Rabu, 28 Juli 2021 | 02:48 Wita

Komunikasi Vertikal dan Horizontal, Kunci Sukses Rasulullah sebagai Komunikator Terbaik

Editor: Firman
Share

Oleh : Muhammad Saleh SS MIKom, Ketua Dept Pengkaderan DPP Hidayatullah

HidayatullahMakassar.id — Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin  communis yang artinya membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata communico yang artinya membagi. 

Seorang pakar sosiologi dari Amerika, Everett  M. Rogers (1985) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. 

Ilmu komunikasi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana orang menciptakan dan menyampaikan pesan. Dalam penyampaiannya, pesan disampaikan tidak hanya dengan kata-kata saja, tetapi juga menggunakan simbol, seperti kata-kata, angka, gambar, dan lain-lain.

Inti dari setiap komunikasi adalah ingin membentuk, menerima, mengolah, dan yang akhirnya dapat menyampaikan pesan. Dimana pesan yang berupa lambang atau simbol-simbol dapat menjelaskan ide, gagasan, atau informasi.

Menurut Prof. Dr. Alo Liliweri, definisi ilmu komunikasi ialah ilmu yang berhubungan dengan pengalihan suatu pesan dari satu sumber kepada penerima agar bisa dipahami. Komunikasi merupakan ilmu yang tidak terlepas dari gagasan atau persepsi yang mendasari terjadinya komunikasi.

Komunikasi merupakan bidang ilmu yang sangat multidisiplin pada berbagai aspek kehidupan manusia. Dari beberapa penelitian menerangkan bahwa komunikasi adalah bagian dari multidisiplin pengetahuan. Pemikiran-pemikiran teoritis yang dikemukakan dalam ilmu komunikasi berasal dari dan berkenaan dengan berbagai disiplin ilmu seperti sosiologi, psikologi sosial, politik, antropologi, ekonomi, hukum, dan ilmu-ilmu lainnya termasuk ilmu eksakta. (Sikumbang, 2017). 

Komunikasi disebut sebagai bagian dari ilmu multidisiplin karena komunikasi meliputi pemahaman bagaimana cara orang membuat dan menyampaikan pesan. Sehingga ada beberapa penelitian dari komunikasi yang menggabungkan antara penelitian ilmiah dan sastra, dari segi sastra cara orang menyampaikan pesan disebut dengan retorika. Selanjutnya, pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam ilmu komunikasi juga bukan hanya dari satu pengetahuan saja, ilmu politik misalnya. Tetapi juga berasal dari berbagai disiplin ilmu. Sifat ilmu komunikasi yang multidisiplin ini tidak bisa dihindari, karena dalam pengamatannya, ilmu komunikasi juga mengamati objek dari banyak aspek, contoh dari aspek politik, budaya, ekonomi, dan sosial dari kehidupan manusia.

KONSEP KOMUNIKASI VERTIKAL DAN HORIZONTAL DALAM RUANGLINGKUP ORGANISASI (SECARA MIKRO)

Dalam  dunia organisasi atau lembaga komunikasi menjadi sangat fungsional dalam membawa organisasi tersebut untuk mencapai tujuannya. Dalan kegiatan komunikasi organisasi terdapat alur interaksi dan transaksi berupa horizontal dan vertikal. Komunikasi horizontal merupakan alur interaksi dan transaksi yang terjadi antar anggota organisasi yang memiliki status atau kedudukan yang sama. Sedangkan komunikasi vertikal terjadi dari atas ke bawah atau sebaliknya dari bawah ke atas.

Dalam aktivitas komunikasi organisasi bentuk komunikasi vertikal sangat sering terjadi dikarenakan adanya tingkatan-tingkatan dalam susunan struktur organisasi. Bahkan bisa dikatakan komunikasi vertikal memiliki persentase 2/3 dari total aktivitas komunikasi yang terjadi dalam sebuah organisasi. Pentingnya komunikasi vertikal bagi sebuah kelangsungan hidup suatu organisasi sehingga peran komunikasi vertikal sangat diperlukan dalam organisasi.

