Rabu, 13 Mei 2020 | 08:30 Wita
10 Terakhir Ramadhan, Saatnya Fokus untuk Ruhani
■ Oleh: Ust Dr H Abd Aziz Qahar Mudzakkat MSi, Ketua Dewan Pembina Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar
HidayatullahMakassar — Hari ini kita telah memasuki hari yang sangat penting dari bulan Ramadhan yakni 10 hari terakhir Ramadhan. Hari-hari yang diyakini ulama sebagai hari terbaik karena terdapat satu hari yang istimewa yakni malam Lailatul Qadar. Malam lebih baik dari 1.000 bulan (83 tahun).
Allah Tabaaraka wa Ta’aalaa berfirman dalam surat al-Qadr:
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْر ِلَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seri-bu bulan.” [al-Qadr/97: 2-3]
Dan disunnahkan oleh Rasulullah bagaimana kita mengoptimalkan hari terakhir Ramadhan ini dengan itikaf yakni menetap di masjid selama 10 hari tersebut.
Tentu saja fokusnya bukan saja memperbaiki ibadah untuk kejar Lailatul Qadar pada malam ganjil semata. Karena secara keseluruhan hari-hari di bulan Ramadhan sebagai hari yang istimewa.
Untuk lebih mengoptimalkan kualitas Ramadhan kita khususnya di 10 terakhir ini, paling tidak kita benahi 3 hal penting.
- Ibadah kita di malam hari seperti taraweh dan tahajut.
- Lebih intensif berinteraksi dengan Qur’an
- Memperbanyak zikir dan doa.
- Shalat Malam
Tentang tarawih semoga kita bisa melaksanakan berjamaah di rumah atau masjid. Karena jumlah rakaatnya terbatas mala kita tambah dengan shalat malam/tahajut.
Allah janjikan orang melaksanakan shalat lail/tahajut akan diangkat derajatnya pada maqam terpuji. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
“Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji. Dan katakanlah (Muhammad), “Ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(ku)”. (QS Al-Isra [17]: 79-80).
Karena sepertiga malam terakhir waktu istimewa beribadah ketika malaikat turun ke langit bumi untuk mencari manusia yang beribadah. Maka mari di Ramadhan ini seoptimal mungkin kita memanfaatkan waktu mustajab tersebut.
Menghidupkan malam malam terakhir Ramadhan sangat penting.
- Berinteraksi dengan Quran
Mari mengoptimalkan dan intensif berinteraksi dengan Qur’an dengan tilawah/membaca, tadabbur merenungkan dan menghayati maknanya atau dengan kajian Qur’an dan mempelajari tafsir.
Yang jelas Ramadhan disebut ulama sebagai bulan Qur’an karena diturunkan saat Ramadhan. Pada Ramadhan diturunkan Qur’an sebagai petunjuk dan penjelasan dari petunjuk itu.
Allah تبارك وتعالى telah berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur-an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil)…” [al-Baqarah/2: 185]
Maka pada umumnya ulama yang memiliki kedalaman spiritual jika Ramadhan tiba memberikan waktu sangat besar untuk Qur’an.
Imam Syafi’i pada Ramadhan 60 kali mengkhatamkan Quran. Hampir tidak logis tapi ini sebuah fakta. Bayangkan 1 Qur’an berisi 30 juz. Para hafitz Qur’an saja sudah sangat cepat bacaannya jika baca 20 menit untuk 1 juz. Yang biasa 45 menit-1 jam. Maka dibutuhkan waktu 20 jam untuk tamatkan 2 kali quran dalam sehari semalam.
Intinya bagaimana kita berinteraksi dengan Qur’an dan menjadikan Qur’an sebagai konsumsi otak kita dengan memahaminya dan menjadikan quran sebagai konsumsi rohani kita.
Qur’an adalah mukjizat. Walau pun tak mengerti makan Qur’an tetapi kita tetap akan dapatkan pahala. Bayangkan banyak orang yang betah membaca Qur’an berjam-jam walau tak mengerti maknanya. Itulah tanda mukjizat Qur’an.
