Sunday, 7 December 2025 | 08:45 Wita
Tujuh Pilar Organisasi dan Jamaah Hidayatullah
HidayatullahMakassar.id — Wakil Ketua Dewan Syura Hidayatullah yang juga Ketua Badan Pembina Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar kembali hadir dan menyampaikan tausyiah di arena Muswil DPW Hidayatullah Sulsel di Asrama Haji Sudiang.
Berikut kutipan yang diolah dari tausyiah Subuh tersebut :
Kepemimpinan dan pengurusan dalam sebuah organisasi seperti Hidayatullah menuntut lebih dari sekadar semangat; ia membutuhkan sistem yang kokoh dan budaya yang kuat.
Untuk memastikan roda organisasi berjalan efektif dan selaras dengan visi, terdapat tujuh pilar organisasi dan jamaah Hidayatullah mendasar yang wajib dipedomani setiap kader, pemimpin dan pengurus.
Tertib ini adalah manifestasi nyata dari praktik syura dan komitmen terhadap nilai-nilai keislaman.
Pertama, Tertib Organisasi dan Administrasi: Jantung Keteraturan. Tertib organisasi adalah syarat utama. Hal ini seperti salah satunya mencakup pengelolaan arsip dan dokumen penting.
Contohnya surat-surat tanah yang menjadi aset organisasi. Kelalaian dalam hal ini, seperti seringnya kehilangan surat tanah, merupakan kelemahan serius yang harus segera diatasi. Keteraturan administrasi adalah cerminan dari profesionalisme.
Kedua, Tertib Regulasi: Menghidupkan Syura. Hidayatullah memiliki perangkat regulasi yang jelas, mulai dari PDO (Peraturan Dasar Organisasi), PO (Peraturan Organisasi), hingga Keputusan dari DPP, DPW, dan DPD.
Inilah praktik syura yang paling nyata. Setiap “ayat” dalam PDO dan PO adalah hasil dari musyawarah yang mendalam dan tidak boleh dianggap remeh.
Contoh krusialnya adalah “ayat” dalam PO yang melarang kader mendirikan amal usaha pribadi. Ayat ini dibahas selama dua tahun, menunjukkan betapa hati-hatinya organisasi dalam merumuskan kebijakan, meskipun pada akhirnya implementasinya mungkin belum sepenuhnya bulat.
Ketiga, Tertib Manajemen: Manajemen tidak boleh “tiba masa tiba akal” atau sekadar reaktif. Diperlukan perencanaan matang melalui Rapat Kerja (Raker), pembentukan tim yang solid, dan sistem pengawasan yang berkelanjutan.
Tertib manajemen memastikan program berjalan sistematis, bukan sporadis.
Keempat, Tertib Kepemimpinan: Mempengaruhi dan Mengendalikan. Kepemimpinan berbeda dengan manajemen. Jika manajemen mengatur apa yang ada, kepemimpinan adalah seni mempengaruhi orang untuk bekerja dan melakukan hal yang diinginkan, serta seni mengendalikan mereka agar tetap berada dalam koridor organisasi.
Kualitas pemimpin terlihat dari dua hal : Yakni dalam mempengaruhi (pencerahan): Mendorong orang mau bekerja dengan kesadaran dan keikhlasan, sejalan dengan prinsip Islam.
Serta bagaimana mengendalikan (ketegasan) untuk memastikan semua pihak, rela atau tidak, berada di bawah kendali sistem.
Jangan biarkan satu orang pun tak bisa dikendalikan, karena ia akan menjadi ‘virus’ yang merusak jamaah. Namun, upaya pembinaan harus dimaksimalkan sebelum mengambil tindakan tegas.
Ketaatan dalam Islam itu didasarkan pada kesesuaian dengan aturan dan sunah, bukan pada enak atau tidaknya perasaan pribadi. Ini berlaku, misalnya, saat menerima kebijakan mutasi.
Lima, Tertib Keuangan: Prinsip keuangan yang dianut ada istilahnya “Money follow the function” (uang mengikuti program). Artinya, alokasi dana harus sesuai dan mendukung program yang telah disahkan melalui Rapat Kerja (Raker). Ini mencegah pemborosan dan memastikan efektivitas anggaran.
Keenam, Tertib Budaya Organisasi: Menguatkan Ukhuwah. Budaya organisasi Hidayatullah harus berlandaskan pada ukhuwah (persaudaraan). Ini adalah nilai yang menyatukan, menumbuhkan rasa memiliki, dan menjadi perekat dalam setiap aktivitas kepengurusan.
Tradisi ngopi di Al Bayan dan Hidayatullah Sulsel itu bagus ditularkan ke daerah lain. Karena di sana untuk memperkuat bonding dan ukhuwah di antara pengurus dan kader. Ngopi santai itu banyak menyelesaikan urusan.
Ketujuh, Tertib Pilar Spiritual: Gerakan Nawafil Hidayatullah (GNH). Inilah yang membedakan Hidayatullah dari organisasi sekuler: Pilar Spiritual melalui GNH yang merupakan Al-Mujamil Plus adalah manhaj Hidayatullah.
Mustahil membawa Hidayatullah ke masa depan tanpa menjalankan Al-Mujamil, khususnya shalat malam sebagai peningkatan kapasitas spiritual kader.
GNH kini menghadapi tantangan besar dari generasi muda. Oleh karena itu, DPW dan DMW wajib mengkaji betul bagaimana penerapan GNH dapat dilakukan secara efektif.
Di Kampus Hidayatullah Depok, GNH bahkan dihargai dengan rupiah pada gaji. Walau tidak sepenuhnya ideal, jika cara ini mampu memaksa anak muda untuk menjalankan GNH, mungkin ia bisa menjadi opsi.
Dulu pekerjaan sebagai kader Hidayatullah di Jl Gunung Latimojong pada masa-masa awal Hidayatullah di Makassar hanya dua: shalat lail dan menjual majalah.
Sebagai pengurus, kita menyadari banyaknya kekurangan dan kelemahan. Namun, dengan berjamaah dan komitmen pada ketujuh pilar ketertiban ini, kita memiliki kekuatan untuk saling menutupi aib dan menambal kelemahan tersebut.(fir)
TERBARU
-
Tujuh Pilar Organisasi dan Jamaah Hidayatullah
07/12/2025 | 08:45 Wita
-
Merebut Kembali Warisan: Jalan Santri Menuju Indonesia yang Berdaulat
06/12/2025 | 11:12 Wita
-
Pendaftaran Mahasiswa Baru STAI Al Bayan 2026/2027
05/12/2025 | 17:42 Wita
FOTO
Pendaftaran Mahasiswa Baru STAI Al Bayan 2026/2027
05/12/2025 | 17:42 Wita
Penerimaan Siswa Baru Al Bayan Islamic School
19/11/2025 | 17:10 Wita
Galeri – Silaturahmi Pagi Jelang Sosialisasi BP Munas
07/09/2025 | 08:03 Wita
Save Muslim Uighur
01/01/2020 | 17:22 WitaSuasana Tahun Baru di Monas
01/01/2020 | 17:17 WitaTERPOPULER
-
1
Muh Arfah Ketua Baru Yayasan Al Bayan. Ini Pesan Ust Aziz bagi Pengurus
-
2
Tujuh Pilar Organisasi dan Jamaah Hidayatullah
-
3
Merebut Kembali Warisan: Jalan Santri Menuju Indonesia yang Berdaulat
-
4
Pendaftaran Mahasiswa Baru STAI Al Bayan 2026/2027
-
5
Hijrah Yang Menemukan Runah; Perjumpaan Menyelamatkan