Selasa, 2 Maret 2021 | 08:35 Wita
Pelajaran dari OTT Gubernur Sulsel
■ Oleh : Syamril, Direktur Sekolah Athirah
HidayatullahMakassar.id — Sabtu pagi 27 Februari 2021 masyarakat Sulsel dikagetkan oleh berita Operasi Tangkap Tangan Gubernur Sulsel dan beberapa orang lainnya oleh KPK. Sepanjang hari berita tersebut menjadi trending topic bukan hanya di Sulsel tapi juga nasional. Televisi juga memberitakan dan beragam komentar dari tokoh tentang kejadian ini.
Sepanjang hari informasi simpang siur beredar di media sosial. Banyak yang bertanya apakah ini benar atau hanya rekayasa? Apakah Prof. Nurdin Abdullah hanya korban. Sempat pula beredar berita bahwa beliau akan pulang ke Makassar pada malam hari karena tidak terlibat. Sampai akhirnya di pagi hari KPK mengadakan press conference. Terlihat Prof. Nurdin Abdullah memakai rompi oranye yang artinya telah ditetapkan sebagai tersangka gratifikasi.
Apa pelajaran yang bisa kita dapatkan dari peristiwa ini? Pertama bahwa manusia adalah makhluk yang lemah. Tidak ada yang terbebas dari kesalahan. Manusia memiliki potensi kebaikan dan keburukan. Perjalanan hidupnya penuh dengan ujian. Jika dikuasai oleh hati nuraninya maka jalan kebaikan yang ditempuh. Jika dikuasai oleh hawa nafsu maka jalan keburukan yang dijalani.
Banyak yang tidak percaya dan kaget dengan peristiwa ini. Kok bisa seorang Professor ditangkap KPK. Jawabannya, Professor juga manusia. Malahan semakin tinggi jabatan dan pangkat godaannya juga semakin besar.
Pelajaran kedua yaitu mari berlaku adil dan bersikap pertengahan kepada siapapun. Berlaku adil yaitu tetap melihat sisi baik dan buruk dari setiap orang. Manusia pasti ada sisi baik dan buruk. Jangan karena nila setitik rusak susu sebelanga. Jangan karena satu kesalahan maka seluruh kebaikannya jadi hilang.
Bersikap pertengahan yaitu jangan mencintai dan membenci siapapun secara berlebihan. Cintai dan bencilah secara biasa-biasa saja agar kita tetap bisa bersikap rasional dan adil jika ada masalah. Juga tidak terlalu kecewa jika idola kita melakukan pelanggaran.
Pelajaran ketiga yaitu manusia masih bisa berubah selama masih ada jatah waktu atau umur. Jika sekarang baik maka bisa saja di akhir hayat jadi buruk (su’ul khotimah). Jika sekarang buruk maka bisa saja di akhir hayat jadi baik atau sekarang baik dan terus istiqamah di jalan kebaikan (husnul khotimah). Oleh karena itu kita tidak boleh menilai orang itu baik atau buruk selama dia masih hidup karena masih ada kesempatan untuk berubah sebelum ajal datang menjemput.
Pelajaran keempat yaitu mari selalu ingat bahwa dunia sementara akhirat selamanya. Jabatan dan harta semua hanya titipan. Jabatan ada masa akhirnya. Bahkan hidup juga ada akhirnya yaitu kematian. Jika ajal telah tiba maka harta, tahta dan keluarga akan ditinggalkan.
Agar bisa menjaga titipan dengan benar dibutuhkan integritas yang kuat yaitu sifat jujur dan amanah. Dua faktor yang menentukan yaitu sikap profesional dan iman takwa. Sikap profesional membuat kita memiliki harga diri sehingga malu kepada orang lain dan diri sendiri jika melakukan pelanggaran. Iman takwa menjadi rem karena adanya keyakinan bahwa Allah Maha Melihat segala yang kita lakukan sehingga muncul rasa malu kepada Allah. Apalagi ditambah keyakinan adanya hari akhirat saat segalanya dipertanggungjawabkan.
Bagi yang sedang memegang amanah sebagai pemimpin, mari jalankan tugas dengan hati-hati. Ikuti rambu-rambu, jangan menghalalkan segala cara. Hindari berlaku curang dan jangan mengambil yang bukan hak sendiri. Mari berlaku jujur dan bertanggung jawab atas segala perbuatan. Meskipun ini sulit apalagi di dunia politik yang ongkosnya sangat mahal. Atau mungkin sistem demokrasi yang selama ini kita jalankan perlu dievaluasi total?■
TERBARU
-
Transformasi dan Transmisi di Masa Transisi Hidayatullah
24/11/2024 | 07:58 Wita
-
Nilai dan Keutamaan Hidup Muhammad Sebelum jadi Rasul
22/11/2024 | 06:04 Wita
-
Raih Belasan Medali, Atlet Tapak Suci Pesantren Ummul Quro Hidayatullah Tompobulu Terbaik di Kejurnas UINAM Cup
18/11/2024 | 05:42 Wita