Pentingnya komunikasi vertikal dan horizontal ini adalah dapat membawa sebuah organisasi mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Sebaliknya bahwa, jika komunikasi vertikal dan horizontal tidak berjalan dengan baik maka lembaga atau perusahaan tersebut akan mengalami sebuah kesulitan dalam mencapai tujuannya. Komunikasi horizonntal yang terbangun dalam ruang organisasi sangat terbatas pada anggota organisasi, maka hal ini kita sebutkan sebagai komunikasi horizontal secara mikro, karena unsur utama dalam komunikasi itu sangat terbatas. Komunikator, pesan dan komunikannya semua dibatasi oleh ruang lingkup organisasi.

Hal yang sama dalam komunikasi secara vertikal antara atasan dan bawahan yang ada dalam ruang organisasi juga terbatas. Komunikatornya, pesan yang disampaikan, dan sasaran atau komunikan yang menerima pesan terbatas pada anggota organisasi. Maka komunikasi ini kita istlahkan dengan komunikasi vertikal secara mikro. 

KONSEP KOMUNIKASI VERTIKAL (Transendental) DAN KOMUNIKASI HORIZONTAL SECARA MAKRO

Sebagai seorang muslim, harus menjaga keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat. Urusan dunia yang meliputi semua hal yang berkaitan dengan dunia. Fitrah manusia yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, atau disebut dengan makhluk sosial. Hal itu membuat seseorang untuk menjalin hubungan dengan yang lainnya. Banyak cara untuk menjalin hubungan baik seperti saling menghormati, berkasih sayang, pengertian dan saling menghargai.

Hal tersebut dibutuhkan menghadapi keragaman yang ada di muka bumi ini. Apalagi di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, dan agama. Selain itu, yang harus diperhatikan yakni urusan akhirat. Di samping memenuhi urusan dunia, urusan akhirat juga harus dipenuhi agar keseimbangan terjadi.

Islam sebagai agama yang sempurna mengajarkan dua hal untuk diterapkan setiap muslim yaitu iman dan amal shaleh. Iman yaitu meyakini di hati, mengucapkan dengan lisan dan melaksanakan dengan perbuatan. Sedangkan amal shaleh yakni amalan yang dilakukan sesuai dengan perintah Allah Swt. Semua itu tercakup dalam istilah  “Hablun min Allah wa hablun min al-nas.” Kalimat ini mengandung dua makna yaitu hubungan vertikal dan hubungan horizontal. 

Jika komunikasi vertikal dan horizontal secara mikro dalam organisasi sangat terbatas, maka sebaliknya komunikasi vertikal kepada Allah swt yang Maha Tinggi, Maha Kuasa, dan Maha segalanya menjadi sebuah ruang komunikasi yang tanpa batas (komunikasi vertikal transendetal secara makro).

Hal yang sama dalam komunikasi horizontal ketika dibahas dalam ruang lingkup organisasi maka sangat kecil volume narasi yang bisa lahir, karena terbatasnya jumlah komunikator, pesan dan komunikan. Sangat berbeda ketika komunikasi horizontal dibahas dalam ruang komunikasi islam, dimana  komunikannya adalah kaafatan linnaas (untuk seluruh ummat manusia). Hal ini adalah merupakan pola komunikasi horizontal secara makro (tanpa batas).

RASULULLAH SAW ADALAH SOSOK YANG PALING SUKSES DALAM BERKOMUNIKASI

Unsur utama dalam komunikasi adalah adanya sumber, pesan, saluran, penerima, efek dan umpan balik serta situasi lingkungan (cangara, 2017). Sumber biasa diistilahkan sebagai komunikator, kemudian konten materi yang disampaikan adalah pesan, penerima adalah komunikan sebagai sosok yang diajak berkomunikasi, komudian efek, dan umpan balik serta situasi yang terjadi pada lingkungan adalah hasil yang menjadi tolak ukur dari sebuah komunikasi. 

