Jumat, 17 Januari 2020 | 07:46 Wita

Ulul Albab

Editor: Irfan Yahya
Share

Ngopi Peradaban, Oleh: Irfan Yahya ST MSi

HidayatullahMakassar.id –Ketuhanan adalah masalah mendasar bagi ummat manusia, sejak diturunkannya wahyu pertama dalam surah Al Alaq ayat 1 – 5, Allah SWT berkenan meberikan bimbingan kepada ummat manusia menuju jalan yang lurus dan benar secara berturut-turut dan beransur-ansur.

Dengannya itu Allah ta’ala memberikan tuntunan pola membaca yang benar melalui wahyu yang pertama. Seluruh
perubahan menuju peradaban yang agung itu dimulai dengan perubahan yang pertama, yaitu
Iqra’bismi’rabbika alladzi khalaq

Wahyu pertama ini menyemaikan jawaban yang mencerahkan tentang ketuhanan melalui metode
yang orisinil dan unik khas Al Qur’an. Metode ini tidak sekedar mampu dilalui para pakar yang
berotak jernih, tetapi dapat juga digunakan oleh mereka yang awam karena metode ini berdasarkan
pada fitrah rububiyah yang dimiliki seluruh manusia, yakni kesadaran berketuhanan.

Setiap manusia dalam hati yang paling dalam telah memiliki kesadaran ini, karena memang jiwa manusia pernah berdialog dengan tuhannya:

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari Sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab:’Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi
saksi”(QS 7;127)

Fitrah rububiyah inilah yang mengantarkan manusia mampu menembus kesadaran ilahiyah.
Manusia tidak hanya mengetahui bahwa pencipta dirinya adalah Allah SWT, tetapi juga terhantar
untuk sadar dan bersikap yang benar sebagai hamba kepada Tuhannya, demikian juga terhadap sikap dan prilakunya sesamanya manusia serta mengantar pada kesadaran bahwa semua yang tercipta di alam ini merupakan wujud nyata dan kebesaran Allah SWT

Mereka inilah yang disebut sebagai ulul albab,” sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi ulul albab (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): ‘Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS Al Imran/190-191)
*) Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Bayan Hidayatullah Makassar



BACA JUGA