Minggu, 12 Januari 2020 | 08:12 Wita
B a c a l a h !
■ Ngopi Peradaban, Oleh: Irfan Yahya ST MSi
HidayatullahMakassar.id — Iqra’!, perintah inilah yang kali pertama diterima Rasulullah lewat bimbingan malaikat Jibril ketika bertahannus di Gua Hira sebagai pertanda turunnya wahyu pertama kali.
Iqra’ adalah kalimat perintah (fiil amr) artinya: Bacala!. Imam Hanafi menafsirkan “laksanakanlah yang telah diperintahkan Al Qur’an”. Al Maraghi dan Rasyid Rhida menafsirkan perintah iqra’ adalah jadilah pembaca, dimana sebelumnya anda tidak membaca. Al Jamal menyatakan perintah iqra’ berarti: “simaklah apa yang dibacakan”.
Makna iqra’ dari pendapat para ahli tafsir di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa makna perintah “membaca” tersebut mengandung pengertian bahwa bacalah ayat-ayat Allah SWT yang tertulis yakni Al Qur’anul Karim atau ayat-ayat Allah SWT yang bersifat qauli’yah: “Dan apabila engkau membaca Al Qur’an, niscaya kami akan menjadikan antara engkau dan orang-orang yang tidak beriman diakhirat suatu dinding tertutup”(QS. 17:46).
Makna iqra’ juga berarti perintah untuk membaca ayat-ayat Allah SWT yang terhampar di alam semesta ini atau ayat-ayat Allah SWT yang bersifat kauniyyah. ” Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Rabbnya(QS. 30: 8)
Lantas dengan apa kita melaksanakan perintah ber-iqra’ tersebut?, sebagai mahluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurnah, manusia telah dibekali instrumen penting dalam melaksanakan perintah ini. Pancaindra, akal, intuisi atau ilham dan wahyu adalah instrumennya.
Satu sama lain instrumen ini saling melengkapi agar proses ber-iqra’ itu semakin mendekatkan kepada hakikat perintah ber-iqra’, bukan malah semakin menjauh dari hakikatnya. Seperti sekarang ini banyak manusia, dari proses ber-iqra’nya membuat dia semakin pintar dan cerdas, tapi karena tidak menggunakan semua instrumen yang Allah siapkan maka dia kemudian semakin jauh dari tujuan dia diciptakan di dunia ini sebagai khalifah. Naudzubillahi mindzaliq.(*)
*) Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Bayan Hidayatullah Makassar
TERBARU
-
Perubahan
29/11/2024 | 08:04 Wita
-
Kadep Perkaderan Hidayatullah Raih Doktor di UIN Makassar. Ungkap Strategi Komunikasi Dakwah Pendiri Hidayatullah
26/11/2024 | 13:38 Wita
-
Transformasi dan Transmisi di Masa Transisi Hidayatullah
24/11/2024 | 07:58 Wita