Keberhasilan komunikasi bisa dilihat dari dua sisi yaitu pada kuantitas komunikan, dan pada sisi kualitas komunikan yang menerima pesan, dalam arti bagaimana sampainya pesan pada komunikan dengan berbagai media, dan sejauh mana pengaruh/ efek yang dihasilkan dari sebuah pesan. Kalau konten materi yang disampaikan oleh komunikator bisa mempengaruhi pikiran dan sikap serta karakter pada komunikan, maka itulah yang disebut komunikasi yang sukses.

Rasulullah shallallahu alaihi wa shallam diutus oleh Allah ta’alla untuk menyampaikan Islam ini kepada seluruh ummat manusia hingga akhir zaman. Sejak Nabiullah Muhammad saw menerima wahyu pertama sebagai simbol kerasulan,  ini adalah awal terjadinya komunikasi vertikal transendental kepada Allah swt. Seiring waktu berjalan proses komunikasi yang semakin intens secara vertikal antara Rasulullah saw dengan Allah swt, hingga sempurna isi alquran sebagai landasan utama agama islam.

Dan pada gilirannya risalah Islampun disampaikan kepada seluruh ummat manusia. Tak kenal lelah dan pantang menyerah Rasulullah saw melakukan komunikasi horizontal secara makro, dalam arti menyampaikan ajaran Islam ini kepada seluruh ummat manusia. 

Bangunan komunikasi nampak begitu megah melalui proses lisan Rasulullah saw yang mulia. Satu demi satu masyarakat kafir Quraisy tertarik dengan sentuhan narasi wahyu yang sangat menakjubkan. Disamping memang alquran adalah Kalamullah, bukan kalimat biasa, lalu disampaikan oleh sosok sang komunikator yang hebat (Kriyantono, 2019).

Dan terbukti keberhasilan komunikasi yang dilakukan oleh Rasulullah saw adalah banyaknya orang yang menerima Islam ini, dimana islam pernah menguasai 2/3 bumi ini. Islam pun selalu menjadi pesan yang disampaikan secara terus-menerus tanpa henti. Semua komunikan yang menerima Islam selalu merasakan adanya perubahan sikap, pembentukan karakter yang unik, merasakan adanya ketenangan dan kebahagiaan.

Ini semua yang menjadi penyebab utama seorang komunikan langsung berubah menjadi komunikator yang selalu semangat untuk menyampaikan Kslam kepada sesama. Dengan kata lain seorang mad’u berubah menjadi da’i dan senantiasa menyebarluaskan Islam ini. 

APA YANG MENJADI KUNCI SUKSES NABI MUHAMMAD SAW DALAM BERKOMUNIKASI?

Tidak bisa dipungkiri bahwa komunikasi yang dilakukan oleh Rasulullah saw dalam menyampaikan risalah Islam mendapatkan rintangan yang tidak ringan. Meskipun Nabi saw memiliki gelar al amiin (terpercaya) namun pada saat mengawali komunikasinya dengan memperkenalkan dirinya sebagai Nabi dan Rasul Allah swt, yang diamanahkan untuk menyampaikan pesan ajaran islam, spontan para kafir Quraisy melakukan penolakan yang keras.

Ada yang menolak dengan kata-kata kasar, dan adapula yang melakukan penolakan secara fisik, dengan mengusir Nabi Muhammad saw. Dan pada akhirnya Rasulullah saw pun meninggalkan kota Mekah untuk hijrah ke Madina. Yang lebih menyakitkan karena diantara yang menjadi gerbong utama penolakan itu adalah paman Rasulullah saw yaitu Abu Lahab. 

