Senin, 13 Januari 2020 | 10:26 Wita

Kekuatan Tulisan. Lebih Mulia Ketimbang Sabetan Pedang Seorang Mujahid

Editor: Firman
Share

■ Oleh: Hardiansyah

HidayatullahMakassar.id — Di dalam Islam posisi dan peran seorang penulis sangatlah prestisius. Itulah kenapa Nabi Muhammad pernah membentuk kelompok juru tulis. Di dalamnya ada sahabat Ali bin Abu Thalib, yang bertugas menulis surat-surat. Ada Zaid bin Tsabit, salah satu sahabat yang ditugaskan menulis ayat-ayat Al-Qur’an.

Peranan juru tulis Nabi tersebut menjadi penanda bahwa, di dalam Islam menulis itu istimewah. Sebuah tulisan, dalam bentuk apa pun itu, sejatinya ia merupakan proses kreatif. Kemampuan menulis adalah refleksi intelektual. Jika diramu dengan baik bisa memberikan pengaruh yang besar.

Pernah mendengar tentang “The Milestones”? Buku ini merupakan salah satu karya dari seorang Sayyid Qutb. Secara kasat mata buku ini biasa-biasa saja, tapi pemikiran yang tertuang di dalamnya menghasilkan efek pengaruh yang luar biasa.

Gerakan-gerakan keislaman cukup banyak terpengaruh dari buku The Milestones ini. Satu di antaranya gerakan Ihwanul Muslimin. Meski Sayyid Qutb bukan pendiri IM, akan tetapi tulisan-tulisannya dalam The Milestone mampu memberikan spirit pergerakan kepada para aktivis IM.

Contoh yang lain. Misalnya, novel tetralogi “Laskar Pelangi” milik Andrea Hirata. Novel ini telah diterjemahkan ke dalam 18 bahasa, filmnya dibuat dan menjadi tontonan wajib di beberapa negara maju, serta pernah menjadi referensi kajian World Literature di beberapa universitas di Filipina.

Apa yang bisa kita pelajari dari seorang Andrea Hirata yang sukses dengan Tetralogi Laskar Pelanginya? Sama dengan The Milestone milik Sayyid Qutb, yakni pengaruh.

Kegiatan tulis menulis merupakan cara terbaik untuk menebarkan pengaruh. Inilah yang seharus yang perlu disadari oleh setiap invidu muslim. Berdakwah melalui tulisan, sama pentingnya dakwah dengan lisan.

Maka tak heran jika kemudian ada yang menyebut, “Goresan pena seorang muslim lebih mulia ketimbang sabetan pedang seorang mujahid.” Wallahu a’lam bishawab.(*)

*) Pengurus Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar