Minggu, 9 Mei 2021 | 03:29 Wita
Meraih Kemenangan dengan Alquran Melalui Bulan Ramadhan
■ Perspektif Iman : Ust Muhammad Shaleh Utsman, Ketua Departemen Pengkaderan DPP Hidayatullah
HidayatullahMakassar.id — Allah ta’alla berfirman
اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ (1)
Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat).
مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ إِلَّا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ (2)
Setiap diturunkan kepada mereka ayat-ayat yang baru dari Tuhan, mereka mendengarkannya sambil bermain-main
Kelalaian adalah salahsatu bentuk upaya penyesatan syetan kepada manusia, dimana manusia akan dibuat lupa, malas, santai, dan pada akhirnya melakukan hal-hal yang sia-sia. Seringkali menusia terjebak pada sebuah kondisi yang kontra produktif sebagai makluk yang ideal, yang diciptakan dengan desain khusus, dalam bentuk dan model yang sebaik-baiknya.
Tugas utama manusia sebagai hamba dan sekaligus penegak kedamaian dan penebar rahmat di seluruh alam tidak terlaksana dengan baik. Akhirnya terbentuklah sebuah tatanan yang dibingkai dengan nilai-nilai syaithaniyah. Jauh dari tatanan iman dan taqwa seperti yang dijanjikan oleh Allah swt.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96)
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan Melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami Siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Ala’raf 96)
Sejalan dengan itu, informasi yang disampaikan oleh Allah swt dalam surah alanbiyaa ayat 1 dan 2 merupakan bahan renungan yang mestinya membuat kita bisa keluar dari lingkaran syetan. Jangan sampai kita seperti yang digambarkan dalam ayat ini, tatkala datang ayat-ayat Allah hati kita menjadi lalai. Orang yang beriman itu tidak memiliki rumus gagal, tidak ada jalan baginya menuju kehancuran dan kebinasaan. Justru yang ada adalah keuntungan, sesuai dengan firman Allah:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1)
Sungguh beruntung orang-orang yang beriman (almu’minun:1)
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
Demi masa.
Sungguh, manusia berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
(al’asgr 1-3)
Dalam lafadz adzan hayya alasshalaah…hayaa alal falaah…mari shalat, mari menuju kemenangan, dan seterusnya. Kesemuanya ini menunjukkan bahwa tidak mungkin bagi seorang yang beriman itu tidak menjadi manusia yang unggul,orang beriman pasti hebat, ideal, dan dia adalah makhluk terbaik.
Pada hakikatnya manusia sudah di kondisikan sedemikian rupa oleh Allah swt agar bisa sukses. Sudah diturunkan kitab, diutus rasul, selanjutnya diteruskan oleh para ulama sebagai pewaris dari nabi dan rasul. Dan sampai saat ini kita bisa mendapatkan Alquran secara utuh, dan dijamin oleh Allah swt kemurniaannya sampai akhir zaman.
Alquran adalah merupakan alat ukur keimanan dan ketakwaan secara kongkrit, karena dari seluruh rukun iman yang enam itu adalah ghaib, satu-satunya yang nyata dalam bentuk fisik adalah alquran. Allah swt ghaib, malaikat ghaib, rasul bagi kita sekarang ghaib, hari akhir ghaib, dan qadha dan qadhar Allah itu juga ghaib. Jadi kalau ingin melihat indikator iman secara nyata dengan bukti fisik maka alquran itulah yang menjadi jawabannya.
Yang lebih menarik lagi bahwa alquran dikondisikan oleh Allah swt sekali dalam setahun untuk memberikan ruang besar pada orang yang beriman agar bisa berinteraksi dengan alquran secara optimal. Itulah bulan ramadhan yang disebut juga dengan syahrul quran. Saat ini adalah momentum yang sangat tepat untuk kita bermujahadah, mengquanisir diri, karena penghalang utama dalam proses penanaman nilai-nilai alquran sudah diikat oleh Allah swt. Syetan dari kalangan bangsa jin sudah dibelenggu. Satu-satunya yang bisa jadi hambatan untuk bisa menyerap spirit alquran adalah nafsu.
Itulah yang dikondisikan lewat puasa agar dorongan nafsu tidak terlalu kencang. Bahkan defenisi puasa itu sendiri diantaranya adalah ALIMSAAK yang artinya menahan. Semuanya dalam rangka untuk suksesnya proses quranisasi diri, sehingga diharapkan lewat bulan tarbiyah ini akan lahir manusia ajaib, berakhlaq yang agung seperti yang di gambarkan ketika ‘aisyah ra ditanya KAIFA KANA KHULUQINNABIY, …KANA KHULUQUHU ALQURAN; bagaimana akhlaknya Nabi saw, ‘aisya menjawab adalah akhlaknya Nabi saw itu alquran.
Jauh-jauh hari Allah swt sudah mengingatkan dalam surah alhadiid ayat 16
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ (16)
Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik.
Seharusnya orang-orang beriman itu bersungguh-sungguh dalam memaksimalkan waktu dalam bulan ini, beribadah secara khusyuk, berdoa kepada Allah swt agar hatinya bisa lebih lentur, tidak keras, sehingga gampang terkoneksi dengan alquran. Seperti yang diintruksikan oleh Allah swt dalam alhadiid ayat 21:
سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (21)
Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhan-mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia Kehendaki. Dan Allah Mempunyai karunia yang besar.
Orang yang beriman seharusnya berada dalam suasana tasaabuk fiil khoir;berlomba-lomba dalam kebaikan, terlebih lagi didetik-detik terakhir ramadhan ini. Sekaligus tentunya ini menjadi karakter orang yang bertaqwa yang selalu bersegra menuju ampunan Allah swt yang dijelaskan dalam bentuk perintah dalam surah Ali imran 133-136
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133)
Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan am-punan dari Tuhan-mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia Kehendaki. Dan Allah Mempunyai karunia yang besar.
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134)
(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah Mencintai orang yang berbuat kebaikan,
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135)
dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri,” ** (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.
**Yang dimaksud perbuatan keji (fāhisyah) ialah dosa besar yang akibatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menzalimi diri sendiri ialah melakukan dosa yang akibatnya hanya menimpa diri sendiri baik besar atau kecil
أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (136)
Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan (itulah) sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal.
Beginilah gambaran orang yang beriman dengan hakikat iman, dimana sikapnya terhadap alquran bukan sekedar membaca dan mentadabburinya, akan tetapi lebih daripada itu adalah memahami seluruh isinya kemudian berusaha secara optimal mengimplementasikan nilai-nilai alquran dalam segala aspek kehidupan. Bahkan siap mengorbankan apa saja yang dimiliki, termasuk dirinya sekalipun siap dia persembahkan demi tegaknya kandungan alquran. WANI’MA AJRUL ‘AAMILIIN; itulah sebaik-baik pahala bagi mereka yang senantiasa mengamalkannya.
wabillahittaufiiq, waminhulhidayah, wallahu ta’aala a’lam.■
TERBARU
-
Transformasi dan Transmisi di Masa Transisi Hidayatullah
24/11/2024 | 07:58 Wita
-
Nilai dan Keutamaan Hidup Muhammad Sebelum jadi Rasul
22/11/2024 | 06:04 Wita
-
Raih Belasan Medali, Atlet Tapak Suci Pesantren Ummul Quro Hidayatullah Tompobulu Terbaik di Kejurnas UINAM Cup
18/11/2024 | 05:42 Wita