Minggu, 18 April 2021 | 09:46 Wita

Apa dan Bagaimana Arsitektur Islam

Editor: Firman
Share

Oleh : Ir Muaz Yahya, Ketua Majelis Organisasi/Syura IAI dan Wasekjen Inkindo

HidayatullahMakassar.id — Untuk pengantar sharing knowlandge kita (di Morning Talk Al Bayan bersama jamaah dan santri), pertama-tama perlu kita ketahui terkait istilah. Apa itu arsitek ? Kita membutuhkan Arsitek Islam/Muslim. Arsitek adalah seseorang yang melakukan praktik arsitek yaitu penyelenggaraan kegiatan yang menghasilkan karya arsitektur berupa perencanaan, perancangan, pengawasan, pengkajian untuk bangunan gedung dan lingkungannya serta kawasan.

Jadi berbicara arsitektur tidak saja bangunannya juga lingkungan binaannya, dampak lingkungan jika bangunan hadir bagaimana memberi dampak positif saat bangunan itu hadir. 

Arsitek itu orangnya, Sedangkan Arsitektur adalah ilmunya. Jadi arsitektur itu wujud hasil penerapan dari gabungan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni secara utuh untuk menggubah ruang dan lingkungan binaan sebagai bagian dari kebudayaan.

Jadi arsitektur itu membentuk peradaban dengan kaidah dasar seperti konstruksi, fungsi, estetika berdasarkan teori pitrapius bagi keselamatan, keamanan dan nyaman, kesehatan dan kemudahan utk penyandang cacat dan orang berkebutuhan khusus seperti ibu hamil dan para lansia.

Dengan adanya tuntutan konsepsi di atas maka kita butuhkan arsitek muslim untuk mendesain bangunan khusus ibadah dan bangunan umum lain.

Sebagai arsitek muslim kita harus pahami bahwa selain pengetahuan global juga harus memiliki dua pemahaman dasar dalam mendesain, yakni

1. Ayat qauliyah yang berupa ayat yang tercantum dalam al Quran terkait arsitektur

2. Ayat kauniyah berupa fenomena alam

***

Perkembangan arsitektur Islam dimulai ketika Rasulullah melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah dan saat sampai di Madinah yang pertama dilakukan yakni membangun Masjid Nabawi.

Masjid Nabawi dibangun dengan dimulai dari survei lokasi yang ditentukan oleh unta nabi di perkebunan kurma. Itulah proyek arsitek Islam pertama dan dilakukan ground breaking maupun peletakan batu pertama secara langsung oleh Rasulullah. Rasulullah turut bekerja dan mengawasinya langsung.

Sehingga Masjid Nabawi menurut Ibnu Khaldun menjadi salah satu pola perkembangan arsitektur Islam

Bahwa ada 3 pola dan dasar perkembangan arsitektur Islam

1. Pola Masjidil Haram, sebagai titik orientasi. Ini pola yang menjadi dasar utama perkembangan arsitektur Islam. Mengacu pada ayat al Maidah : 97

جَعَلَ اللّٰهُ الۡـكَعۡبَةَ الۡبَيۡتَ الۡحَـرَامَ قِيٰمًا لِّـلنَّاسِ 

“Allah telah menjadikan Ka‘bah rumah suci tempat manusia berkumpul.”

2. Pola Masjid Nabawi. Masjid sekaligus rumah dengan orientasi utara dan selatan. Pola ini disebutkan dalam ayat qauliyahnya di surah al Baqarah 144-150.

Disebutkan kegelisahan Rasulullah terkait arah kiblat. Saat ditentukan dari Yerusalem ke arah Masjidil Haram merupakan ketentuan Allah merubah orientasi kita bersujud. Pola Nabawi merupakan poros horisontal.

3. Masjid Quba Azzahra (Blue Mosque) tempat mi’rajnya Rasulullah sebagai poros vertikal.

Simak selengkapnya uraian di chanel AMC Al Bayan Media TV https://youtu.be/MHiqQWYAhI8

Ibnu Khaldun juga menguraikan dalam perkembangam arsitektur Islam muncul jenis tipologi masjid

1. Tipologi Madinah. Berciri persegi empat mengacu pada Masjid Nabawi. Terdapat bilik istri nabi, sulah tempat shalat dan sufah sebagai berteduh shahabat muhajirin. Tipologi ini yang banyak mempengaruhi arsitektur masjid di Indonesia.

2. Tipologi Arab. Jenis ini permulaanya berkembang di Damaskus dengan ciri memanjang kiri dan kanan serta tegak lurus arah kiblat.Tipologi Persia. Dengan ciri masjid memanjang ke belakang. Masjid Arriyad Hidayatullah Pusat di Gunung Tembak menggunakan tipologi ini.

3. Tipologi Yunani. Mengacu pada Masjid Usmani yang berkembang dari Masjid Hagia Shopia, Turki. Tipologi ini berkembang usai penaklukan Konstatinopel. Dengan ciri persegi empat yang ditambahkan menara, mihrab, dan halaman yang membentuk fasad masjid sehingga menjadi indah dipandang.

Inilah kearifan yang masuk ke Nusantara yang membentuk pola arsitektur masjid di Indonesia. Seperti terlihat pada masjid pertama di Sulawesi yakni Masjid Tua Katangka dan Masjid Jami Palopo lebih berciri pola tipologi Nabawi, ada serambi diidentikkan sebagai suffah tempat diskusi, ruang tengah untuk shalat, ada ruang imam dan tempat wudhu di area halaman.

Perkembangan ini tak terpisahkan bagi arsitektur Islam dan berpengaruh ke bangunan umum dan rumah tinggal.

Walau belakangan kita miris dengan masjid dan musholah di bangunan umum seperti mall dan rumah sakit yang sekadar menempatkan masjid/mushollahnya di ruangan mati di bawah tangga atau dekat ruang elektrikal yang tak beri kenyamanan untuk ibadah.

Pola Rasulullah dalam membangun Masjid Nabawi harusnya menjadi acuan perencanaan desain bangunan umum dan menyiapkan masjid, sehingga tidak sekedar tempatkan ruang shalat di tempat tersisa tapi harus siapkan tempat yang lebih bagus.

Alhamdulillah di Makassar ada mall yang tempatkan di lantai paling atas sehingga lebih luas dan pengunjung mall tak antri untuk shalat.

Inilah antara lain konsepsi dasar yang harus dipahami sehingga kita tak kalah dengan arsitek non muslim yang bagus mendesain tempat ibadahnya.

Hal lain yang menjadi pertimbangan dalam mendesain, khususnya masjid, yakni tidak saja memahami ilmu arsitektur saja tapi juga sosiologi arsitektur.

Sekarang misalnya berkembang desain mall orieted, padahal desain pondok pesantren, rumah tahfizh, maupun masjid baiknya berorientasi arsitektur Islam bercirikan kearifan yang mengarah ke tipologi arsitektur Islam seperti adanya corak dan ornamen arsitektur Islam.

Bangunan kita boleh minimalis tapi tujuan utama berupa fungsinya harus bisa berlanjut.■ fir

*) Dari catatan on the spot seri Morning Talk Al Bayan “Inspirasi dan Spirit Ramadhan dari sejumlah Tokoh di Masjid Umar al Faruq, Hidayatullah Makassar, ba’da subuh, Ahad (18/4/2021).



BACA JUGA