Minggu, 26 April 2020 | 10:41 Wita
Memuliakan Ramadhan
■ Oleh: Syamril, Direktur Sekolah Islam Athirah
HidayatullahMakassar.id — Saat menjelang Ramadhan status di medsos banyak tertulis “Marhaban Ramadhan Karim” selamat datang Ramadhan yang mulia. Bulan Ramadhan memang bulan yang mulia. Itu pasti karena Allah yang menentukannya demikian. Tidak akan berubah sampai hari kiamat.
Yang perlu kita renungi adalah apakah kedatangan Ramadhan dapat membuat kita menjadi manusia mulia.
Tujuan Ramadhan yang di dalamnya ada perintah puasa yaitu memuliakan manusia. Bukankah tujuan puasa agar menjadi bertakwa? Bukankah takwa adalah manusia paling mulia? Allah berfirman
“… sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah yaitu orang yang paling bertakwa …” (Q.S.Al Hujurat : 13).
Syarat agar kita dapat meraih kemuliaan Ramadhan tergantung pada bagaimana kita memuliakan Ramadhan. Ibarat tamu istimewa yang datang ke rumah kita maka tentu kita akan memuliakannya.
Pertama, kita sangat senang dengan kedatangannya. Kedua, kita melakukan perbuatan yang membuat tamu istimewa itu senang. Terlebih dahulu kita akan pelajari apa yang dapat membuatnya senang dan tidak senang.
Demikian pula dalam memuliakan Ramadhan. Kita senang dan gembira dengan kedatangannya. Lalu kita pelajari amalan amalan utama yang Allah perintahkan melalui Rasulullah di bulan Ramadhan. Puasa, qiyamul lail, tilawah dan tadarus Al Qur’an, berdo’a, infak, zakat fitrah adalah beberapa amalan utama di bulan Ramadhan.
Apa fungsi amalan-amalan tersebut sehingga dapat memuliakan manusia? Mari kita cermati dari kata Ramadhan. Ramadhan artinya pembakaran. Maka dapat dimisalkan seperti pandai besi yang membakar besi dan membuatnya menjadi senjata tajam. Pada saat besi dibakar maka terjadi pemisahan antara zat besi murni dengan karat sebagai pengotor. Hasilnya diperoleh besi murni berkualitas tinggi.
Bagi manusia amaliah Ramadhan ibarat proses pembersihan hati dari noda hitam karena perbuatan dosa yang selama ini dilakukan. Hati yang kotor ibarat cermin yang banyak kotorannya sehingga pantulan bayangannya tidak jelas. Setelah kotoran di cermin dibersihkan maka bayangan kembali jelas.
Hati yang bersih itulah hati nurani atau hati yang bercahaya. Hati yang mudah menerima cahaya kebenaran dan mengamalkannya dalam kehidupan. Hati yang selamat (qalbun salim) karena senantiasa ingat kepada Allah. Maka jadilah ia manusia yang dekat dengan Allah (al muqarrabun). Jika sudah dekat dengan Allah maka seluruh perilakunya ada dalam ridha Allah. Itulah takwa manusia yang mulia.
Semoga kedatangan Ramadhan yang mulia pada tahun ini dapat membuat kita juga menjadi mulia. Manusia bertakwa. Mari jaga diri dengan melakukan perbuatan mulia. Perbuatan yang Allah ridhai. Perbuatan yang memberikan manfaat bagi sesama dan alam semesta.■
TERBARU
-
Kadep Perkaderan Hidayatullah Raih Doktor di UIN Makassar. Ungkap Strategi Komunikasi Dakwah Pendiri Hidayatullah
26/11/2024 | 13:38 Wita
-
Transformasi dan Transmisi di Masa Transisi Hidayatullah
24/11/2024 | 07:58 Wita
-
Nilai dan Keutamaan Hidup Muhammad Sebelum jadi Rasul
22/11/2024 | 06:04 Wita