Senin, 8 Februari 2021 | 12:32 Wita

Bicara Baik atau Diam

Editor: Firman
Share

Faidah Ilmu Ulama

HidayatullahMakassar.id — Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata: “Orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara, karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicara dan sedikit yang menyesal karena diam. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak mau jalan”.

Faidah-faidah

▪️Pentingnya menjaga lisan, karena lisan bisa saja menjerumuskan pada perkara-perkara yang buruk

▪️Sesungguhnya lisan merupakan sarana bagi seseorang di dunia ini untuk menanam kebaikan atau keburukan.

▪️Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat maka dia akan diam.

▪️Sementara orang yang jahil (bodoh), hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap agamanya.

▪️Menjaga lisan untuk berkata yang baik merupakan cerminan dari iman seseorang; Demikianlah jawami’ul kalim (perkataan yang singkat tapi padat) dari lisan suci Rasulullah.

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih); [Al-Bukhari, Muslim].■

*) Oleh: Ust Abdul Qadir Mahmud MA, Kadep Dakwah & Pelayanan Ummat Yayasan Al Bayan Hidayatullah, Makassar

*) Sumber : Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala;45//Al-Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti.