Senin, 3 Agustus 2020 | 21:11 Wita
Modal Spiritual
■ Oleh: Syamril Al Bugisyi, Direktur Sekolah Islam Athirah
HidayatullahMakassar.id — Apa yang membuat Nabi Ibrahim as istimewa sehingga diberi gelar kekasih Allah? Ternyata bukan karena kekuasaan sebagai raja seperti Nabi Daud dan Sulaiman as. Juga bukan karena kekuatan fisik seperti Musa as.
Nabi Ibrahim as istimewa karena memiliki kekuatan keyakinan yang luar biasa. Jika bukan karena keyakinan akan cinta Allah melalui perintah-Nya maka tidak mungkin mau menyembelih anak laki-laki yang sangat disayangi dan dinantikan puluhan tahun.
Perintah menyembelih anak sendiri diyakini oleh Ibrahim sebagai bahasa cinta Allah kepadanya. Allah tidak ingin Ibrahim lebih mencintai anaknya Ismail sehingga mengalahkan cintanya kepada Allah. Maka Ibrahim pun diuji dengan perintah menyembelih anak kesayangannya. Jika cintanya kepada Allah masih lebih utama maka apapun perintah dari-Nya akan dijalankan.
Itulah yang dilakukan oleh Ibrahim. Membawa anaknya Ismail ke bukit untuk disembelih demi menjalankan perintah Allah. Namun Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Digantikannya Ismail dengan seekor domba besar. Allah sudah mendapatkan bukti bahwa Ibrahim tetap mencintai Allah di atas segalanya. Itulah yang penting, pembuktian cinta.
Kekuatan keyakinan yang luar biasa merupakan bukti keimanan kepada Allah. Itulah modal spiritual yang dimiliki oleh Ibrahim dan keluarganya. Istrinya Siti Hajar saat Ismail masih bayi rela ditinggal berdua di lembah Mekkah yang kering tanpa perbekalan memadai. Semua dihadapi dengan keyakinan dengan ungkapan kepada suaminya “jika itu perintah dari Allah maka saya yakin Allah tidak akan menyengsarakan kami”.
Demikian pula anaknya Ismail yang masih belia. Saat ayahnya Nabi Ibrahim as menceritakan mimpinya menyembelih Ismail sebagai perintah dari Allah. Al Quran menceritakan jawaban Ismail “hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku sebagai orang-orang yang sabar”.
Pada masa sekarang ini saat dunia dilanda pandemi Covid-19, selain modal intelektual dan material agar bisa melewati krisis maka kita butuh modal spiritual. Apa wujudnya? Terungkap pada kalimat takbir yang banyak dibaca pada Hari Raya Idul Adha dan hari tasyrik 11-13 Dzulhijjah. Kata Allahu Akbar yang atinya Allah Maha Besar. Masalah manusia di era pandemi ini memang besar. Tapi kita yakin ada Allah yang Maha Besar yang akan Menolong hambanya yang bersabar dan tak kenal putus asa.
Kita yakin sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an bahwa Allah tidak akan membebani manusia di luar kesanggupannya. Kita yakin bahwa bersama kesulitan akan ada kemudahan. Kita yakin bahwa tidak ada yang sia-sia dari segala yang diciptakan-Nya. Kita juga yakin bahwa boleh jadi kita benci sesuatu padahal itu baik. Allah yang Tahu. Manusia tidak tahu.
Berbekal keyakinan tentu saja belum cukup. Harus ada ikhtiar dan usaha sebagaimana Siti Hajar berlari tujuh kali antara Shofa dan Marwah sejauh 450 meter untuk mencari air. Berlari 3.150 meter tanpa kenal lelah dan putus asa. Sampai akhirnya Allah memberikan pertolongan dan muncul air di bawah kaki Ismail. Itulah air zamzam yang masih terus dinikmati manusia sampai sekarang.
Air zamzam yang luar biasa yang jadi sumber kehidupan selama ribuan tahun yang tidak pernah kering. Dinikmati oleh manusia di seluruh dunia sebagai oleh-oleh ibadah haji dan umrah. Air yang dihasilkan dari buah keyakinan, ikhtiar, do’a dan sabar atau disingkat KIDS. Semoga dengan KIDS ini juga kita bisa melewati krisis multidimensi pandemi Covid-19. Semoga badai covid segera berlalu.■
Makassar 2 Agustus 2020
TERBARU
-
Kadep Perkaderan Hidayatullah Raih Doktor di UIN Makassar. Ungkap Strategi Komunikasi Dakwah Pendiri Hidayatullah
26/11/2024 | 13:38 Wita
-
Transformasi dan Transmisi di Masa Transisi Hidayatullah
24/11/2024 | 07:58 Wita
-
Nilai dan Keutamaan Hidup Muhammad Sebelum jadi Rasul
22/11/2024 | 06:04 Wita