Bandingkan jika kita membaca sebuah buku yang tak kita mengerti isinya seperti buku berbahasa Inggris, yang tak paham paling mampu bertahan beberapa halaman saja yang mampu dibaca.
Karena memang salah satu nama quran itu “Ar ruh” maka Alquran itu makanan rohani kita.
Inti dari 10 hari terakhir Ramadhan ini bagaimana kita memberi makan ruhani dan mengurangi memberi makan fisik.
Selama ini kita terlalu banyak mengurus jasmani, perut, sehingga tak seimbang dengan mengurus ruhani. Maka di 10 hari terakhir inilah untuk prioritaskan ruhani kita.
Sehingga sahur dan berbukalah sekadar tegakkan punggung untuk beribadah. Harus kita menej dengan mencari menu sahur yang sedikit tak perlu membuat kekenyangan tapi menguatkan beribadah. Mungkin seperti kurma dan sayur kelor yang memiliki banyak vitamin.
Karena tantangan berpuasa orang kebanyakan dengan kebiasaan tidur pagi. Semestinya dihindari karena ini waktu terbaik setelah shalat aubuh untuk mendaras Qur’an.
Agar bagaimana Qur’an mengisi rohani kita sehingga terjadi sinergi bagaimana pola pikir kita dicelup Qur’an dan spiritual kita dipenuhi nilai Qur’an.
- Zikir dan Doa
Memelihara dan meningkatkan zikir dan doa kita. Zikir yang diajarkan Rasulullah nyaris tak ada batasnya tapi yang mahsyur yang diajarkan yakni zikir pagi petang karena merupakan waktu yang mustajab. Banyak sekali zikir dan doa pada waktu tersebut.
Dan salah satu amalan yang sangat dianjurkan yakni banyak beristigfar pada waktu sahur. Waktu sahur itu 30 menit sebelum azan subuh. Orang mulia itu orang yang banyak beristigfar pada waktu sahur.
الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ
yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu Sahur. (QS. Ali Imron [3]: 17)
—000—
Maka beri’tikaf sangat dianjurkan untuk memberi makan Ruhani dengan menu tiga hal ini. Intinya bagaimana memberi porsi spiritual/ruhani dan kurangi kasak-kusuk soal materi dan fisik.
Sehingga kita bisa rasakan tambahan keimanan dan ketaqwaan untuk menjadi kekuatan besar bagi diri kita dan ummat Islam. Agar menjadi luar biasanya hidup kita.
Karena barang siapa yang taqwa pada Allah maka Allah senantiasa keluarkan dari masalahnya, urusan dimudahkan, senantiasa diberi rejeki dari cara dan jalan tak terduga.
{ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا } { وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ }
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3).
Sayangnya kita belum berusaha keras bagaimana menjadikan taqwa sebagai solusi dari semua masalah kita dan dijauhkan dari galau, kegelisahan dan terlunta-lunta dari masalah diri, keluarga dan masyarakat.
Karena kita hari ini sedang hadapi masalah yang besar (wabah Covid-19), yang sebabkan kehilangan pekerjaan, pendapatan berkurang, juga masih banyak masalah kehidupan berbangsa bernegara.
Semua itu solusinya dengan ketaqwaan pribadi dan ketaqwaan bersama. Semoga Ramadhan ini kita semua mendapatkan predikat seorabg yang taqwa.
*) Dari Tausiyah Ramadhan “Berjuang Meraih Lailatul Qadr” di Pesantren Hidayatullah Makassar.
TERBARU
-
Kadep Perkaderan Hidayatullah Raih Doktor di UIN Makassar. Ungkap Strategi Komunikasi Dakwah Pendiri Hidayatullah
26/11/2024 | 13:38 Wita
-
Transformasi dan Transmisi di Masa Transisi Hidayatullah
24/11/2024 | 07:58 Wita
-
Nilai dan Keutamaan Hidup Muhammad Sebelum jadi Rasul
22/11/2024 | 06:04 Wita