleh ‘al-basyar’ tetap saja cukup dominan mengingat dia juga makhluk jelata seperti yang lainnya;
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن أبي محمد، عن عِكْرِمة أو سعيد بن جُبَير، عن ابن عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ أَبُو رَافِعٍ القُرَظِي، حِينَ اجْتَمَعَتِ الْأَحْبَارُ مِنَ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى مِنْ أَهْلِ نَجْرَانَ، عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدَعَاهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ : أَتُرِيدُ يَا مُحَمَّدُ أَنْ نعبدكَ كَمَا تَعْبُدُ النَّصَارَى عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ؟ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ نَجْرَانَ نَصْرَانِيٌّ يقال له الرئيس: أوَ ذاك تُرِيدُ مِنَّا يَا مُحَمَّدُ، وَإِلَيْهِ تَدْعُونَنَا؟ أَوْ كَمَا قَالَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “مَعَاذَ اللهِ أنْ نَعْبُدَ غَيْرَ اللهِ، أَوْ أنْ نَأْمُرَ بِعِبَادَةِ غَيْرِه، مَا بِذَلِكَ بَعَثَنِي، وَلَا بِذَلِكَ أَمَرَنِي”. أَوْ كَمَا قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي ذَلِكَ مِنْ قَوْلِهِمَا: {مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ} [الْآيَةَ] إِلَى قَوْلِهِ: {بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ}.
Artinya; “Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, ….dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa Abu Rail’ Al-Qurazi di saat para pendeta Yahudi dan orang Nasrani Najran berkumpul di hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Nabi. mengajak mereka masuk Islam.
Maka ia (Abu Rafi’ Al-Qurazi) berkata, “Hai Muhammad, apakah engkau menghendaki agar kami menyembahmu, sebagaimana orang-orang Nasrani menyembah Isa ibnu Maryam?” Sedangkan seorang lelaki dari kalangan Nasrani Najran yang dikenal dengan nama Ar-Rais mengatakan, “Apakah memang seperti itu yang engkau kehendaki dari kami, hai Muhammad, dan yang kamu serukan kepada kami?” Atau perkataan seperti itu pengertiannya.
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. menjawab: ‘Kami berlindung kepada Allah agar kami tidak menyembah kepada selain Allah, dan kami tidak memerintahkan penyembahan kepada selain Allah. Bukan itu yang Allah utuskan kepadaku, dan bukan itu pula yang diperintahkan-Nya kepadaku.
Maka Allah menurunkan berkenaan dengan ucapan kedua orang tersebut ayat berikut; “Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah, dan kenabian.” (Ali Imran [3]: 79) sampai dengan firman-Nya: di waktu kalian sudah (menganut agama) Islam. (Ali Imran [3]: 80).
Dan yang lebih lantang adalah Fir’aun seperti yang tertuang sebagai berikut;
اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى ﴿١٧﴾ فَقُلْ هَل لَّكَ إِلَى أَن تَزَكَّى ﴿١٨﴾ وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى ﴿١٩﴾ فَأَرَاهُ الْآيَةَ الْكُبْرَى ﴿٢٠﴾
Artinya; 17. “Pergilah kamu kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, 18. dan katakanlah (kepada Fir’aun): “Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)” 19. Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?” 20. Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mu’jizat yang besar.
فَكَذَّبَ وَعَصَى ﴿٢١﴾ ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى ﴿٢٢﴾ فَحَشَرَ فَنَادَى ﴿٢٣﴾ فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى ﴿٢٤﴾ فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الْآخِرَةِ وَالْأُولَى ﴿٢٥﴾
21. Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai. 22. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). 23. Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. 24. (Seraya) berkata: “Akulah tuhanmu yang paling tinggi”. 25. Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia.” (An_naazi’aat: 17-25).
Bagaimana dengan manusia milenial? Tentu peluang untuk mengikuti jejak Fir’aun laknatullah sangat besar, mengingat kehidupan dunia yang sangat janggih sekarang ini.
Namun perlu kita sadari semua bahwa generasi milenial ini hidupnya sangat singkat terutama usia produktifnya yaitu kurang lebih 50-60 tahun setelah itu akan mengalami kemunduran dalam semua hal sehingga kalau ada orang yang berani memproklamirkan dirinya seperti Fir’aun maka akan mengalami nasib yang sangat tragis baik di dunia lebih-lebih di akherat kelak.
Sesungguhnya salah satu keuntungan manusia sebagai basyar adalah agar manusia dapat berkembang dan melahirkan keturunan untuk melestarikan kehidupan dan membangun peradaban islam secara berkesinambungan.
Sekaligus tidak mencari dalih dan alasan dalam melaksanakan ajaran Islam karena para Nabi dan Rasul sebagai pelaksana syariat Islam juga makhluk jelata seperti yang lainnya (basyar). Wallahu ‘Alam.■
*) Anggota Dewan Pembina Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar
TERBARU
-
Perubahan
29/11/2024 | 08:04 Wita
-
Kadep Perkaderan Hidayatullah Raih Doktor di UIN Makassar. Ungkap Strategi Komunikasi Dakwah Pendiri Hidayatullah
26/11/2024 | 13:38 Wita
-
Transformasi dan Transmisi di Masa Transisi Hidayatullah
24/11/2024 | 07:58 Wita