Kamis, 14 Mei 2020 | 09:23 Wita

Sepuluh Malam Terakhir

Editor: Firman
Share

■ Oleh : Syamril, Direktur Sekolah Islam Athirah

HidayatullahMakassar.id — Rasulullah adalah manusia yang dijamin oleh Allah masuk surga. Adanya jaminan itu justru ibadahnya semakin banyak dan berkualitas. Bayangkan jika kita yang dapat jaminan masuk surga. Mungkin ibadah kita biasa-biasa saja. Alasannya, buat apa lagi toh sudah dijamin masuk surga.

Suatu hari Aisyah istri Rasulullah menanyakan hal itu. Jawaban beliau sungguh luar biasa. “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur”. Jadi adanya jaminan itu beliau syukuri dengan ibadah yang semakin intensif. Rasulullah telah melepaskan diri dari ibadah transaksional menjadi ibadah cinta. Transaksional karena imbalan dan hukuman. Cinta karena rasa syukur dan persembahan. Ini perlu kita renungi.

Intensifikasi ibadah Rasulullah juga sangat luar biasa pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Apa saja kebiasaan beliau?

Pertama, menghidupkan malamnya sehingga tidak bisa dibedakan bangun dan tidurnya. Seolah-olah sepanjang malam beliau terjaga terus dalam aktivitas ibadah. Ibadah utama yang dilakukan di malam hari yaitu shalat malam.

Kedua, Rasulullah membangunkan istri-istrinya. Juga anak dan menantunya untuk beribadah bersama. Jadi ada kebersamaan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Rasulullah lakukan itu sampai beliau meninggal. Setelah itu istri-istrinya melanjutkan kebiasaan tersebut.

Ketiga yaitu banyak meminta atau berdoa agar diampuni segala dosa. Aisyah secara khusus minta agar diajarkan doa khusus di malam itu. Maka Rasulullah mengajarkannya untuk membaca doa “Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa’fuanni”. Artinya wahai Allah yang Maha Pengampun, ampunilah aku.

Selamat menikmati sepuluh malam terakhir Ramahan.■


Tags:

BACA JUGA