Seiring waktu berjalan, Rasulullah saw selalu dalam keyakinan bahwa Allah swt tidak akan pernah meninggalkan dia dalam kesendirian menghadapi ummat yang menolak Islam ini. Hal ini dikuatkan dengan seringnya malaikat secara tiba-tiba datang di saat Rasulullah saw benar-benar membutuhkan pertolongan. Seperti yang terjadi pada saat Rasulullah saw berkunjung ke Thaif, spontan masyarakat melemparinya dengan batu, kemudian datang malaikat penjaga gunung menawarkan bantuan kepada Rasulullah saw, namun tawaran malaikat itu tidak di lakukan oleh nabiullah Muhammad saw, karena mengedepankan kepentingan dakwah islam di masa datang (Ash-Shalabi, 2014).

Malaikat Jibril As juga senantiasa mendampingi Rasulullah saw dalam berbagai momen, karena memang secara khusus ditugaskan oleh Allah swt untuk mengawal wahyu Alquran hingga turun secara lengkap. Dan memastikan kesempuranaan isi alquran, baik secara konten maaupun secara urutan maka seringkali di bulan Ramadhan malaikat Jibril melakukan murajaah terhadap qiraah Rasulullah saw mulai dari Alfatihah hingga Annas. Dan inilah yang menjadi rujukan penetapan tartib mushafi. 

Alquran yang sudah diturunkan secara secara bertahap mulai surah alalaq hingga  sempurna menjadi 30 juz, 114 surah  menjadi modal utama bagi Rasulullah saw dan para sahabat dalam menghadapi kompleksitas persoalan hidup. Islam yang mengatur segala aspek kehidupan manusia telah diuraikan secara global didalam Alquran.

Rangkaian perjalanan panjang manusia dari sebelum diciptakan, kemudian dirancang/ dibentuk rupa dan modelnya di alam rahim, kemudian dikeluarkan ke bumi, hingga menjalani seluruh rangkaian proses di alam yang fana ini, hingga kemudian di panggil menghadap kepada Allah swt melalui proses kematian, semuanya telah digambarkan oleh Allah swt secara gamblang di dalam alquran. 

Terkhusus pada lima surah pertama   menjadi rahasia sukses komunikasi Rasulullah saw secara vertikal transendental kepada Allah swt, dan juga sekaligus sebagai acuan dalam berkomunikasi secara horizontal secara makro. Bangunan komunikasi vertikal nampak dengan jelas mulai dari surah alalaq, alqalam, almuzzammil. Dan selanjutnya begitu jelas arahan dan bimbingan teknis dalam berkomunikasi secara horizontal melalui surah almuddatstsir dan alfaatihah. 

Inilah yang mewarnai pola komunikasi Rasulullah saw, baik secara vertikal transendental, maupun komunikasi horizontal secara makro tanpa batas. Jadi dapat kita simpulkan bahwa kesuksesan dalam berkomunikasi secaran horizontal sangat  tergantung pada sukses komunikasi vertikal transendental kepada Allah swt. Bahkan kita sangat kesulitan untuk membayangkan rumitnya komunikasi secara horizontal kepada seluruh ummat manusia kalau kita tidak terkoneksi lebih awal secara vertikal kepada Allah swt. Dalam surah Thaha Allah swt berfirman : 

قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي (25) وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (26) وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي (27) يَفْقَهُوا قَوْلِي (28)

Dia (Musa) berkata, “Ya Tuhan-ku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku.

Ayat ini menampilkan contoh aplikasi komunikasi vertikal transendental  sebelum melakukan komunikasi horizontal kepada manusia. Apa yang dilakukan  oleh Nabi Musa a.s. ketika memohon kepada Allah agar dadanya dilapangkan, urusannya dimudahkan, lidahnya dilepaskan dari kekakuan, agar bisa berkomunikasi secara baik dengan Fir’aun. Dan terbukti keberhasilan para Nabi secara umum, khususnya Nabiullah Muhammad saw. Wallahu a’lam.■

*) Disarikan dari tesis penulis berjudul STRATEGI KOMUNIKASI LEMBAGA DAKWAH HIDAYATULLAH DALAM MENSOSIALISASIKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI TANATORAJA pada Program Pascasarjana Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanuddin Makassar.



BACA JUGA