Kamis, 13 Agustus 2020 | 10:48 Wita
Bergerak Karena Cinta
■ Oleh : Syamril, Direktur Sekolah Islam Athirah
HidayatullahMakassar.id — Ibadah haji merupakan napak tilas keluarga Ibrahim as. Salah satu ritual haji yaitu sa’i. Aktivitas sa’i cuma satu yaitu berjalan dari bukit Shofa ke Marwah. Berjalan kaki itu berarti bergerak. Tapi bukan asal bergerak. Harus berpindah tempat menuju sasaran. Beda dengan gerakan shalat yang masih tetap di tempat.
Bergerak pada ritual sa’i dari historinya bukan asal bergerak, tapi gerak yang dilandasi rasa cinta. Ingat kembali alasan mengapa Siti Hajar harus berlari. Alasannya karena cinta pada bayinya Ismail. Anaknya menangis kehausan dan air perbekalan sudah habis.
Rasa cinta membuat Siti Hajar bergerak mencari air di tengah padang pasir gersang yang jaraknya antara dua bukit sekitar 300 meter dan dilakukan 7 kali jalan.
Dalam hidup pun kita beraktivitas hendaknya dilandasi oleh cinta. Ada misi untuk membantu, memberi manfaat dan berkarya untuk kemanusiaan dan semesta alam. Bukankah ukuran manusia terbaik adalah yang paling banyak bermanfaat.
Aktivitas sa’i dilakukan berulang. Shofa ke Marwah. Kembali lagi ke Shofa dan terakhir berhenti di Marwah. Ini mengajarkan persistensi. Jangan mudah menyerah.
Gagal, ulangi. Bukankah pengulangan biasanya memberi pelajaran. Bukan trial and error tapi trial and improve. Jadi dalam hidup prinsipnya “gagal ulangi, salah perbaiki”.
Pelajaran selanjutnya perhatikan arti dari Shofa dan Marwah. Shofa artinya kesucian. Marwah artinya kemuliaan. Apa maksudnya? Dalam aktivitas awali semuanya dengan niat yang suci. Jalani dengan penuh kesabaran dan akhiri dengan kemuliaan dunia dan akhirat.
Aktivitas sa’i menjadi sebab munculnya air zamzam yang terus dinikmati sampai sekarang. Air yang tidak pernah habis meskipun dikomsumsi jutaan manusia setiap harinya.
Ada dua pelajaran di sini. Hasil yang dicapai menjadi amal jariah dan warisan yang berumur panjang. Kejadian Siti Hajar berlari sekitar 8000 tahun yang lalu. Sudah sangat lama dinikmati bukan oleh Siti Hajar saja tapi oleh orang lain. Hikmahnya hidup bukan hanya untuk menerima tapi untuk memberi.
Terakhir, air zamzam muncul bukan di jalur shofa marwah tapi dekat kaki Ismail. Hikmahnya kadang-kadang hasil itu muncul dari tempat yang tidak terduga. Itu semua terjadi karena kehendak Allah. Tugas manusia yaitu berusaha dengan penuh keyakinan dan kesabaran. Selanjutnya tawakkal kepada Allah yang Hidup terus menerus mengurusi makhluk-Nya.■
TERBARU
-
Kadep Perkaderan Hidayatullah Raih Doktor di UIN Makassar. Ungkap Strategi Komunikasi Dakwah Pendiri Hidayatullah
26/11/2024 | 13:38 Wita
-
Transformasi dan Transmisi di Masa Transisi Hidayatullah
24/11/2024 | 07:58 Wita
-
Nilai dan Keutamaan Hidup Muhammad Sebelum jadi Rasul
22/11/2024 | 06:04 Wita